Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, Kabupaten Wonosobo memiliki peluang menjadi kabupaten/kota kreatif kelas dunia melalui UNESCO Creative Cities Network (UCCN).
Karenanya, Kemenparekraf menghadirkan program Kabupaten/Kota (KaTa) Kreatif guna menyerap aspirasi dan mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha sektor ekonomi kreatif di kabupaten ini.
"Kami melihat ada peluang karena di sini ada atraksi pariwisata yang luar biasa sekali seperti Festival Balon Udara, ada juga Festival di Dieng, dan ini diperkuat juga oleh beberapa desa wisata," ujar Sandiaga lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
KaTa Kreatif Wonosobo turut menghadirkan Tim Panitia Seleksi Nasional Pengusulan Nominasi Anggota Jejaring UCCN tahun 2024 untuk memperkuat langkah-langkah mendapat pengakuan global. KaTa Kreatif, lanjut dia, hadir agar pelaku ekonomi kreatif di Wonosobo dan Jawa Tengah secara umum bisa memperkuat ekosistem ekraf bersama seiring kebijakan pemerintah.
"Banyak pelaku ekraf kita produk-produknya sangat luar biasa. Dan kalau pengusahanya siap maka kabupaten juga harus siap dengan regulasi, dengan insentifnya. Karena itu, saya sebetulnya ingin mendengar beberapa masukan atau pengalaman dari rekan-rekan," katanya.
Dalam KaTa Kreatif terdapat segmen tantangan kreatif dimana Menparekraf diberikan tantangan untuk membuat ramuan minuman khas Wonosobo yang berbahan dasar rempah-rempah seperti kopi, ginseng, lada, purwaceng, jahe, merah, sereh.
Wonosobo dikenal dengan kenikmatan kuliner, kalau Yogyakarta punya minuman tradisional wedang uwuh, Wonosobo punya purwaceng yang bermanfaat untuk daya tahan tubuh. Lebih jauh, pada kesempatan itu, Ketua Komite Ekonomi Kreatif Kabupaten Wonosobo Alfa Gemilang menyampaikan pendapatnya terkait masih belum optimal sinergi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam mendukung ekonomi kreatif.
Selain itu, Kabupaten Wonosobo dalam beberapa tahun terakhir mendapat DAK (Dana Alokasi Khusus) Fisik maupun Non-Fisik untuk pengembangan pariwisata. Menparekraf menanggapi bahwa memang sinergi perlu dijalin dengan baik, hal ini berdasarkan pengalaman pandemi COVID-19 dimana yang diperlukan adalah kolaborasi bukan kompetisi.
Baca juga: Pantai Ampenan Mataram mulai direnovasi
Baca juga: Fenomena La Nina berpotensi ganggu sektor pariwisata
Berkaitan dengan DAK Fisik, ia mengatakan, salah satu yang dipersiapkan oleh Presiden Jokowi di penghujung masa pemerintahannya adalah memberikan ruang fiskal yang luas untuk pemerintahan ke depan.
Sehingga, Kabupaten Wonosobo dapat mulai mengajukan bentuk DAK fisik maupun non-fisik, terutama berkaitan dengan peningkatan kualitas dasar pelayanan.
Selain itu, Kabupaten Wonosobo dalam beberapa tahun terakhir mendapat DAK (Dana Alokasi Khusus) Fisik maupun Non-Fisik untuk pengembangan pariwisata. Menparekraf menanggapi bahwa memang sinergi perlu dijalin dengan baik, hal ini berdasarkan pengalaman pandemi COVID-19 dimana yang diperlukan adalah kolaborasi bukan kompetisi.
Baca juga: Pantai Ampenan Mataram mulai direnovasi
Baca juga: Fenomena La Nina berpotensi ganggu sektor pariwisata
Berkaitan dengan DAK Fisik, ia mengatakan, salah satu yang dipersiapkan oleh Presiden Jokowi di penghujung masa pemerintahannya adalah memberikan ruang fiskal yang luas untuk pemerintahan ke depan.
Sehingga, Kabupaten Wonosobo dapat mulai mengajukan bentuk DAK fisik maupun non-fisik, terutama berkaitan dengan peningkatan kualitas dasar pelayanan.
"Jadi kalau pelayanan ekonomi kreatif itu bisa diajukan baik fisik maupun non-fisik. Tahun ini sudah dapat, mudah-mudahan tahun depan dapat lagi," pungkasnya.