Lombok Barat, NTB (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan progres pembangunan Bendungan Meninting di Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah mencapai 81 persen.
"Progres Bendungan Meninting sudah 81 persen. Tinggal kita bangun main dam (bendungan utama), mudah-mudahan tiga bulan ini sudah selesai," kata Staf Ahli Menteri PUPR Endra Saleh Atmawidjaja usai mendampingi Presiden Joko Widodo meresmikan Inpres Jalan Daerah (IJD) Segmen Lembar-Gili Mas di Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Kamis.
Ia mengatakan pembangunan bendungan yang menelan anggaran Rp1,4 triliun dan direncanakan rampung pada Agustus 2024 ini, dalam perencanaannya akan mulai diisi air dari Bukit Meninting Lombok Barat pada Agustus 2024.
"Bendungan ini manfaat irigasinya sekitar 500 hektare. Memang lebih kecil dari Tiu Suntuk di Sumbawa Barat yang mencapai 1.900 hektare," ujarnya.
Menurut dia, selama proses pembangunan sejak 2019, masyarakat di Desa Bukit Tinggi dinilai sangat kooperatif dalam proses penyelesaian sengketa lahan.
Namun, berdasarkan laporan Kepala BWS NTB persoalan tanah di area bendungan Meninting diakui masih menyisakan masalah. Kendati demikian, persoalan itu bisa diselesaikan melalui jalur hukum oleh pihak masyarakat.
"Bisa disampaikan keberatan di pengadilan jika ada warga yang masih keberatan," tegas Endra.
Selain persoalan lahan, kata Endra, masalah longsor juga kerap terjadi di sisi area pembangunan Bendungan Meninting. Hal itu disebabkan adanya pergerakan tanah karena curah hujan yang tinggi di wilayah itu.
"Kalau longsor karena curah hujan tinggi dan pemadatan tanah belum selesai. Jadi bukan karena ada bendungan," ucapnya.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan operasional Bendungan Tiu Suntuk di NTB
Namun demikian, lanjutnya, Komisi Keamanan Bendungan telah melakukan penilaian kelayakan pembangunan bendungan tersebut.
"Kita punya Komisi Keamanan di sana. Apakah layak, aman, atau memenuhi standar atau tidak, itu kan betul-betul harus aman, sehingga tidak terjadi longsor dan bencana yang dikhawatirkan masyarakat," katanya.
Lebih lanjut, saat ini pihak rekanan sedang melakukan proses penambahan peninggian dam setinggi 30 meter. Hal itu dilakukan untuk memastikan tingkat keamanan Bendungan Meninting.
"Harus tetap dikawal sebelum dioperasikan. Untuk itu, diawasi terus, supaya aman," ujar Endra.
Sebelum dioperasikan, pihak Komisi Keamanan Bendungan akan mengeluarkan sertifikat kelayakan sebelum diresmikan. Meski begitu, dirinya menepis ada pencemaran di aliran sungai akibat pengaruh bendungan.
"Sementara ini memang air di sana tercemar, tapi bukan karena ada apa. Karana ada kita gali lagi untuk main dam-nya. Karena, kita pakai tanahnya untuk timbunan, itu mungkin jadi keruh. Yang jelas Agustus sudah selesai semuanya," katanya.
Dari perencanaan, Endra menjelaskan Bendungan Meninting bisa menampung 12 juta meter kubik air atau lebih kecil dari Bendungan Tiu Suntuk yang mampu menampung 62 juta meter kubik air.
Baca juga: Bendungan Lau Simeme jadi objek wisata baru di Sumut
Sebelumnya, Kepala BWS Nusa Tenggara I Tampang mengatakan ada 90 unit truk untuk mengangkut material proyek Bendungan Meninting. Jam kerja selama sisa waktu pengerjaan juga disesuaikan dengan kondisi di lokasi pembangunan.
"Ada belasan titik pengambilan material untuk bendungan juga sudah tersedia. Jadi, tidak semua truk bisa beroperasi, pasti ada yang bermasalah. Makanya, ada tambahan kurang lebih 10 truk. Ada 17 titik pengambilan material yang sudah siap," ujarnya.
Ia mengakui salah satu kendala yang tidak bisa diprediksi adalah kondisi jalan pengangkutan material yang licin akibat curah hujan tinggi. Meski begitu, BWS telah menyiapkan solusi untuk situasi tersebut dengan menambah alat perawatan.
"Ketika habis hujan lebat, maka pasti terhenti beberapa jam. Aksesnya juga licin. Tapi alat perawatan untuk itu," terangnya.
Tampang memastikan segala hambatan tersebut tidak mengganggu pos anggaran pembangunan bendungan.
"Biaya pengerjaan proyek dipastikan aman. Tinggal dibelanjakan sesuai progres dari bulan ke bulan. Insya Allah aman. Totalnya sekitar Rp1,4 triliun," katanya.
