Jakarta (ANTARA) - Wilayah gurun kerap menyimpan misteri bagi manusia sejak dulu kala. Genangan air yang muncul di padang pasir saat matahari terik sering mengecoh mata. Ilusi optik itu disebut fatamorgana yang juga dapat muncul pada aspal yang panas. Ilusi lain di padang gurun di dekat Kota Madinah Al Munawarah adalah Jabal Magnet.

Jabal magnet secara bahasa artinya bukit magnet. Maksudnya gunung dengan batu-batu yang dianggap mengandung magnet. Di bukit itu memang kerap terjadi keanehan yang dirasakan oleh para pengemudi kendaraan minibus maupun bis.

Di atas jalanan yang rata cenderung menanjak, kendaraan dapat melaju 80-100 km/jam meskipun tuas transmisi pada posisi netral. Mobil benar-benar dapat bergerak sendiri. Begitu tulis Maria Fauzi dan Efin Faridho, dua petugas haji 2024 dalam pesan singkatnya pada penulis beberapa hari setelah tiba di Madinah.

Itulah yang juga penulis rasakan ketika berkunjung ke Jabal Magnet pada musim haji 2024 bersama enam petugas haji lainnya di penghujung musim haji bagi Jamaah Indonesia.

Sukayat, pengemudi Innova sengaja menghentikan mobil yang tengah melaju dari Madinah ke Jabal Magnet lalu menggerakkan tuas transmisi ke posisi netral. Mobil tidak bergerak maju tetapi malah bergerak mundur perlahan serta semakin cepat. Para penumpang tertegun, artinya bukit magnet memang tidak menarik mobil ke arah bukit.

Percobaan tersebut diulangi saat rombongan meninggalkan Jabal Magnet. Kali ini mobil maju melaju cepat dan semakin cepat melampaui kecepatan 80 km/jam meskipun pada posisi netral.

Namun, pandangan mata memang tidak seperti sedang menuruni bukit. Jalanan aspal tampak rata cenderung naik. Padahal, sejatinya rombongan sedang menjauhi Bukit Magnet alias sedang menuruni bukit. Sukayat bergumam mengatakan ini seperti ilusi saja.

Jabal Magnet menjadi tujuan wisata yang populer dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Di kaki bukit yang merupakan hamparan pasir putih kini terdapat unta-unta yang siap disewa pengunjung.

Lapak sederhana pedagang minuman, buah, dan makanan kecil juga berdiri menyambut para pengunjung. Di sanalah jamaah haji dan umrah yang berniat menyaksikan Jabal Magnet menghibur diri karena pemandangan di sana memang hanya hamparan bukit batu dan pasir.

Konon, tempat itu mulai ramai sejak ditemukan oleh seorang Badui yang mengendarai mobilnya. Ia berhenti sejenak untuk buang air kecil di tepi jalan, tetapi lupa memasang rem tangan kendaraan.

Ia kaget ketika mobilnya melaju sendiri di jalan yang tampak menanjak ketika ditinggalkannya. Mobil baru berhenti saat tertahan gundukan pasir di tepi jalan. Sejak itu tempat tersebut ramai dikunjungi karena dianggap mengandung magnet. Bahkan lembah menuju Jabal Magnet kemudian dikenal sebagai Lembah Jin.


Jurnal Ilmiah

Penelusuran penulis di Google Scholar tidak ditemukan sama sekali penjelasan ilmiah jenis batuan dan kandungan mineral Jabal Magnet yang berada di area Wadi Al Baida. Belum ada jurnal yang menjelaskan bahwa batuan di Jabal Magnet kaya kandungan mineral feromagnetik sebagai bahan penyusun magnet permanen yang dikenal selama ini.

Satu-satunya jurnal yang mengupas itu justru dari disiplin ilmu geospasial yang ditulis Rehan Jamil dari Department of Building Engineering, College of Architecture and Planning, Imam Abdulrahman Bin Faisal University, Dammam, Saudi Arabia.

Rehan menganalisis data geospasial yang bersumber dari Google Earth Pro untuk mencari perbedaan ketinggian dan kemiringan pada titik awal dan titik ujung jalan menuju Jabal Magnet. Ia juga kemudian mengujinya dengan mobil yang dinaikinya.

Rehan memplot titik-titik secara acak di wilayah Jabal Magnet hingga ke Wadi Al Baida di bawahnya yang menjadi lembah di area perbukitan di sekelilingnya. Sebanyak 10.500 titik dibuatnya di area 20 km x 10 km dengan rata-rata 50 titik per km persegi.

