Jakarta (ANTARA) - Inggris yang masih menghadapi masalah di barisan depan akan menghadapi Belanda yang telah berubah lebih bagus sejak memasuki fase knockout, segera bertemu dalam semifinal Euro 2024 di Signal Iduna Park, Dortmund, pada Kamis dini hari esok pukul 02.00 WIB.
Ini untuk ketiga kalinya Gareth Southgate mengantarkan Inggris ke babak empat besar turnamen utama sepak bola setelah Piala Dunia 2018 dan Euro 2020. Dia berusaha mengulangi pencapaian tiga tahun lalu ketika Three Lions mencapai final Euro 2020 yang gagal mereka menangkan setelah kalah adu penalti melawan Italia. Tak ada pelatih Inggris yang mencapai titik yang dicapai Southgate, yang hanya sekali gagal mengantarkan Three Lions ke babak empat besar saat Piala Dunia 2022.
Sebaliknya, Ronald Koeman berusaha menjadi pelatih Belanda kedua yang mengantarkan Oranye ke final Piala Eropa setelah Rinus Michels pada 1988. Dia juga berusaha menjadi pelatih Belanda keempat setelah Michels, Bert van Marwijk dan Ernst Happel yang mencapai babak final turnamen utama sepak bola.
Belanda dan Inggris merupakan tim yang unik. Jika Inggris pernah menjuarai Piala Dunia tapi tak pernah menjuarai Piala Eropa, maka Belanda adalah tim juara Eropa yang tak pernah menjuarai Piala Dunia. Southgate dan Koeman menjadi dua orang yang sangat menentukan kedua tim dalam mencatat sejarahnya masing-masing.
Mereka juga berusaha mengukuhkan mana dari dua kutub sepak bola ini yang lebih hebat, apakah gaya sepak bola Inggris atau pola bermain Belanda. Gaya bermain sepak bola Inggris tidak mengenal basa basi karena langsung mengumpan atau menyerang. Inggris juga menekankan kekuatan fisik, selain juga struktur pertahanan yang kuat, umpan-umpan langsung, dan kepiawaian memperlakukan bola mati.
Sebaliknya, trademark sepak bola Belanda adalah permainan menyerang yang mengalir bebas dalam filosofi "total football". Filosofi bermain ini mendorong pergerakan bola dan pemain yang luwes dan lancar, disertai pertukaran posisi yang fleksibel, dan permainan menyerang yang kreatif.
Barisan depan tumpul
Jika lima pertandingan terakhir Euro 2024, khususnya dua laga fase gugur, menjadi ukuran untuk melihat efektivitas gaya bermain kedua tim, maka penampilan Belanda sedikit lebih meyakinkan dibandingkan dengan Inggris.
Sepak bola menyerang ala Belanda telah menghasilkan 7 gol dari total 63 peluang yang 16 di antaranya tepat sasaran. Sedangkan sepak bola menekankan fisik dan pertahanan solid yang dirangkul Inggris, telah memproduksi 5 gol dari 57 peluang yang 15 di antaranya tepat sasaran.
Inggris dua kali nyaris terlempar dari kompetisi, ketika gol Jude Bellingham dan Harry Kane pada menit tambahan babak kedua menyelamatkan Three Lions dari hadangan Slovakia pada 16 besar. Tim Gareth Southgate juga nyaris dibuat tak berdaya oleh Swiss pada perempat final, sebelum mengatasi kutukan adu penalti untuk mencapai semifinal Piala Eropa 2024.
Sebaliknya, setelah tampil tak meyakinkan dalam fase grup, terutama akibat menyerah 2-3 kepada Austria, Oranye berubah bagus pada babak knockout dengan menyarangkan lima gol dan hanya kebobolan sekali untuk menendang Rumania dan Turki dari Euro 2024.
Dalam periode sama, Inggris hanya bisa menciptakan tiga gol dan kebobolan dua kali. Southgate boleh beralasan itu terjadi karena tiga dari lima lawan Three Lions terdahulu memasang formasi lima bek yang membuat para penyerangnya kesulitan menembus pertahanan yang teramat solid.
