Mataram (ANTARA) - Datang bersujud di Baitullah dan tempat-tempat diijabahnya segala pinta dan doa (Masjidil Haram : Multazam, Belakang Makam Nabi Ibrahim AS, Hijr Ismail AS. Padang Arofah. Masjid Nabawi : Raodah) adalah keinginan setiap insan muslimin dan muslimat. Tak hanya sekali, tapi ingin berulang dan berulang lagi. Berhaji maupun umroh.
Ketika rekan-rekan wartawan yang biasa ngepos di Pemprov NTB tahu saya akan pergi umroh, ada yang nyeletuk. Miq, nanti apa boleh kita konfirmasi ? atau dikirimi tulisannya dari Mekkah ? Ada juga yang titip judul tulisan. Miq kalo nulis, bikin judulnya : LAGI UMROH yaa..?
Lo kenapa harus judul itu ? Entahlah kenapa, tiba-tiba mereka kompak tertawa. Nampak mereka suka saya pergi umroh. Keisengan teman-teman wartawan kala itu tentu saya anggap lumrah dan sebatas candaan biasa.
Candaan yang rasanya sulit saya penuhi. Karena, pertama, saya sudah niat. Pergi umroh untuk sepenuhnya ibadah. Bayar nazar. Tidak sibuk dengan urusan selain ibadah. Apalagi urusan tulis menulis. Berumroh, sejenak ingin putus dengan rutinitas tugas. Tugas kedinasan untuk sementara waktu diserahkan ke pelaksana harian Penjabat Gubernur.
Kedua, selama ibadah umroh, tentu sulit bertemu nara sumber untuk cari materi tulisan. Kalau sekedar tulisan cerita perjalanan, rasanya tidak perlu ditulis. Sudah banyak cerita dan tulisan pengalaman rohani yang sifatnya pribadi ditulis oleh banyak orang yang pernah melaksanakan ibadah umroh.
Hari-hari awal umroh, alhamdulillah semuanya berjalan normal. Biasa-biasa saja. Sedikit di luar dugaan, di Mekkah bertemu 5 teman Smansa Mataram 84. Lalu kami sarapan bersama di The Clock Tower Shoping Centre / Zam-Zam Tower. Persis di depan pelataran Masjidil Haram.
Yang tahu saya pergi umroh, terbatas. Lebih banyak yang tidak tahu. Karenanya, ketika saya di Mekkah, lewat pesan WA banyak yang mau menghadap. Untuk konsultasi, laporan, mohon petunjuk, akan menyampaikan undangan ultah organisasi, undangan putra-putri menikah, mengajak kopi darat, diskusi tentang harga beras yang mulai turun, tibanya musim panen hingga adanya gejala gabah petani keluar Pulau Lombok.
Satu persatu pesan WhattsApp (WA) teman, sahabat, kerabat, kolega, mitra itu sedapat mungkin bila diluar jadwal ibadah, saya berupaya jawab dengan baik agar tidak kecewa. Saya mohon maaf tidak bisa hadir. Belum bisa terima kunjungan dan sejenisnya karena saya LAGI UMROH.
Insya Allah setelah pulang umroh, koordinasi dan sillaturrahmi normal kembali. Entah berapa kali pesan-pesan WA itu saya jawab dengan kalimat saya LAGI UMROH. LAGI UMROH. Begitu terus berulang kali.
Di Madinah, setelah semua agenda perjalanan umroh tuntas dan jelang pulang ke tanah air, tiba-tiba saya tersenyum sendiri. Ingat Nasir dan teman-teman wartawan yang minta saya nulis bahkan minta tulisan dengan judul LAGI UMROH itu.
Ya, saya akan menulis catatan LAGI UMROH kata saya dalam hati. Alasannya sederhana. Pertama, saya sudah selesaikan semua agenda umroh. Kedua, saya telah menulis berulang kali pesan balasan WA dengan kalimat LAGI UMROH sebagai alibi ketidakhadiran saya pada berbagai undangan karena sejatinya saya LAGI UMROH.
Ketiga, Muthawwif yang menemani saya day by day saat umroh kebetulan orang Lombok. Satria atau Aria Kusuma Wardani alias Abu Sanaya Sastra namanya. Berasal dari Sabe Janapria Kopang Lombok Tengah. Orangnya gesit, bodinya kecil, rambut gondrong. Wajah dan tampilannya mengingatkan saya pada sosok seorang teman Acip Ikroman, politisi Perindo yang sebentar lagi duduk di kursi dewan di Jalan Udayana.