Berikutnya Rehan mengekstrak ketinggian di setiap titik untuk kemudian memodelkannya secara visual dengan tiga dimensi dengan metode Krigging untuk menghasilkan data grid.

Hasilnya seperti yang diduga. Kendaraan melaju ke arah yang lebih rendah karena gaya gravitasi seperti gerakan benda pada umumnya. Ilusi optik berupa slope illusion muncul karena perbukitan di tepi jalan yang berupa batuan tersusun secara tidak beraturan dengan arah garis yang tidak selalu tegak lurus.

Di sisi lain horison pemandangan yang lebih luas terhalangi oleh kehadiran bukit-bukit tersebut. Ilustrasi video terkait ilusi tersebut dapat ditemukan di Google secara mudah dengan kata kunci 'slope illusion' termasuk cara membuatnya dengan jembatan kertas yang di atasnya menggelinding kelereng seolah bergerak ke atas.

Hal itulah yang menjelaskan di Jabal Magnet bukan hanya kendaraan yang dapat bergerak sendiri. Bola, kelereng, bahkan butiran air bergerak searah dengan mobil yang melaju dengan transmisi netral.

Rehan mengungkap di dunia banyak sekali slope ilusi tersebut dicatat para ilmuwan. Paling tidak telah terdapat 10 lokasi di dunia yang secara tidak sengaja menampilkan ilusi tersebut.

Menurut Rehan, Wadi Al Baida yang terletak di Al Madinah, Arab Saudi tercatat sebagai salah satu situs yang dianggap memiliki gaya magnet karena kendaraan bergerak di jalan menanjak dan datar tanpa mesin menyala.

Slope illusion tersebut hadir pada lokasi khusus yang disebut gravity hill atau bukit gravitasi. Hal itu merujuk pada lokasi yang secara khas memiliki tata letak lingkungan yang menghasilkan ilusi optik yang membuat jalan menurun tampak menanjak.

Faktor utama yang berkontribusi terhadap ilusi tersebut adalah cakrawala yang terhalang. Tanpa adanya horizon yang menjadi acuan, maka mata sulit menilai kemiringan suatu permukaan karena tidak terlihat. Terdapat banyak tempat seperti itu di Bumi yang sudah ditemukan.

Pada 2003 Paola Bressan dari Italia telah mencatat berbagai lokasi dengan fenomena gravity hill yang ada di seluruh dunia. Sebanyak 15 di antaranya hanya di Amerika Serikat dan Kanada. Peneliti lain melaporkan fenomena tersebut ada di Radan, Serbia dan di Kurdistan, Irak.

Di semua tempat tersebut masyarakat setempat mendeskripsikan bahwa di lokasi tersebut terdapat aktivitas supernatural, kekuatan magnet, atau bahkan proyek rahasia militer karena kendaraan dapat bergerak menanjak tanpa mesin menyala.

Brassen memodelkan anomali gravitasi tersebut di laboratorium dengan menunjukkan bahwa antigravitasi muncul karena kekeliruan persepsi mata karena adanya kemiringan konstektual atau garis cakrawala yang salah.

Riset Rehan mengungkap ketinggian jalan di Jabal Magnet yang ditandai dengan jalan melingkar adalah 949 m, sementara ketinggian di dasar lembah yang 560 m sehingga terdapat beda ketinggian yang signifikan 389 m. Titik terendah di salah satu ruas jalan mencapai 555 m.

Baca juga: Bukit Mantar Magnet Wisata "Bumi Undru"
Baca juga: BMKG : Tak perlu khawatir atas fenomena badai magnet

Kemiringan jalan bervariasi di setiap ruas jalan dengan kemiringan rata-rata 2,6 persen sepanjang 15 km. Ruas terpanjang yaitu 11 km memiliki kemiringan 2,9 persen dan terdapat ruas sepanjang 2 km yang memiliki kemiringan 5,1 persen yang relatif curam dibanding ruas jalan lainnya.

Riset Rehan telah menjawab misteri mobil bergerak sendiri dari Jabal Magnet ke arah Madinah. Namun, Jabal Madinah tetap menarik menjadi tujuan wisata karena memberi pengunjung bukti bahwa mata manusia yang sehat juga dapat tertipu ilusi. Pengunjung juga dapat menikmati goyangan punggung unta di kaki Jabal Magnet.


*) Penulis adalah PPIH Arab Saudi 2024; Anggota Majelis Amanah DPP GEMA Mathla'ul Anwar; peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
 

 

Pewarta : Dr. Destika Cahyana, SP, M.Sc.*)
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024