Namun dia tetap belum bisa menjawab masalah pada tumpulnya barisan depan Inggris yang justru dihuni pemain-pemain haus gol. Kuartet serang Inggris yang terdiri dari Bukayo Saka, Harry Kane, Phil Foden, dan Jude Bellingham total membuat 90 gol untuk klub-klubnya musim ini. Jika ditambahkan dengan Cole Palmer dan Ollie Watkins, maka jumlahnya menjadi 131 gol.
Ironisnya, dengan produktivitas sebanyak itu, baru lima gol yang bisa mereka ciptakan selama Euro 2024. Mereka bahkan menjadi tim yang menciptakan peluang paling sedikit dibandingkan tiga semifinalis Euro 2024 lainnya.
Koneksi Liga Inggris
cara terbaik yang bisa dilakukan Southgate adalah meracik tim serangnya dengan lebih tepat, terlebih lawan yang mereka hadapi bukan tim yang hobi bertahan seperti tiga tim yang memasang formasi lima bek yang disebut Southgate. Southgate bisa meniru cara Koeman yang mengembalikan Gakpo ke posisi alaminya sehingga membantu Belanda tampil lebih baik.
Jika itu dilakukan, maka Southgate bisa menggeser Foden ke tengah seperti biasa dia tempati di Manchester City, yang mungkin dengan cara itu ketumpulan lini depan Inggris teratasi, walau mungkin mengubah posisi Jude Bellingham yang tempil lumayan bagus sejauh ini.
Southgate juga bisa mengambil langkah besar dengan memasukkan sejak awal Luke Shaw sehingga sisi kiri permainan Inggris bisa lebih eksplosif. Tapi di sini, Belanda memiliki kolom kanan yang agresif yang diisi Denzel Dumfries, Jerdy Schouten dan Steven Bergwjin, yang bisa merusak sektor kiri Inggris.
Namun, Oranye sepertinya bakal menitik beratkan serangan di lajur kiri permainannya di mana Cody Gakpo beroperasi. Gakpo bakal mendapatkan sokongan dari Nathan Ake, untuk berduel dengan duet Kyle Walker dan Bukayo Saka yang menjadi pemain-pemain vital di kolom kanan permainan Three Lions.
Keempat pemain itu sudah sering berhadapan di Liga Inggris. Ake misalnya, sudah sering bertarung dengan Saka ketika Manchester City berhadapan dengan Arsenal. Fakta ini membuat pertemuan Oranye dengan Three Lions terbilang unik, karena bisa menjadi pertemuan dengan cita rasa Liga Premier Inggris.
Tujuh dari 26 pemain yang dibawa Ronald Koeman ke Jerman, adalah pemain-pemain Belanda yang bermain di Liga Inggris. Ini akan menjadi jaminan hadirnya pertandingan Piala Eropa dengan rasa Liga Inggris yang memiliki ciri khas bermain cepat dalam tempo tinggi.
Tak heran, meminjam kalimat bek Belanda dan Tottenham Hotspur, Micky van de Ven, laga ini bakal berlangsung dalam intensitas tinggi, dalam oktan tinggi.
Baca juga: Pelatih De la Fuente klaim sepak bola Spanyol ke tempat semestinya lolos ke final
Baca juga: Spanyol ke final setelah kalahkan Prancis skor 2-1
Pertandingan ini juga akan bertambah seru karena mempertemukan dua kubu suporter paling bersemangat dan fanatik di Eropa. Jika Inggris memenangkan laga ini maka Three Lions akan menjajal final Piala Eropa kedua setelah Euro 2020. Sebaliknya, jika Belanda yang berjaya, maka Oranye akan merasakan lagi final Piala Eropa setelah 36 tahun lalu ketika mereka menjuarai Euro 1988.
Yang pasti, mereka sudah ditunggu Spanyol yang sudah tiga kali menjuarai Piala Eropa, dalam final 15 Juli mendatang. Inggris belum pernah bertemu Spanyol baik dalam final Piala Dunia maupun Piala Eropa, sedangkan Belanda pernah bertemu Spanyol dalam final Piala Dunia 2010.
