Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah digestif RS MRCCC Siloam Semanggi, DR dr Wifanto Saditya Jeo, Sp.B-KBD, mengatakan bahwa whipple surgery biasanya menjadi pilihan ketika tumor belum menyebar ke organ lain di sekitar pankreas.
Whipple surgery adalah prosedur bedah untuk mengangkat tumor yang berlokasi di kepala pankreas, serta bisa untuk mengatasi kondisi lain seperti kista, tumor neuroendokrin atau tumor di daerah saluran empedu.
Dalam prosedur ini, dokter spesialis bedah akan mengangkat bagian dari pankreas, bagian pertama usus kecil (duodenum), sebagian saluran empedu, dan kantong empedu. Pada beberapa kasus, sebagian dari lambung atau tubuh pankreas juga dapat diangkat.
"Kanker pankreas ini gejalanya tidak spesifik dan sulit dideteksi atau tidak terlihat pada tahap awal. Gejala yang mungkin muncul termasuk nyeri perut, penurunan berat badan, gangguan pencernaan, dan kulit menjadi kuning. Pada banyak kasus sering ditemukan pasien sudah memasuki tahap lanjutan,” sebut dr. Wifanto dalam siaran pers, Senin.
Prosedur Whipple merupakan operasi bedah kompleks dan memerlukan tim bedah terampil serta fasilitas medis yang memadai. Operasi ini rata-rata memerlukan waktu 6-8 jam.
Berikut langkah whipple surgery,
a. Persiapan pra-operasi
Sebelum operasi, pasien akan menjalani serangkaian tes diagnostik dan pemeriksaan fisik, mencakup tes darah, pencitraan seperti CT scan atau MRI, serta konsultasi dengan spesialis bedah dan anestesi. Pasien juga diberikan instruksi persiapan pra-operasi, seperti puasa sebelum operasi.
b. Anestesi
Sebelum prosedur dimulai, pasien diberikan anestesi umum untuk memastikan mereka tertidur selama operasi. Anestesi diberikan oleh dokter spesialis anestesi yang terlatih dan akan memantau kondisi pasien.
c. Akses ke pankreas
Tim bedah akan membuat sayatan kecil (laparoskopi) pada perut untuk mengakses organ-organ yang terlibat dalam prosedur. Sayatan biasanya dibuat di bagian tengah atau kanan atas perut.
d. Evaluasi dan pengangkatan organ
Setelah akses terhadap organ-organ yang terlibat, seperti pankreas, duodenum (bagian pertama usus kecil), saluran empedu, dan kantong empedu, tim bedah akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengevaluasi sejauh mana tumor telah menyebar dan apakah organ-organ tersebut harus diangkat. Bagian kepala pankreas biasanya menjadi target utama dalam prosedur ini.
e. Pengangkatan dan rekonstruksi
Jika tumor terlokalisasi di kepala pankreas, dokter spesialis bedah akan mengangkat bagian tersebut, bersama dengan sebagian dari duodenum, saluran empedu, dan kantong empedu.
Pada beberapa kasus, sebagian dari lambung atau tubuh pankreas juga dapat diangkat. Setelah pengangkatan organ-organ yang terkena, langkah selanjutnya adalah rekonstruksi atau penyambungan kembali organ-organ yang tersisa.
Prosedur itu melibatkan proses menyambungkan usus, saluran empedu, dan pankreas dengan hati-hati untuk memastikan kelancaran aliran makanan dan cairan pencernaan.
f. Penutupan sayatan
Setelah prosedur selesai, sayatan pada perut akan ditutup dengan jahitan atau perekat medis. Perawatan luka yang tepat sangat penting untuk memastikan penyembuhan yang optimal dan mencegah infeksi.
Risiko
Meskipun whipple surgery merupakan prosedur yang penting, namun tidak terlepas dari risiko dan komplikasi. Risiko yang mungkin timbul setelah operasi termasuk perdarahan, infeksi, gangguan pencernaan, diabetes, kebocoran pada sambungan usus atau saluran empedu, serta penurunan berat badan yang signifikan.
