Mataram (ANTARA) - Nilai ekspor Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Mei 2024 melonjak hingga 50 persen didorong bahan galian tambang.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Wahyudin mengatakan nilai ekspor pada Mei sebesar 503,02 juta dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 50 persen dibandingkan bulan April 2024.
"Jika dibandingkan bulan Mei 2023 mengalami kenaikan 12,761 persen," ujarnya di Mataram, Rabu.
Nilai ekspor pada Mei yang terbesar ditujukan ke Jepang sebesar 40,98 persen, berikutnya India sebesar 38,92 persen kemudian Korea Selatan sebesar 19,25 persen. Berdasarkan kelompok komoditas ekspor yang terbesar pada Mei adalah barang galian/tambang non migas sebesar 497,467 juta dolar AS atau 98,90 persen.
Selanjutnya disusul perhiasan/permata sebesar 3,282 ribu dolar atau 0,65 persen, ikan dan udang sebesar 1,813 ribu dolar AS atau 0,36 persen. Kemudian garam, belerang, kapur sebesar 235,510 ribu dolar AS atau 0,05 persen.
"Terus daging dan ikan olahan sebesar 81,767 ribu dolar AS atau 0,02 persen, serta mesin/peralatan listrik 56,250 ribu dolar AS atau 0,01 persen," katanya.
Sementara itu, untuk nilai impor terjadi penurunan pada Mei yang hanya sebesar 98,88 juta dolar AS.
"Berarti impor mengalami penurunan sebesar 35,35 persen dibandingkan dengan impor April 2024 sebesar 152,96 juta dolar AS," terang Wahyudin.
Baca juga: Bali panen komoditas pangan buat tekan inflasi
Baca juga: Kemendag sebut durian Indonesia diminati warga China
Untuk impor berasal dari Cina yang terbesar 45,92 persen, disusul Thailand 20,71 persen, Singapura 14,43 persen, Australia 5,88 persen, Amerika Serikat 3,39 persen dan lainnya sebesar 9,67 persen.
"Kelompok komoditas impor dengan nilai terbesar adalah mesin-mesin/pesawat mekanik (66,36 persen), gula dan kembang gula (12,32 persen), plastik dan barang dari plastik (8,00 persen), serta perangkat optik sebesar 7,33 persen," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Wahyudin mengatakan nilai ekspor pada Mei sebesar 503,02 juta dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 50 persen dibandingkan bulan April 2024.
"Jika dibandingkan bulan Mei 2023 mengalami kenaikan 12,761 persen," ujarnya di Mataram, Rabu.
Nilai ekspor pada Mei yang terbesar ditujukan ke Jepang sebesar 40,98 persen, berikutnya India sebesar 38,92 persen kemudian Korea Selatan sebesar 19,25 persen. Berdasarkan kelompok komoditas ekspor yang terbesar pada Mei adalah barang galian/tambang non migas sebesar 497,467 juta dolar AS atau 98,90 persen.
Selanjutnya disusul perhiasan/permata sebesar 3,282 ribu dolar atau 0,65 persen, ikan dan udang sebesar 1,813 ribu dolar AS atau 0,36 persen. Kemudian garam, belerang, kapur sebesar 235,510 ribu dolar AS atau 0,05 persen.
"Terus daging dan ikan olahan sebesar 81,767 ribu dolar AS atau 0,02 persen, serta mesin/peralatan listrik 56,250 ribu dolar AS atau 0,01 persen," katanya.
Sementara itu, untuk nilai impor terjadi penurunan pada Mei yang hanya sebesar 98,88 juta dolar AS.
"Berarti impor mengalami penurunan sebesar 35,35 persen dibandingkan dengan impor April 2024 sebesar 152,96 juta dolar AS," terang Wahyudin.
Baca juga: Bali panen komoditas pangan buat tekan inflasi
Baca juga: Kemendag sebut durian Indonesia diminati warga China
Untuk impor berasal dari Cina yang terbesar 45,92 persen, disusul Thailand 20,71 persen, Singapura 14,43 persen, Australia 5,88 persen, Amerika Serikat 3,39 persen dan lainnya sebesar 9,67 persen.
"Kelompok komoditas impor dengan nilai terbesar adalah mesin-mesin/pesawat mekanik (66,36 persen), gula dan kembang gula (12,32 persen), plastik dan barang dari plastik (8,00 persen), serta perangkat optik sebesar 7,33 persen," katanya.