Ini untuk ketiga kalinya Gareth Southgate mengantarkan Inggris ke babak empat besar turnamen utama sepak bola setelah Piala Dunia 2018 dan Euro 2020. Dia berusaha mengulangi pencapaian tiga tahun lalu ketika Three Lions mencapai final Euro 2020 yang gagal mereka menangkan setelah kalah adu penalti melawan Italia. Tak ada pelatih Inggris yang mencapai titik yang dicapai Southgate, yang hanya sekali gagal mengantarkan Three Lions ke babak empat besar saat Piala Dunia 2022.
Sebaliknya, Ronald Koeman berusaha menjadi pelatih Belanda kedua yang mengantarkan Oranye ke final Piala Eropa setelah Rinus Michels pada 1988. Dia juga berusaha menjadi pelatih Belanda keempat setelah Michels, Bert van Marwijk dan Ernst Happel yang mencapai babak final turnamen utama sepak bola.
Belanda dan Inggris merupakan tim yang unik. Jika Inggris pernah menjuarai Piala Dunia tapi tak pernah menjuarai Piala Eropa, maka Belanda adalah tim juara Eropa yang tak pernah menjuarai Piala Dunia. Southgate dan Koeman menjadi dua orang yang sangat menentukan kedua tim dalam mencatat sejarahnya masing-masing.
Mereka juga berusaha mengukuhkan mana dari dua kutub sepak bola ini yang lebih hebat, apakah gaya sepak bola Inggris atau pola bermain Belanda. Gaya bermain sepak bola Inggris tidak mengenal basa basi karena langsung mengumpan atau menyerang. Inggris juga menekankan kekuatan fisik, selain juga struktur pertahanan yang kuat, umpan-umpan langsung, dan kepiawaian memperlakukan bola mati.
Sebaliknya, trademark sepak bola Belanda adalah permainan menyerang yang mengalir bebas dalam filosofi "total football". Filosofi bermain ini mendorong pergerakan bola dan pemain yang luwes dan lancar, disertai pertukaran posisi yang fleksibel, dan permainan menyerang yang kreatif.
Barisan depan tumpul
Jika lima pertandingan terakhir Euro 2024, khususnya dua laga fase gugur, menjadi ukuran untuk melihat efektivitas gaya bermain kedua tim, maka penampilan Belanda sedikit lebih meyakinkan dibandingkan dengan Inggris.
Sepak bola menyerang ala Belanda telah menghasilkan 7 gol dari total 63 peluang yang 16 di antaranya tepat sasaran. Sedangkan sepak bola menekankan fisik dan pertahanan solid yang dirangkul Inggris, telah memproduksi 5 gol dari 57 peluang yang 15 di antaranya tepat sasaran.
Inggris dua kali nyaris terlempar dari kompetisi, ketika gol Jude Bellingham dan Harry Kane pada menit tambahan babak kedua menyelamatkan Three Lions dari hadangan Slovakia pada 16 besar. Tim Gareth Southgate juga nyaris dibuat tak berdaya oleh Swiss pada perempat final, sebelum mengatasi kutukan adu penalti untuk mencapai semifinal Piala Eropa 2024.
Sebaliknya, setelah tampil tak meyakinkan dalam fase grup, terutama akibat menyerah 2-3 kepada Austria, Oranye berubah bagus pada babak knockout dengan menyarangkan lima gol dan hanya kebobolan sekali untuk menendang Rumania dan Turki dari Euro 2024.
Dalam periode sama, Inggris hanya bisa menciptakan tiga gol dan kebobolan dua kali. Southgate boleh beralasan itu terjadi karena tiga dari lima lawan Three Lions terdahulu memasang formasi lima bek yang membuat para penyerangnya kesulitan menembus pertahanan yang teramat solid.
