Jakarta (ANTARA) - Pengamat konflik Timur Tengah dan Diplomasi Indonesia Masyrofah menilai keterbukaan akses di era digital membuat reaksi masyarakat dunia semakin masif terhadap isu serangan Israel ke Palestina pada Oktober 2023.

Masyrofah dalam diskusi daring diikuti di Jakarta, Senin mengatakan hal yang membedakan pada perang di Timur Tengah sebelumnya, adalah bahwa masyarakat sudah bisa melihat secara langsung fakta yang tidak bisa ditutupi lagi.

"Yang terjadi di Gaza, yang terjadi di tepi barat, terjadi di Rafah itu bisa langsung terakses oleh masyarakat dunia, dan ini yang akhirnya mendapatkan dukungan nasional terhadap Palestina," ujar akademisi dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Masyrofah mengatakan banyak sekali pemicu eskalasi konflik di Timur Tengah seperti perang saudara di Suriah, krisis di Yaman dan Gaza, krisis geopolitik Qatar, pengakuan Amerika Serikat atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan pemindahan kedutaannya di Tel Aviv, hingga pada akhirnya serangan pada 7 Oktober 2023.

Dampak serangan terakhir begitu meluas hingga terjadi beberapa kali ketegangan antara Iran dan Israel, yang didukung Amerika Serikat dan negara barat lainnya. Selain itu tidak kalah pentingnya adalah krisis bagi para pengungsi. Masyrofah mengatakan serangan Israel ke Gaza juga menandakan terpecah-belahnya suara negara-negara dunia terkait sikap dan keberpihakan.

"Saya lihat yang sekarang ini lebih masif lagi, karena dukungan internasional semakin menguat terhadap posisi Palestina, dan juga dukungan masa nasional untuk kemerdekaan Palestina," kata dia.

Dukungan tersebut, kata Masyrofah semakin menguat dengan adanya sejumlah negara Eropa yang mengakui Palestina sebagai negara yang merdeka, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberikan hak penuh kepada negara tersebut.

Baca juga: Indonesia inginkan solusi dua negara sesuai parameter internasional
Baca juga: Prabowo siap kirim pasukan perdamaian ke Gaza

Sehingga menurut dia, isu Palestina sudah memberikan pandangan bagi dunia untuk segera diberikan penyelesaian. Di sisi lain, ia juga menilai perjalanan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi cukup panjang dalam memperjuangkan isu tersebut.

Menurut Masyrofah, era dominasi digital sudah membuka akses informasi kepada masyarakat. Bahkan peperangan dan kekejaman yang terjadi sudah bisa dilihat secara aktual.

"Artinya dunia sudah tercedaskan dengan akses-akses informasi yang secara fisik luas ini," ujar dia. 
 

 

Pewarta : Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024