Abu Sanaya ini, kebetulan aktivis dan ketua ASLI (Aliansi Sasaq Lombok Indonesia) wilayah Kerajaan Saudi Arabia. Kebetulannya lagi, saya agak paham, hadir dan memberi sambutan dalam rangkaian acara peresmian berdirinya ASLI di Mataram 3 tahun lalu. Dengan paham sekilas sejarah ASLI, komunikasi kami jadi lancar. Tak sadar, saya tidak perlu ribet-ribet mencari nara sumber. Justru nara sumber itu hadir dihadapan saya. Bercerita banyak tentang sesuatu yang akhirnya layak jadi materi tulisan.
Saya bersyukur dapat Muthawwif sekaligus narasumber yang kompeten. Ibadah Alhamdulillah lancar. Informasi mendalam lika liku semeton jari Sasaq di Mekkah saya dapatkan. Satria sudah 9 tahun bermukim di Mekkah. Saya dibukakan jalan untuk tahu banyak informasi tentang peran dan keberadaan warga NTB khususnya batur-batur Sasak yang sedang berada di Mekkah saat ini.
Berapa jumlah pasti orang NTB dan anggota ASLI di Mekkah ? Terkait ini belum ada angka yang pasti karena sulitnya pendataan. Ada yang mukim sudah lama. Sudah kawin mawin beranak cucu di Saudi Arabia. Ada banyak pelajar Mahasiswa, pekerja formal dan sangat banyak yang kerja informal. Mereka hidup terpencar. Datang dan pergi kadang tanpa informasi. Pertemuan dan sosialisasi ASLI cukup sering dilakukan. Bahkan kini telah terbentuk perwakilan ASLI di wilayah Kerajaan Saudi Arabia yaitu di Mekkah, perwakilan Jeddah (Ketuanya Amrullah) dan perwakilan Madinah (Ketuanya Fitri).
ASLI (Aliansi Sasak Lombok Indonesia) adalah organisasi kemasyarakatan yang diperuntukkan bagi warga suku sasak Lombok Diaspora (Pengendon Sasaq). Ketuanya Lalu Muhammad Mas'ud dan Sekjennya Makhrif. Keduanya diaspora Sasaq berdomisili di Makassar Sulawesi Selatan.
ASLI merupakan wasilah atau alat perjuangan. Wadah untuk saling tolong menolong sesama anak suku bangsa Sasak di rantauan.
Terbentuknya ASLI di wilayah Kerajaan Saudi Arabia, sebagai bentuk kecintaan, kerinduan dan kebanggaan menjadi warga suku Sasak Lombok dengan berbagai macam latar belakangnya. Ini bentuk kepedulian kepada sesama warga Sasak untuk saling membantu, mengingatkan dan mengawasi.
Tempat berkeluh kesah dan mencari solusi atas berbagai problematika menyangkut kehidupan warga Sasak lombok di Arab Saudi. Berbagai permasalahan yg dihadapi warga anggota ASLI di Saudi Arabia misalnya over stayer, bermasalah hukum, bermasalah dengan majikan, kematian warga dan sebagainya yang mengharuskan ASLI turun tangan.
Waktu di Mekkah saya sempat bertemu ngopi bareng dengan beberapa anggota ASLI di P4 Zam-Zam Tower maupun dengan mereka yang sedang menjajakan dagangannya di bawah Syafwa Hotel. Ada yang jual nasi goreng, tahu isi, onde-onde dan lain-lain. Ada syukurnya tapi ada juga kesedihan melihat dan mendengar curhatnya.
Bersama Abah Farid Husein, anggota INPRES (India Presak), teman Smansa Mataram 84, saya sempat bertemu dengan pengusaha catering yang siap ikut tender penyediaan makanan bagi jamaah haji Indonesia yang proses tendernya dilakukan di Kemenag RI.
Tak lupa saya promosi dan berharap agar menu yang dihidangkan nanti selain Rendang Padang, ada Ayam Taliwang, Bebalung Masbagek, Ayam Rarang, Sate Rembige, Nasi Balap Puyung atau menu tradisional NTB lainnya. Minggu depan mereka ke Indonesia. Ikuti proses tender dan akan lanjut berkunjung ke Lombok. Saya sempat meninjau gudang masaknya. Peralatan, transporter juga pekerjanya yang sudah siap.