Hal ini menjadikan pasien kanker pankreas yang telah menjalani operasi tetap akan dipantau secara khusus dan berkala untuk memastikan tidak adanya risiko dan komplikasi.
"Dengan adanya risiko-risiko dan komplikasi pasca-operasi, penting bagi pasien untuk betul-betul memilih rumah sakit terbaik dalam penanganannya, baik secara tim medis ataupun sarana pendukung," kata dr. Wifanto, seraya menambahkan bahwa RS MRCCC Siloam Semanggi bisa menjadi opsi untuk penanganan kanker pankreas karena memiliki tim medis yang profesional yang didukung peralatan canggih.
"MRCCC juga mengembangkan laparoskopi untuk tindakan whipple, di mana di negara lain tingkat ASEAN masih mencoba, kami sudah mengombinasikan operasi secara hybrid, yaitu pembebasan laparoskopi dan rekonstruksi dilakukan dengan open,” ujar dr. Wifanto.
Proses pemulihan
Proses pemulihan pasca-operasi bisa menjadi tantangan setelah whipple surgery. Biasanya, pasien akan menjalani rawat inap selama beberapa hari hingga beberapa pekan, tergantung kondisi individu dan kompleksitas operasi.
Selama pemulihan, pasien mungkin memerlukan obat pereda nyeri, diet khusus yang mudah dicerna, serta pemantauan ketat dari tim medis. Perawatan luka sangat penting guna mencegah infeksi dan memastikan penyembuhan yang optimal.
Baca juga: Pola makan buruk salah satu pemicu kanker kolorektal
Baca juga: Rajin makan nangka muda cegah kanker usus besar
Penting bagi pasien untuk memahami risiko dan komplikasi yang terkait dengan prosedur ini, serta mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk proses pemulihan yang mungkin berlangsung lama.
Namun, whipple surgery merupakan langkah penting dalam penanganan kanker pankreas yang terlokalisasi. Meskipun kompleks dan berisiko, namun prosedur ini dapat memberikan harapan bagi pasien untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup.
Whipple surgery adalah prosedur bedah untuk mengangkat tumor yang berlokasi di kepala pankreas, serta bisa untuk mengatasi kondisi lain seperti kista, tumor neuroendokrin atau tumor di daerah saluran empedu.
Dalam prosedur ini, dokter spesialis bedah akan mengangkat bagian dari pankreas, bagian pertama usus kecil (duodenum), sebagian saluran empedu, dan kantong empedu. Pada beberapa kasus, sebagian dari lambung atau tubuh pankreas juga dapat diangkat.
"Kanker pankreas ini gejalanya tidak spesifik dan sulit dideteksi atau tidak terlihat pada tahap awal. Gejala yang mungkin muncul termasuk nyeri perut, penurunan berat badan, gangguan pencernaan, dan kulit menjadi kuning. Pada banyak kasus sering ditemukan pasien sudah memasuki tahap lanjutan,” sebut dr. Wifanto dalam siaran pers, Senin.
Prosedur Whipple merupakan operasi bedah kompleks dan memerlukan tim bedah terampil serta fasilitas medis yang memadai. Operasi ini rata-rata memerlukan waktu 6-8 jam.
Berikut langkah whipple surgery,
a. Persiapan pra-operasi
Sebelum operasi, pasien akan menjalani serangkaian tes diagnostik dan pemeriksaan fisik, mencakup tes darah, pencitraan seperti CT scan atau MRI, serta konsultasi dengan spesialis bedah dan anestesi. Pasien juga diberikan instruksi persiapan pra-operasi, seperti puasa sebelum operasi.
b. Anestesi
Sebelum prosedur dimulai, pasien diberikan anestesi umum untuk memastikan mereka tertidur selama operasi. Anestesi diberikan oleh dokter spesialis anestesi yang terlatih dan akan memantau kondisi pasien.
