Mataram (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat dan PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah NTB bersinergi dalam memanfaatkan limbah operasional sebagai bahan bakar substitusi (biomassa) yang ramah lingkungan dalam memproduksi listrik di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang.
"Kerja sama antara Bank Indonesia dengan PLN tersebut dalam upaya mendukung net zero emission Provinsi NTB pada 2050," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap, dalam keterangan resmi yang diterima di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan pihaknya menyadari bahwa kapasitas limbah hasil operasional masih jauh dari kebutuhan PLN. Namun, Langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia tersebut dapat menjadi percontohan dan direplikasi oleh instansi lainnya di NTB.
Sejak 2010, Bank Indonesia telah mengembangkan berbagai penelitian hijau untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung ekonomi berkelanjutan.
Melalui sektor keuangan, Bank Indonesia mengembangkan kebijakan makroprudensial hijau dan instrumen keuangan hijau. Di sektor riil, BI juga telah menyusun model bisnis UMKM hijau.
"Di aspek kelembagaan, BI telah melaksanakan proyek percontohan green building di Kantor Perwakilan Solo," ujar Berry.
Ia menambahkan, Bank Indonesia juga aktif berpartisipasi dalam forum-forum global dan menjadi anggota Network for Greening the Financial System (NGFS) sejak November 2019. Hal itu bertujuan untuk mempromosikan praktik terbaik terkait pembiayaan hijau.
Strategi kerangka BI Hijau berprinsip pada efektivitas, efisiensi, tata kelola yang baik, berbasis penelitian dan data, pandangan ke depan, integrasi, dan sinergi.
Ia mengatakan strategi tersebut dikembangkan dan dilaksanakan melalui sinergi dengan kementerian/lembaga serta pemangku kepentingan terkait. Hal itu didukung oleh sistem informasi yang kuat, pengambilan keputusan yang tepat serta koordinasi dan komunikasi yang efektif.
"Dengan kolaborasi erat ini, kami berharap dapat memberikan dampak positif dan mendorong pertumbuhan ekonomi NTB yang inklusif dan berkelanjutan," ujarnya.
General Manajer PT PLN (Persero) UIW NTB, Sudjarwo, sangat mengapresiasi kerja sama yang terjalin antara Bank Indonesia dan PLN dalam upaya pemanfaatan limbah operasional sebagai bahan bakar substitusi di PLTU Jeranjang.
"Ini adalah langkah nyata dalam mendukung transisi energi bersih dan ramah lingkungan di Provinsi NTB. Kami berharap bahwa inisiatif ini dapat menjadi percontohan yang bisa diadopsi oleh instansi dan perusahaan lain di NTB," katanya.
Hingga Juni 2024, kata dia, penggunaan biomassa telah mencapai 12 persen, sehingga masih banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan biomassa PLTU.
PLN juga sangat terbuka kepada berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam program cofiring PLTU tersebut.
Menurut Sudjarwo, pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar alternatif tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung terciptanya energi bersih.
"PLN berkomitmen untuk terus mengembangkan sumber energi yang lebih hijau dan mendukung upaya pemerintah Provinsi NTB dalam mencapai target net zero emission tahun 2050," ucapnya.
Ia juga berharap kerja sama tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi NTB dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien dan mendukung produksi energi yang ramah lingkungan.
"Langkah tersebut juga diharapkan dapat menginspirasi dinat atau instansi lain di NTB, untuk mengadopsi praktik serupa dalam upaya mencapai ekonomi hijau dan mengurangi emisi karbon," katanya.
Acara peluncuran kerja sama tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB, H Sahdan, Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Arief Hartawan, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Bandoe Widhiarto, Manajer Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Fadli Muin, dan Advisor KPwBI Provinsi Bali, Butet Linda H. Panjaitan.
"Kerja sama antara Bank Indonesia dengan PLN tersebut dalam upaya mendukung net zero emission Provinsi NTB pada 2050," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap, dalam keterangan resmi yang diterima di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan pihaknya menyadari bahwa kapasitas limbah hasil operasional masih jauh dari kebutuhan PLN. Namun, Langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia tersebut dapat menjadi percontohan dan direplikasi oleh instansi lainnya di NTB.
Sejak 2010, Bank Indonesia telah mengembangkan berbagai penelitian hijau untuk menghasilkan kebijakan yang mendukung ekonomi berkelanjutan.
Melalui sektor keuangan, Bank Indonesia mengembangkan kebijakan makroprudensial hijau dan instrumen keuangan hijau. Di sektor riil, BI juga telah menyusun model bisnis UMKM hijau.
"Di aspek kelembagaan, BI telah melaksanakan proyek percontohan green building di Kantor Perwakilan Solo," ujar Berry.
Ia menambahkan, Bank Indonesia juga aktif berpartisipasi dalam forum-forum global dan menjadi anggota Network for Greening the Financial System (NGFS) sejak November 2019. Hal itu bertujuan untuk mempromosikan praktik terbaik terkait pembiayaan hijau.
Strategi kerangka BI Hijau berprinsip pada efektivitas, efisiensi, tata kelola yang baik, berbasis penelitian dan data, pandangan ke depan, integrasi, dan sinergi.
Ia mengatakan strategi tersebut dikembangkan dan dilaksanakan melalui sinergi dengan kementerian/lembaga serta pemangku kepentingan terkait. Hal itu didukung oleh sistem informasi yang kuat, pengambilan keputusan yang tepat serta koordinasi dan komunikasi yang efektif.
"Dengan kolaborasi erat ini, kami berharap dapat memberikan dampak positif dan mendorong pertumbuhan ekonomi NTB yang inklusif dan berkelanjutan," ujarnya.
General Manajer PT PLN (Persero) UIW NTB, Sudjarwo, sangat mengapresiasi kerja sama yang terjalin antara Bank Indonesia dan PLN dalam upaya pemanfaatan limbah operasional sebagai bahan bakar substitusi di PLTU Jeranjang.
"Ini adalah langkah nyata dalam mendukung transisi energi bersih dan ramah lingkungan di Provinsi NTB. Kami berharap bahwa inisiatif ini dapat menjadi percontohan yang bisa diadopsi oleh instansi dan perusahaan lain di NTB," katanya.
Hingga Juni 2024, kata dia, penggunaan biomassa telah mencapai 12 persen, sehingga masih banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan biomassa PLTU.
PLN juga sangat terbuka kepada berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam program cofiring PLTU tersebut.
Menurut Sudjarwo, pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar alternatif tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung terciptanya energi bersih.
"PLN berkomitmen untuk terus mengembangkan sumber energi yang lebih hijau dan mendukung upaya pemerintah Provinsi NTB dalam mencapai target net zero emission tahun 2050," ucapnya.
Ia juga berharap kerja sama tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi NTB dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien dan mendukung produksi energi yang ramah lingkungan.
"Langkah tersebut juga diharapkan dapat menginspirasi dinat atau instansi lain di NTB, untuk mengadopsi praktik serupa dalam upaya mencapai ekonomi hijau dan mengurangi emisi karbon," katanya.
Acara peluncuran kerja sama tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) NTB, H Sahdan, Kepala Departemen Regional Bank Indonesia, Arief Hartawan, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Bandoe Widhiarto, Manajer Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Fadli Muin, dan Advisor KPwBI Provinsi Bali, Butet Linda H. Panjaitan.