Lombok Tengah, NTB (ANTARA) -
Dokter sekaligus Head of Public Health Save the Children Indonesia Firda Yani memastikan pihaknya akan turut membantu mengedukasi terkait Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Pneumonia dan Diare (RANPPD) 2023-2030 yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga ke level desa.
Hal tersebut, lanjut dia, menjadi kontribusi lain Yayasan Save the Children Indonesia dalam menekan angka kasus pneumonia, khususnya pada anak usia di bawah 5 tahun, selain program Fighting Against Childhood Pneumonia (FACP) yang diinisiasi di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat sejak tahun 2021.
“Nah, salah satu bentuk kolaborasi atau kontribusi lain dari Save the Children Indonesia, kami memastikan bahwa pedoman RANPPD 2023-2030 bisa diturunkan di level provinsi, kabupaten, hingga ke desa, seperti Program FACP,” kata Firda di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin.
Ia berharap dengan bantuan intervensi edukasi dari Save the Children Indonesia, pemerintah daerah dapat mulai menyusun rencana aksi kerja masing-masing terkait penanggulangan pneumonia dan diare dengan mengacu pada RANPPD tersebut.
Adapun pada level posyandu, Firda menerangkan Yayasan Save the Children Indonesia telah membuatkan panduan dalam bentuk buku lembar balik (flipbook) untuk standarisasi layanan edukasi maupun penyuluhan seputar kesehatan keluarga, termasuk pendeteksian gejala awal pneumonia.
Pada kesempatan yang sama, Group Chief Executive Officer Charles Monat Associates Yves Guélat berharap kesadaran mengenai pencegahan dan bahaya pneumonia yang berhasil diadvokasi oleh Yayasan Save the Children Indonesia dengan dukungan Charles Monat Associates dapat menjadi pemantik untuk pihak-pihak lain agar ikut serta menekan angka kasus kematian anak akibat pneumonia.
Baca juga: Kemenkes RI dan India akan gelar Forum Bisnis Kesehatan
Baca juga: Kiat jitu menuju nol kematian petugas penyelenggara pemilu
“Di Charles Monat, kami berkomitmen untuk membantu berjuang melawan Pneumonia bersama Save the Children. Perjuangan ini belum selesai, kami sendiri hanya dapat mencapai sejauh ini. Kami berharap kesadaran ini akan menciptakan keberlanjutan dalam melawan penyebab kematian anak-anak Indonesia yang dapat dicegah,” katanya.
Hal tersebut, lanjut dia, menjadi kontribusi lain Yayasan Save the Children Indonesia dalam menekan angka kasus pneumonia, khususnya pada anak usia di bawah 5 tahun, selain program Fighting Against Childhood Pneumonia (FACP) yang diinisiasi di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat sejak tahun 2021.
Sementara untuk memastikan keberlanjutan program FACP, ia menerangkan pihaknya mengadvokasi Pemda Kabupaten Lombok Tengah untuk membuat standar operasional prosedur (SOP) terkait pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di 29 puskesmas agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kemenkes.
Adapun pada level posyandu, Firda menerangkan Yayasan Save the Children Indonesia telah membuatkan panduan dalam bentuk buku lembar balik (flipbook) untuk standarisasi layanan edukasi maupun penyuluhan seputar kesehatan keluarga, termasuk pendeteksian gejala awal pneumonia.
Baca juga: Kemenkes RI dan India akan gelar Forum Bisnis Kesehatan
Baca juga: Kiat jitu menuju nol kematian petugas penyelenggara pemilu
“Di Charles Monat, kami berkomitmen untuk membantu berjuang melawan Pneumonia bersama Save the Children. Perjuangan ini belum selesai, kami sendiri hanya dapat mencapai sejauh ini. Kami berharap kesadaran ini akan menciptakan keberlanjutan dalam melawan penyebab kematian anak-anak Indonesia yang dapat dicegah,” katanya.