Disela-sela kunjungan ziarah Umroh, saya pun sempat bertemu dengan pejabat Lembaga pengelola kambing Qurban dan kambing Dam (denda). Sayang tidak sempat meninjau lokasi penyembelihannya.
Selain kambing lokal, kambing Qurban juga didatangkan dari Afrika. Kambing Dam, khusus untuk kaum fukaha di Mekkah / Saudi Arabia. Daging kambing Qurban bisa untuk ummat muslim sedunia. Aturan terbaru, pemerintah Saudi Arabia akan melakukan pengaturan ulang yang lebih ketat.
Saya berharap kita bisa dapat kiriman kambing Qurban ini. Saya juga promosi dan jajaki kemungkinan kambing-kambing dari NTB dapat di ekspor ke Saudi Arabia untuk memenuhi kebutuhan hewan Qurban yang tentu jumlahnya banyak.
Kebetulan Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB - Ir. Muhammad Riadi MM, sedang umroh juga. Saya minta untuk koordinasi lebih lanjut. Tapi sayangnya regulasi kita untuk mendatangkan daging hewan Qurban dari Saudi Arabia ke Indonesia tidaklah gampang.
Permohonan diajukan melalui aplikasi untuk mendapatkan persetujuan antar negara. Namun, masalah memasukkan daging qurban dari Arab Saudi sudah dibahas sejak tahun 2017 sampai sekarang. Oleh BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji), Kemenag, Baznas, Kemenko PMK dan Kementan. Namun belum ada titik temunya. Kementan tidak memberikan ijin karena tidak memenuhi persyaratan teknis dan keamanan pangan.
Ketika Bulan Juli 2023 ada yang mencoba datangkan daging tersebut ke Indonesia dari Arab Saudi, setelah sampai di Indonesia, daging-daging tersebut di tahan Bea Cukai dan Karantina. Karena tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan.
DITKESMAVET Kementan RI, tidak bisa memberikan ijin masuk. Akhirnya daging-daging tersebut dimusnahkan.
Alhamdulillah, perjalanan umroh usai sudah. Pesan untuk menulis LAGI UMROH tertunaikan sudah. Sesampai di kampung halaman, baru saya tersadar pesan teman-teman wartawan tentang tulisan LAGI UMROH itu. Ternyata LAGI UMROH memiliki makna konotatif yang lain. Konotasi politik. Wallahualam bissawab. Yang penting, terus berdoa dan ikhtiar semoga saya bisa UMROH LAGI. Nanti. Aamiin YRA.
*) Penulis adalah Pj Gubernur NTB
Ketika rekan-rekan wartawan yang biasa ngepos di Pemprov NTB tahu saya akan pergi umroh, ada yang nyeletuk. Miq, nanti apa boleh kita konfirmasi ? atau dikirimi tulisannya dari Mekkah ? Ada juga yang titip judul tulisan. Miq kalo nulis, bikin judulnya : LAGI UMROH yaa..?
Lo kenapa harus judul itu ? Entahlah kenapa, tiba-tiba mereka kompak tertawa. Nampak mereka suka saya pergi umroh. Keisengan teman-teman wartawan kala itu tentu saya anggap lumrah dan sebatas candaan biasa.
Candaan yang rasanya sulit saya penuhi. Karena, pertama, saya sudah niat. Pergi umroh untuk sepenuhnya ibadah. Bayar nazar. Tidak sibuk dengan urusan selain ibadah. Apalagi urusan tulis menulis. Berumroh, sejenak ingin putus dengan rutinitas tugas. Tugas kedinasan untuk sementara waktu diserahkan ke pelaksana harian Penjabat Gubernur.
Kedua, selama ibadah umroh, tentu sulit bertemu nara sumber untuk cari materi tulisan. Kalau sekedar tulisan cerita perjalanan, rasanya tidak perlu ditulis. Sudah banyak cerita dan tulisan pengalaman rohani yang sifatnya pribadi ditulis oleh banyak orang yang pernah melaksanakan ibadah umroh.
Hari-hari awal umroh, alhamdulillah semuanya berjalan normal. Biasa-biasa saja. Sedikit di luar dugaan, di Mekkah bertemu 5 teman Smansa Mataram 84. Lalu kami sarapan bersama di The Clock Tower Shoping Centre / Zam-Zam Tower. Persis di depan pelataran Masjidil Haram.
Yang tahu saya pergi umroh, terbatas. Lebih banyak yang tidak tahu. Karenanya, ketika saya di Mekkah, lewat pesan WA banyak yang mau menghadap. Untuk konsultasi, laporan, mohon petunjuk, akan menyampaikan undangan ultah organisasi, undangan putra-putri menikah, mengajak kopi darat, diskusi tentang harga beras yang mulai turun, tibanya musim panen hingga adanya gejala gabah petani keluar Pulau Lombok.
Satu persatu pesan WhattsApp (WA) teman, sahabat, kerabat, kolega, mitra itu sedapat mungkin bila diluar jadwal ibadah, saya berupaya jawab dengan baik agar tidak kecewa. Saya mohon maaf tidak bisa hadir. Belum bisa terima kunjungan dan sejenisnya karena saya LAGI UMROH.
Insya Allah setelah pulang umroh, koordinasi dan sillaturrahmi normal kembali. Entah berapa kali pesan-pesan WA itu saya jawab dengan kalimat saya LAGI UMROH. LAGI UMROH. Begitu terus berulang kali.
Di Madinah, setelah semua agenda perjalanan umroh tuntas dan jelang pulang ke tanah air, tiba-tiba saya tersenyum sendiri. Ingat Nasir dan teman-teman wartawan yang minta saya nulis bahkan minta tulisan dengan judul LAGI UMROH itu.
Ya, saya akan menulis catatan LAGI UMROH kata saya dalam hati. Alasannya sederhana. Pertama, saya sudah selesaikan semua agenda umroh. Kedua, saya telah menulis berulang kali pesan balasan WA dengan kalimat LAGI UMROH sebagai alibi ketidakhadiran saya pada berbagai undangan karena sejatinya saya LAGI UMROH.
Ketiga, Muthawwif yang menemani saya day by day saat umroh kebetulan orang Lombok. Satria atau Aria Kusuma Wardani alias Abu Sanaya Sastra namanya. Berasal dari Sabe Janapria Kopang Lombok Tengah. Orangnya gesit, bodinya kecil, rambut gondrong. Wajah dan tampilannya mengingatkan saya pada sosok seorang teman Acip Ikroman, politisi Perindo yang sebentar lagi duduk di kursi dewan di Jalan Udayana.
Abu Sanaya ini, kebetulan aktivis dan ketua ASLI (Aliansi Sasaq Lombok Indonesia) wilayah Kerajaan Saudi Arabia. Kebetulannya lagi, saya agak paham, hadir dan memberi sambutan dalam rangkaian acara peresmian berdirinya ASLI di Mataram 3 tahun lalu. Dengan paham sekilas sejarah ASLI, komunikasi kami jadi lancar. Tak sadar, saya tidak perlu ribet-ribet mencari nara sumber. Justru nara sumber itu hadir dihadapan saya. Bercerita banyak tentang sesuatu yang akhirnya layak jadi materi tulisan.
Saya bersyukur dapat Muthawwif sekaligus narasumber yang kompeten. Ibadah Alhamdulillah lancar. Informasi mendalam lika liku semeton jari Sasaq di Mekkah saya dapatkan. Satria sudah 9 tahun bermukim di Mekkah. Saya dibukakan jalan untuk tahu banyak informasi tentang peran dan keberadaan warga NTB khususnya batur-batur Sasak yang sedang berada di Mekkah saat ini.
Berapa jumlah pasti orang NTB dan anggota ASLI di Mekkah ? Terkait ini belum ada angka yang pasti karena sulitnya pendataan. Ada yang mukim sudah lama. Sudah kawin mawin beranak cucu di Saudi Arabia. Ada banyak pelajar Mahasiswa, pekerja formal dan sangat banyak yang kerja informal. Mereka hidup terpencar. Datang dan pergi kadang tanpa informasi. Pertemuan dan sosialisasi ASLI cukup sering dilakukan. Bahkan kini telah terbentuk perwakilan ASLI di wilayah Kerajaan Saudi Arabia yaitu di Mekkah, perwakilan Jeddah (Ketuanya Amrullah) dan perwakilan Madinah (Ketuanya Fitri).
ASLI (Aliansi Sasak Lombok Indonesia) adalah organisasi kemasyarakatan yang diperuntukkan bagi warga suku sasak Lombok Diaspora (Pengendon Sasaq). Ketuanya Lalu Muhammad Mas'ud dan Sekjennya Makhrif. Keduanya diaspora Sasaq berdomisili di Makassar Sulawesi Selatan.
ASLI merupakan wasilah atau alat perjuangan. Wadah untuk saling tolong menolong sesama anak suku bangsa Sasak di rantauan.
