Mataram (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat menggencarkan normalisasi saluran dan sungai agar dapat berfungsi optimal menampung debit air, sehingga bisa mengantisipasi agar tidak meluap ke jalan yang bisa menimbulkan genangan.

"Setiap hari petugas kami keliling ke sejumlah titik saluran dan sungai yang berpotensi memiliki sedimen dan sampah tinggi," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Minggu.

Apalagi, lanjutnya, setelah terjadi hujan deras di hulu sampah dan batang-batang pohon tumbang banyak mengalir ke saluran dan sungai, sehingga berpotensi menghambat kelancaran aliran air.

"Petugas kami tidak hanya normalisasi sedimen, tetapi juga sampah atau apapun itu yang bisa menghambat kelancaran saluran air ke hilir," katanya.

Baca juga: PUPR sebut titik genangan di Mataram tersisa satu lokasi

Karenanya, untuk mengoptimalkan kegiatan normalisasi, katanya, sekitar 300 petugas harian lepas di bagi menjadi beberapa tim, satu tim beranggotakan 30 orang.

Guna memudahkan kegiatan normalisasi, para buruh bekerja sesuai dengan hasil pendataan dari mandor yang sebelumnya melakukan survei kondisi saluran yang perlu dinormalisasi.

Berdasarkan hasil evaluasi saat ini titik terparah sedimentasi saluran dan sungai ada di daerah bagian hulu. Seperti di Kali Jangkuk, Jalan Panjitilar, Mapak, Sungai Unus, dan kawasan Tanjung Karang.

"Petugas kami melakukan normalisasi dengan manual. Tapi jika kondisinya berat dan memungkinkan alat berat masuk, kita siapkan alat berat," katanya.

Baca juga: Disdik Mataram meminta sekolah rawan genangan agar bersihkan saluran air

Diharapkan dengan kegiatan normalisasi ini, saluran dapat berfungsi optimal menampung debit air sehingga tidak meluap ke jalan atau permukiman penduduk yang bisa menimbulkan banjir dan genangan.

"Apalagi, saat ini Kota Mataram masih diprediksi berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," katanya.

Baca juga: Dinas PUPR: Kota Mataram bebas genangan air

Sebelumnya, kata Lale, tim Dinas PUPR juga sudah melakukan normalisasi kolam retensi yang merupakan bagian dari areal hutan kota "Giong Siu", dengan total luas 1,8 hektare.

Luas kolam retensi yang dinormalisasi itu sekitar 4.000 meter persegi dengan kedalaman satu hingga 1,5 meter, dan dikerjakan selama 12 hari.

Normalisasi kolam retensi tersebut sebagai antisipasi luapan air wilayah hulu atau sungai bagian timur, selama cuaca ekstrem berupa angin kencang dan hujan deras yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini.

"Dengan demikian, ketika terjadi peningkatan volume air sungai dari hulu, air bisa masuk ke kolam retensi kemudian dialirkan ke Kali Unus Babakan," katanya.

Baca juga: Sejumlah sekolah di Kota Mataram tergenang air
 

Pewarta : Nirkomala
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024