c. Akses ke pankreas
Tim bedah akan membuat sayatan kecil (laparoskopi) pada perut untuk mengakses organ-organ yang terlibat dalam prosedur. Sayatan biasanya dibuat di bagian tengah atau kanan atas perut.
d. Evaluasi dan pengangkatan organ
Setelah akses terhadap organ-organ yang terlibat, seperti pankreas, duodenum (bagian pertama usus kecil), saluran empedu, dan kantong empedu, tim bedah akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengevaluasi sejauh mana tumor telah menyebar dan apakah organ-organ tersebut harus diangkat. Bagian kepala pankreas biasanya menjadi target utama dalam prosedur ini.
e. Pengangkatan dan rekonstruksi
Jika tumor terlokalisasi di kepala pankreas, dokter spesialis bedah akan mengangkat bagian tersebut, bersama dengan sebagian dari duodenum, saluran empedu, dan kantong empedu.
Pada beberapa kasus, sebagian dari lambung atau tubuh pankreas juga dapat diangkat. Setelah pengangkatan organ-organ yang terkena, langkah selanjutnya adalah rekonstruksi atau penyambungan kembali organ-organ yang tersisa.
Prosedur itu melibatkan proses menyambungkan usus, saluran empedu, dan pankreas dengan hati-hati untuk memastikan kelancaran aliran makanan dan cairan pencernaan.
f. Penutupan sayatan
Setelah prosedur selesai, sayatan pada perut akan ditutup dengan jahitan atau perekat medis. Perawatan luka yang tepat sangat penting untuk memastikan penyembuhan yang optimal dan mencegah infeksi.
Risiko
Meskipun whipple surgery merupakan prosedur yang penting, namun tidak terlepas dari risiko dan komplikasi. Risiko yang mungkin timbul setelah operasi termasuk perdarahan, infeksi, gangguan pencernaan, diabetes, kebocoran pada sambungan usus atau saluran empedu, serta penurunan berat badan yang signifikan.
Hal ini menjadikan pasien kanker pankreas yang telah menjalani operasi tetap akan dipantau secara khusus dan berkala untuk memastikan tidak adanya risiko dan komplikasi.
"Dengan adanya risiko-risiko dan komplikasi pasca-operasi, penting bagi pasien untuk betul-betul memilih rumah sakit terbaik dalam penanganannya, baik secara tim medis ataupun sarana pendukung," kata dr. Wifanto, seraya menambahkan bahwa RS MRCCC Siloam Semanggi bisa menjadi opsi untuk penanganan kanker pankreas karena memiliki tim medis yang profesional yang didukung peralatan canggih.
"MRCCC juga mengembangkan laparoskopi untuk tindakan whipple, di mana di negara lain tingkat ASEAN masih mencoba, kami sudah mengombinasikan operasi secara hybrid, yaitu pembebasan laparoskopi dan rekonstruksi dilakukan dengan open,” ujar dr. Wifanto.
Proses pemulihan
Proses pemulihan pasca-operasi bisa menjadi tantangan setelah whipple surgery. Biasanya, pasien akan menjalani rawat inap selama beberapa hari hingga beberapa pekan, tergantung kondisi individu dan kompleksitas operasi.
Selama pemulihan, pasien mungkin memerlukan obat pereda nyeri, diet khusus yang mudah dicerna, serta pemantauan ketat dari tim medis. Perawatan luka sangat penting guna mencegah infeksi dan memastikan penyembuhan yang optimal.
Baca juga: Pola makan buruk salah satu pemicu kanker kolorektal
Baca juga: Rajin makan nangka muda cegah kanker usus besar
Penting bagi pasien untuk memahami risiko dan komplikasi yang terkait dengan prosedur ini, serta mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk proses pemulihan yang mungkin berlangsung lama.
Namun, whipple surgery merupakan langkah penting dalam penanganan kanker pankreas yang terlokalisasi. Meskipun kompleks dan berisiko, namun prosedur ini dapat memberikan harapan bagi pasien untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup.