Jakarta (ANTARA) - PT Adaro Indonesia mendukung Desa Liyu di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan (Kalsel), selaku desa binaannya untuk mendunia melalui program pengembangan pariwisata untuk menjadikan desa tersebut sebagai tujuan wisata budaya unggulan.
"Pengembangan berkelanjutan dan integrasi dengan kegiatan masyarakat setempat akan menjadi kunci suksesnya Desa Liyu sebagai kunjungan wisata yang menarik," ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hariyanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Hariyanto menambahkan, Corporate Social Responsibility (CSR) memang bisa memberikan dampak yang signifikan dalam menggerakkan pemberdayaan desa wisata. Dukungan CSR yang baik, kata dia, dapat membuat desa wisata berkembang secara berkelanjutan. Kesejahteraan masyarakat meningkat, lingkungan, dan budaya lestari. Hariyanto yakin pariwisata akan mempercepat upaya pembangunan desa, mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa bisa direalisasikan dengan lebih efisien.
Hanya saja, desa wisata sebagai satu kesatuan ekosistem, memerlukan pemahaman yang terintegrasi mengenai bagaimana desa wisata dapat mengeksplorasi keunikan, kelebihan, serta melihat kekurangan untuk menjadi kekuatan atraksi sebagai desa wisata. Sementara itu, Department Head Divisi CSR PT Adaro Indonesia Firmansyah memastikan Adaro memberi pendampingan dan penguatan adat di Desa Liyu.
"Kami memberikan pendampingan dan penguatan adat kepada masyarakat, sedangkan berkaitan dengan kepariwisataan daerah, Adaro memberikan bantuan peningkatan kapasitas kelembagaan Adat Desa Liyu dalam membentuk desa wisata budaya dan membangun beberapa fasilitas pendukung di lokasi tersebut demi memberdayakan dan meningkatkan ekonomi daerah," ujar Firmansyah.
Baca juga: Lombok Barat memaksimalkan pengembangan desa wisata
Baca juga: Kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Wae Lolos mencapai 4.623 orang
Firmansyah memaparkan pembangunan sarana prasarana yang dilakukan, di antaranya revitalisasi Balai Adat Desa Liyu, pembangunan Jembatan Gantung Wisata, pembangunan camping ground, pos Kelompok Sadar Wisata, dermaga perahu, fasilitas untuk pengunjung seperti kelistrikan, dan peralatan maupun distribusi air bersih.
Selain pengembangan wisata, Firmansyah mengatakan program tersebut diintegrasikan dengan program CSR ekonomi Adaro Indonesia (Program Bina Desa) untuk mengembangkan budi daya penanaman padi Gogo varietas unggul di Desa Liyu.
Melalui program ini, kata dia, warga Desa Liyu mendapat bekal ilmu dan keterampilan dalam budidaya padi varietas baru serta pembuatan lumbung padi untuk menampung hasil panen yang dapat menunjang ketahanan pangan warga desa setempat.
"Pengembangan berkelanjutan dan integrasi dengan kegiatan masyarakat setempat akan menjadi kunci suksesnya Desa Liyu sebagai kunjungan wisata yang menarik," ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Hariyanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Hariyanto menambahkan, Corporate Social Responsibility (CSR) memang bisa memberikan dampak yang signifikan dalam menggerakkan pemberdayaan desa wisata. Dukungan CSR yang baik, kata dia, dapat membuat desa wisata berkembang secara berkelanjutan. Kesejahteraan masyarakat meningkat, lingkungan, dan budaya lestari. Hariyanto yakin pariwisata akan mempercepat upaya pembangunan desa, mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa bisa direalisasikan dengan lebih efisien.
Hanya saja, desa wisata sebagai satu kesatuan ekosistem, memerlukan pemahaman yang terintegrasi mengenai bagaimana desa wisata dapat mengeksplorasi keunikan, kelebihan, serta melihat kekurangan untuk menjadi kekuatan atraksi sebagai desa wisata. Sementara itu, Department Head Divisi CSR PT Adaro Indonesia Firmansyah memastikan Adaro memberi pendampingan dan penguatan adat di Desa Liyu.
"Kami memberikan pendampingan dan penguatan adat kepada masyarakat, sedangkan berkaitan dengan kepariwisataan daerah, Adaro memberikan bantuan peningkatan kapasitas kelembagaan Adat Desa Liyu dalam membentuk desa wisata budaya dan membangun beberapa fasilitas pendukung di lokasi tersebut demi memberdayakan dan meningkatkan ekonomi daerah," ujar Firmansyah.
Baca juga: Lombok Barat memaksimalkan pengembangan desa wisata
Baca juga: Kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Wae Lolos mencapai 4.623 orang
Firmansyah memaparkan pembangunan sarana prasarana yang dilakukan, di antaranya revitalisasi Balai Adat Desa Liyu, pembangunan Jembatan Gantung Wisata, pembangunan camping ground, pos Kelompok Sadar Wisata, dermaga perahu, fasilitas untuk pengunjung seperti kelistrikan, dan peralatan maupun distribusi air bersih.
Selain pengembangan wisata, Firmansyah mengatakan program tersebut diintegrasikan dengan program CSR ekonomi Adaro Indonesia (Program Bina Desa) untuk mengembangkan budi daya penanaman padi Gogo varietas unggul di Desa Liyu.
Melalui program ini, kata dia, warga Desa Liyu mendapat bekal ilmu dan keterampilan dalam budidaya padi varietas baru serta pembuatan lumbung padi untuk menampung hasil panen yang dapat menunjang ketahanan pangan warga desa setempat.