"Progres Bendungan Meninting sudah 81 persen. Tinggal kita bangun main dam (bendungan utama), mudah-mudahan tiga bulan ini sudah selesai," kata Staf Ahli Menteri PUPR Endra Saleh Atmawidjaja usai mendampingi Presiden Joko Widodo meresmikan Inpres Jalan Daerah (IJD) Segmen Lembar-Gili Mas di Lembar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, Kamis.
Ia mengatakan pembangunan bendungan yang menelan anggaran Rp1,4 triliun dan direncanakan rampung pada Agustus 2024 ini, dalam perencanaannya akan mulai diisi air dari Bukit Meninting Lombok Barat pada Agustus 2024.
"Bendungan ini manfaat irigasinya sekitar 500 hektare. Memang lebih kecil dari Tiu Suntuk di Sumbawa Barat yang mencapai 1.900 hektare," ujarnya.
Menurut dia, selama proses pembangunan sejak 2019, masyarakat di Desa Bukit Tinggi dinilai sangat kooperatif dalam proses penyelesaian sengketa lahan.
Namun, berdasarkan laporan Kepala BWS NTB persoalan tanah di area bendungan Meninting diakui masih menyisakan masalah. Kendati demikian, persoalan itu bisa diselesaikan melalui jalur hukum oleh pihak masyarakat.
"Bisa disampaikan keberatan di pengadilan jika ada warga yang masih keberatan," tegas Endra.
Selain persoalan lahan, kata Endra, masalah longsor juga kerap terjadi di sisi area pembangunan Bendungan Meninting. Hal itu disebabkan adanya pergerakan tanah karena curah hujan yang tinggi di wilayah itu.
"Kalau longsor karena curah hujan tinggi dan pemadatan tanah belum selesai. Jadi bukan karena ada bendungan," ucapnya.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan operasional Bendungan Tiu Suntuk di NTB
Namun demikian, lanjutnya, Komisi Keamanan Bendungan telah melakukan penilaian kelayakan pembangunan bendungan tersebut.
"Kita punya Komisi Keamanan di sana. Apakah layak, aman, atau memenuhi standar atau tidak, itu kan betul-betul harus aman, sehingga tidak terjadi longsor dan bencana yang dikhawatirkan masyarakat," katanya.
Lebih lanjut, saat ini pihak rekanan sedang melakukan proses penambahan peninggian dam setinggi 30 meter. Hal itu dilakukan untuk memastikan tingkat keamanan Bendungan Meninting.
"Harus tetap dikawal sebelum dioperasikan. Untuk itu, diawasi terus, supaya aman," ujar Endra.
Sebelum dioperasikan, pihak Komisi Keamanan Bendungan akan mengeluarkan sertifikat kelayakan sebelum diresmikan. Meski begitu, dirinya menepis ada pencemaran di aliran sungai akibat pengaruh bendungan.
"Sementara ini memang air di sana tercemar, tapi bukan karena ada apa. Karana ada kita gali lagi untuk main dam-nya. Karena, kita pakai tanahnya untuk timbunan, itu mungkin jadi keruh. Yang jelas Agustus sudah selesai semuanya," katanya.
Dari perencanaan, Endra menjelaskan Bendungan Meninting bisa menampung 12 juta meter kubik air atau lebih kecil dari Bendungan Tiu Suntuk yang mampu menampung 62 juta meter kubik air.
Baca juga: Bendungan Lau Simeme jadi objek wisata baru di Sumut
Sebelumnya, Kepala BWS Nusa Tenggara I Tampang mengatakan ada 90 unit truk untuk mengangkut material proyek Bendungan Meninting. Jam kerja selama sisa waktu pengerjaan juga disesuaikan dengan kondisi di lokasi pembangunan.
"Ada belasan titik pengambilan material untuk bendungan juga sudah tersedia. Jadi, tidak semua truk bisa beroperasi, pasti ada yang bermasalah. Makanya, ada tambahan kurang lebih 10 truk. Ada 17 titik pengambilan material yang sudah siap," ujarnya.
Ia mengakui salah satu kendala yang tidak bisa diprediksi adalah kondisi jalan pengangkutan material yang licin akibat curah hujan tinggi. Meski begitu, BWS telah menyiapkan solusi untuk situasi tersebut dengan menambah alat perawatan.
"Ketika habis hujan lebat, maka pasti terhenti beberapa jam. Aksesnya juga licin. Tapi alat perawatan untuk itu," terangnya.
Tampang memastikan segala hambatan tersebut tidak mengganggu pos anggaran pembangunan bendungan.
"Biaya pengerjaan proyek dipastikan aman. Tinggal dibelanjakan sesuai progres dari bulan ke bulan. Insya Allah aman. Totalnya sekitar Rp1,4 triliun," katanya.