Jakarta (ANTARA) -
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengajak seluruh masyarakat Indonesia agar berkolaborasi menciptakan lingkungan yang bersih sebagai salah satu langkah mencegah penyebaran demam berdarah dengue (DBD).
"Kami juga mengajak seluruh komponen masyarakat, yuk kita berkolaborasi untuk bisa menciptakan lingkungan yang bersih, yang sehat supaya nyamuk-nyamuk dan jentik-jentiknya ini tidak berkembang dengan lebih banyak lagi ataupun lebih besar," kata Kurniasih dalam video singkat, sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube TVR Parlemen di Jakarta, Rabu.
Selain itu, ia juga meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan agar mencari terobosan yang bisa benar-benar menjadi solusi menghentikan angka penyebaran DBD.
"Saya mengajak seluruh stakeholder, khususnya Kementerian Kesehatan sebagai mitra kami, yuk cari terobosan yang bisa benar-benar menjadi solusi untuk menghentikan atau mengurangi angka peningkatan DBD ini dan mencegah terjadinya penambahan angka meninggal," kata dia.
Berikutnya, dia berpandangan terjadinya pelonjakan kasus DBD di Indonesia pada saat ini tidak hanya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat hidup sehat, tetapi juga karena faktor perubahan cuaca di awal tahun sebagai dampak fenomena El Nino.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan hingga pekan ke-15 tahun 2024, tercatat 62.001 kasus demam berdarah dengue dengan angka kematian mencapai 475. Data tersebut menunjukkan kenaikan kasus yang cukup drastis hingga 3 kali lipat dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Pemkot Mataram mengeluarkan edaran peningkatan kewaspadaan DBD
Baca juga: Tekan DBD, Wali Kota Mataram ajak warganya gencarkan PSN 4 Plus
Kementerian Kesehatan juga mencatat pada tahun ini, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah menjadi tiga provinsi dengan kasus DBD terbanyak. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi, pada 2023 mereka berhasil menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD) dari 143 ribu ke 115 ribu, namun perubahan iklim pada 2024 membuat kasusnya kembali naik.
Oleh karena itu, kata Imran, sistem diagnosis Dengue perlu ditingkatkan agar dapat mengetahui penyakit yang bersifat zoonosis serta yang disebabkan oleh lingkungan.
"Kami juga mengajak seluruh komponen masyarakat, yuk kita berkolaborasi untuk bisa menciptakan lingkungan yang bersih, yang sehat supaya nyamuk-nyamuk dan jentik-jentiknya ini tidak berkembang dengan lebih banyak lagi ataupun lebih besar," kata Kurniasih dalam video singkat, sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube TVR Parlemen di Jakarta, Rabu.
Selain itu, ia juga meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan agar mencari terobosan yang bisa benar-benar menjadi solusi menghentikan angka penyebaran DBD.
"Saya mengajak seluruh stakeholder, khususnya Kementerian Kesehatan sebagai mitra kami, yuk cari terobosan yang bisa benar-benar menjadi solusi untuk menghentikan atau mengurangi angka peningkatan DBD ini dan mencegah terjadinya penambahan angka meninggal," kata dia.
Berikutnya, dia berpandangan terjadinya pelonjakan kasus DBD di Indonesia pada saat ini tidak hanya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat hidup sehat, tetapi juga karena faktor perubahan cuaca di awal tahun sebagai dampak fenomena El Nino.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan hingga pekan ke-15 tahun 2024, tercatat 62.001 kasus demam berdarah dengue dengan angka kematian mencapai 475. Data tersebut menunjukkan kenaikan kasus yang cukup drastis hingga 3 kali lipat dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Pemkot Mataram mengeluarkan edaran peningkatan kewaspadaan DBD
Baca juga: Tekan DBD, Wali Kota Mataram ajak warganya gencarkan PSN 4 Plus
Kementerian Kesehatan juga mencatat pada tahun ini, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah menjadi tiga provinsi dengan kasus DBD terbanyak. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi, pada 2023 mereka berhasil menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD) dari 143 ribu ke 115 ribu, namun perubahan iklim pada 2024 membuat kasusnya kembali naik.
Oleh karena itu, kata Imran, sistem diagnosis Dengue perlu ditingkatkan agar dapat mengetahui penyakit yang bersifat zoonosis serta yang disebabkan oleh lingkungan.