Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menyebutkan penguatan posisi Indonesia dalam rantai pasok teknologi berbasis kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) menjadi salah satu cara menguatkan posisi Indonesia sebagai pengembang inovasi AI yang optimal dan bersaing global.
Hal itu perlu dilakukan mengingat kompetisi untuk bisa menjadi pemasok teknologi di rantai pasok terus memanas di antara negara-negara berkembang termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti di Malaysia maupun Vietnam dengan menggaet para raksasa teknologi global.
"Jadi nantinya posisi Indonesia di atlas of AI dunia itu bukan cuma menyerap teknologi sebagai produk atau user tapi kita ikut jadi bagian sebagai produsen untuk global supply chain dan memperkuat perkembangan teknologi AI di dunia," kata Nezar dalam Diskusi Publik bertajuk "Membangun Regulasi Tata Kelola AI untuk Indonesia: Substansi dan Proyeksi" di Jakarta Pusat, Rabu.
Nezar mengatakan, sebenarnya upaya Indonesia dalam menggaet para raksasa teknologi berinvestasi untuk mengembangkan infrastruktur AI di Indonesia sudah dilakukan. Terbaru seperti saat Presiden Joko Widodo bertemu dengan CEO Microsoft Satya Nadella membahas Kemitraan Pengembangan Inovasi dan Pusat Riset Microsoft.
"Indonesia pun terbuka untuk terus melakukan peningkatan infrastruktur nasional dan SDM sesuai kebutuhan tren global. Ini sudah jadi komitmen pemerintah untuk mendorong semua potensi yang kita miliki agar catch up dan align dengan perkembangan global," kata Nezar.
Selain berupaya menjadi bagian dari rantai pasok untuk infrastruktur, untuk menjadi negara pengembang AI yang optimal menurut Nezar diperlukan kemampuan negara untuk mampu secara konsisten menghadirkan transfer of technology dan transfer of knowedge.
Baca juga: Inisiatif Kemenkominfo buat AI optimal
Baca juga: Pengembangan AI dukung pemajuan pendidikan RI
Meski begitu hal itu juga turut dibarengi dengan meningkatkan tingkat adaptasi terhadap berbagai teknologi terbaru sehingga nantinya masyarakat terbiasa memanfaatkan solusi tersebut dan akhirnya tertarik untuk mengembangkannya lebih jauh.
"Melalui adaptasi dan modifikasi inovasi eksisting seperti teknologi AI ini, maka nantinya Indonesia bisa berperan sebagai negara pengembang AI di tingkat global apalagi jika secara konsisten melaksanakan transfer of technology dan transfer of knowledge," ujar Near.
Hal itu perlu dilakukan mengingat kompetisi untuk bisa menjadi pemasok teknologi di rantai pasok terus memanas di antara negara-negara berkembang termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti di Malaysia maupun Vietnam dengan menggaet para raksasa teknologi global.
"Jadi nantinya posisi Indonesia di atlas of AI dunia itu bukan cuma menyerap teknologi sebagai produk atau user tapi kita ikut jadi bagian sebagai produsen untuk global supply chain dan memperkuat perkembangan teknologi AI di dunia," kata Nezar dalam Diskusi Publik bertajuk "Membangun Regulasi Tata Kelola AI untuk Indonesia: Substansi dan Proyeksi" di Jakarta Pusat, Rabu.
Nezar mengatakan, sebenarnya upaya Indonesia dalam menggaet para raksasa teknologi berinvestasi untuk mengembangkan infrastruktur AI di Indonesia sudah dilakukan. Terbaru seperti saat Presiden Joko Widodo bertemu dengan CEO Microsoft Satya Nadella membahas Kemitraan Pengembangan Inovasi dan Pusat Riset Microsoft.
"Indonesia pun terbuka untuk terus melakukan peningkatan infrastruktur nasional dan SDM sesuai kebutuhan tren global. Ini sudah jadi komitmen pemerintah untuk mendorong semua potensi yang kita miliki agar catch up dan align dengan perkembangan global," kata Nezar.
Selain berupaya menjadi bagian dari rantai pasok untuk infrastruktur, untuk menjadi negara pengembang AI yang optimal menurut Nezar diperlukan kemampuan negara untuk mampu secara konsisten menghadirkan transfer of technology dan transfer of knowedge.
Baca juga: Inisiatif Kemenkominfo buat AI optimal
Baca juga: Pengembangan AI dukung pemajuan pendidikan RI
Meski begitu hal itu juga turut dibarengi dengan meningkatkan tingkat adaptasi terhadap berbagai teknologi terbaru sehingga nantinya masyarakat terbiasa memanfaatkan solusi tersebut dan akhirnya tertarik untuk mengembangkannya lebih jauh.
"Melalui adaptasi dan modifikasi inovasi eksisting seperti teknologi AI ini, maka nantinya Indonesia bisa berperan sebagai negara pengembang AI di tingkat global apalagi jika secara konsisten melaksanakan transfer of technology dan transfer of knowledge," ujar Near.