Namun dia tetap belum bisa menjawab masalah pada tumpulnya barisan depan Inggris yang justru dihuni pemain-pemain haus gol. Kuartet serang Inggris yang terdiri dari Bukayo Saka, Harry Kane, Phil Foden, dan Jude Bellingham total membuat 90 gol untuk klub-klubnya musim ini. Jika ditambahkan dengan Cole Palmer dan Ollie Watkins, maka jumlahnya menjadi 131 gol.
Ironisnya, dengan produktivitas sebanyak itu, baru lima gol yang bisa mereka ciptakan selama Euro 2024. Mereka bahkan menjadi tim yang menciptakan peluang paling sedikit dibandingkan tiga semifinalis Euro 2024 lainnya.
Koneksi Liga Inggris
cara terbaik yang bisa dilakukan Southgate adalah meracik tim serangnya dengan lebih tepat, terlebih lawan yang mereka hadapi bukan tim yang hobi bertahan seperti tiga tim yang memasang formasi lima bek yang disebut Southgate. Southgate bisa meniru cara Koeman yang mengembalikan Gakpo ke posisi alaminya sehingga membantu Belanda tampil lebih baik.
Jika itu dilakukan, maka Southgate bisa menggeser Foden ke tengah seperti biasa dia tempati di Manchester City, yang mungkin dengan cara itu ketumpulan lini depan Inggris teratasi, walau mungkin mengubah posisi Jude Bellingham yang tempil lumayan bagus sejauh ini.
Southgate juga bisa mengambil langkah besar dengan memasukkan sejak awal Luke Shaw sehingga sisi kiri permainan Inggris bisa lebih eksplosif. Tapi di sini, Belanda memiliki kolom kanan yang agresif yang diisi Denzel Dumfries, Jerdy Schouten dan Steven Bergwjin, yang bisa merusak sektor kiri Inggris.
Namun, Oranye sepertinya bakal menitik beratkan serangan di lajur kiri permainannya di mana Cody Gakpo beroperasi. Gakpo bakal mendapatkan sokongan dari Nathan Ake, untuk berduel dengan duet Kyle Walker dan Bukayo Saka yang menjadi pemain-pemain vital di kolom kanan permainan Three Lions.
Keempat pemain itu sudah sering berhadapan di Liga Inggris. Ake misalnya, sudah sering bertarung dengan Saka ketika Manchester City berhadapan dengan Arsenal. Fakta ini membuat pertemuan Oranye dengan Three Lions terbilang unik, karena bisa menjadi pertemuan dengan cita rasa Liga Premier Inggris.
Tujuh dari 26 pemain yang dibawa Ronald Koeman ke Jerman, adalah pemain-pemain Belanda yang bermain di Liga Inggris. Ini akan menjadi jaminan hadirnya pertandingan Piala Eropa dengan rasa Liga Inggris yang memiliki ciri khas bermain cepat dalam tempo tinggi.
Tak heran, meminjam kalimat bek Belanda dan Tottenham Hotspur, Micky van de Ven, laga ini bakal berlangsung dalam intensitas tinggi, dalam oktan tinggi.
Baca juga: Pelatih De la Fuente klaim sepak bola Spanyol ke tempat semestinya lolos ke final
Baca juga: Spanyol ke final setelah kalahkan Prancis skor 2-1
Pertandingan ini juga akan bertambah seru karena mempertemukan dua kubu suporter paling bersemangat dan fanatik di Eropa. Jika Inggris memenangkan laga ini maka Three Lions akan menjajal final Piala Eropa kedua setelah Euro 2020. Sebaliknya, jika Belanda yang berjaya, maka Oranye akan merasakan lagi final Piala Eropa setelah 36 tahun lalu ketika mereka menjuarai Euro 1988.
Yang pasti, mereka sudah ditunggu Spanyol yang sudah tiga kali menjuarai Piala Eropa, dalam final 15 Juli mendatang. Inggris belum pernah bertemu Spanyol baik dalam final Piala Dunia maupun Piala Eropa, sedangkan Belanda pernah bertemu Spanyol dalam final Piala Dunia 2010.