Terbentuknya ASLI di wilayah Kerajaan Saudi Arabia, sebagai bentuk kecintaan, kerinduan dan kebanggaan menjadi warga suku Sasak Lombok dengan berbagai macam latar belakangnya. Ini bentuk kepedulian kepada sesama warga Sasak untuk saling membantu, mengingatkan dan mengawasi.
Tempat berkeluh kesah dan mencari solusi atas berbagai problematika menyangkut kehidupan warga Sasak lombok di Arab Saudi. Berbagai permasalahan yg dihadapi warga anggota ASLI di Saudi Arabia misalnya over stayer, bermasalah hukum, bermasalah dengan majikan, kematian warga dan sebagainya yang mengharuskan ASLI turun tangan.
Waktu di Mekkah saya sempat bertemu ngopi bareng dengan beberapa anggota ASLI di P4 Zam-Zam Tower maupun dengan mereka yang sedang menjajakan dagangannya di bawah Syafwa Hotel. Ada yang jual nasi goreng, tahu isi, onde-onde dan lain-lain. Ada syukurnya tapi ada juga kesedihan melihat dan mendengar curhatnya.
Bersama Abah Farid Husein, anggota INPRES (India Presak), teman Smansa Mataram 84, saya sempat bertemu dengan pengusaha catering yang siap ikut tender penyediaan makanan bagi jamaah haji Indonesia yang proses tendernya dilakukan di Kemenag RI.
Tak lupa saya promosi dan berharap agar menu yang dihidangkan nanti selain Rendang Padang, ada Ayam Taliwang, Bebalung Masbagek, Ayam Rarang, Sate Rembige, Nasi Balap Puyung atau menu tradisional NTB lainnya. Minggu depan mereka ke Indonesia. Ikuti proses tender dan akan lanjut berkunjung ke Lombok. Saya sempat meninjau gudang masaknya. Peralatan, transporter juga pekerjanya yang sudah siap.
Disela-sela kunjungan ziarah Umroh, saya pun sempat bertemu dengan pejabat Lembaga pengelola kambing Qurban dan kambing Dam (denda). Sayang tidak sempat meninjau lokasi penyembelihannya.
Selain kambing lokal, kambing Qurban juga didatangkan dari Afrika. Kambing Dam, khusus untuk kaum fukaha di Mekkah / Saudi Arabia. Daging kambing Qurban bisa untuk ummat muslim sedunia. Aturan terbaru, pemerintah Saudi Arabia akan melakukan pengaturan ulang yang lebih ketat.
Saya berharap kita bisa dapat kiriman kambing Qurban ini. Saya juga promosi dan jajaki kemungkinan kambing-kambing dari NTB dapat di ekspor ke Saudi Arabia untuk memenuhi kebutuhan hewan Qurban yang tentu jumlahnya banyak.
Kebetulan Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB - Ir. Muhammad Riadi MM, sedang umroh juga. Saya minta untuk koordinasi lebih lanjut. Tapi sayangnya regulasi kita untuk mendatangkan daging hewan Qurban dari Saudi Arabia ke Indonesia tidaklah gampang.
Permohonan diajukan melalui aplikasi untuk mendapatkan persetujuan antar negara. Namun, masalah memasukkan daging qurban dari Arab Saudi sudah dibahas sejak tahun 2017 sampai sekarang. Oleh BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji), Kemenag, Baznas, Kemenko PMK dan Kementan. Namun belum ada titik temunya. Kementan tidak memberikan ijin karena tidak memenuhi persyaratan teknis dan keamanan pangan.
Ketika Bulan Juli 2023 ada yang mencoba datangkan daging tersebut ke Indonesia dari Arab Saudi, setelah sampai di Indonesia, daging-daging tersebut di tahan Bea Cukai dan Karantina. Karena tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan.
DITKESMAVET Kementan RI, tidak bisa memberikan ijin masuk. Akhirnya daging-daging tersebut dimusnahkan.
Alhamdulillah, perjalanan umroh usai sudah. Pesan untuk menulis LAGI UMROH tertunaikan sudah. Sesampai di kampung halaman, baru saya tersadar pesan teman-teman wartawan tentang tulisan LAGI UMROH itu. Ternyata LAGI UMROH memiliki makna konotatif yang lain. Konotasi politik. Wallahualam bissawab. Yang penting, terus berdoa dan ikhtiar semoga saya bisa UMROH LAGI. Nanti. Aamiin YRA.
*) Penulis adalah Pj Gubernur NTB