Lombok Timur (ANTARA) - Masalah gizi yang terjadi saat du usia remaja putri berdampak pada kualitas hidup di masa depan, juga berpotensi melahirkan generasi berikutnya yang mengalami masalah gizi dan kesehatannya. Salah satu masalah gizi adalah anemia.
Sebagai upaya pencegahan anemia, tim pengabdi dari program studi magister ilmu gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bekerja sama dengan Puskesmas Sembalun menyelenggarakan program KIRANA (KIta Remaja tanpA aNemiA) melalui pendanaan hibah dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia (DPPM UI) dan Program Studi Magister Ilmu Gizi Departemen Ilmu Gizi FKUI.
Kegiatan berlangsung di SMP Negeri 1 Sembalun dan SMA Negeri 1 Sembalun, yang diikuti oleh 250 siswa siswi yang ada di dua sekolah tersebut, pada hari Rabu (21/8) belum lama ini.
Anemia dapat menyebabkan stunting. Oleh karena itu, anemia khususnya menimpa pada remaja putri ini, harus jadi atensi semua pihak dan perlu penanganan serius. Karena 1 dari 4 remaja putri di Indonesia mengalami anemia.
Menurut dr. Erfi Prafiantini dari FKUI sebagai Ketua Pelaksana kegiatan. Remaja putri, sebagai calon Ibu harus mendapatkan gizi yang baik agar tidak mengalami malnutrisi jangka panjang. Misalnya, kekurangan asupan zat besi dan folat yang biasa terjari pada kondisi anemia.
“Hal tersebut, akan berdampak pada kehamilannya kelak dan calon janin yang akan dikandung. Jika tidak di tangani sejak dini,” kata dr. Erfi dalam rilis tertulis di terima media ini, Jumat (23/8).
Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadp kualitas SDM di masa depan. Kondisi kekurangan gizi pada usia dini menyaebabkan kegagalan pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek (Stunting), kurus serta daya tahan tumbuh yang rendah.
“Selain itu, anak yang kurang gizi akan mengalami hambatan perkembangan otak/kongnitif. Sehingga kesulitan dalam mengikuti pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktifitas di masa dewasa,” jelasnya.
Prof. dr. Rina Agustina, Magister Gizi menambahkan saat paparan dihdapan ratusan siswi SMAN 1 Sembalun. Anemia pada remaja juga dapat mengakibatkan menurunnya konsentrasi dan prestasi belajar, serta masalah kesuburan.
“Jika hal ini tidak ditangani dengan serus, akan berakibat patal pada generasi remaja puteri kedepannya,” punkas dr. Rina.
Hal yang sama disampaikan dr. Dian Novita Chandra, Magister Gizi selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Gizi FKUI di saat menjadi narasumber pada waktu itu mengatakan materi yang disampaikan pada kegiatan edukasi tersebut, terkait dengan anemia dan upaya pencegahannya serta kepatuhan konsumsi tablet tambah darah (TTD).
Di saat testimony yang dilakukan pada giat tersebut bahwa, salah satu siswi menanggapi terkaot obat TTD baunya obat itu membuat mual sehingga sebagian siswi malas untuk mengonsumsi obat penambah darah tersebut.
“Untuk mengatasi masalah itu, UI bersama Puskesmas Sembalun telah melakukan inovasi dan trobosan baru, salah satunya program KIRANAini,” kata dr Dian.
“Program KIRANA merupakan keberlanjutan program pencegahan stunting yang sudah dilakukan DPPM UI dan Program Studi Magister Ilmu Gizi FKUI dalam dua tahun terakhir.” Imbuhnya.
Sementara itu, di tempat terpisah Kepala Puskesmas Sembalun, Asri Hadi SH saat ditemui media ini di Sembalun menyambut baik dengan gembira bisa kolaborasi kegiatan ini bersama tim Pengabdi UI. tujannya untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang anemia dan strategi untuk konsumsi TTD.
“Selain itu, tujuan dari program ini juga untuk mencegah stunting yang diakibatkan anemia. Kami sangat terbantu, dan terimakasih kepada tim pengabdi UI,” ucap Asri.
Maksud dan tujuan dari kegiatan ini, lanjut pria kerb disapa pak As. Kalau dilihat dari data stunting, stunting itu bukan tanpa sebab. Salah salah satu kiat untuk pengetasan stunting itu bukan hanya pemberian makanan tambahan pada anak stunting.
Menurutnya, program KIRANA ini salah satu cara untuk pencegahan stunting. Dengan memberikan TTD pada remaja puteri secara teratur dan rutin serta edukasi tentang bahaya anemia sejak dini maka penyumbang stanting tidak dilihat dari umur atau di masa pertumbuhan seorang anak.
“Stunting itu tidak akan pernah turun, jika kita fokus mengurus anak yang stunting saja tanpa kita memperhatikan yang akan menjadi stunting, berarti yang menyebabkan itu dari ibunya sendiri. Maka pencegahannya itu dari sedini mumgkin,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia memparkan program KIRANA merupakan suatu terobosan dari FKUI yang sudah jauh-jauh hari dipikirkan. Program tersebut akan tersanding dengan program puskesmas namnya, Usia Kesehatan Remaja (USEKREN).
“Jika di usia remaja sudah sehat, kita sudah menyipkan calon-calon ibu yang sehat dan tangguh. Kan anak-anak remaja putri akan menjadi ibu-ibu, kalau sudah sehat otomatis dia akan mengandung anak yang sehat juga. Kalau sudah sehat kandungannya, dijaga dan rutin memriksa ke puskesmas dia akan melahirkan bayi-bayi yang normal,” pungkas pak As.
Ia pun menyampaikan terimaksihnya kepada FKUI dan berharap kolaborasi ini tetap berkesinambungan. Dengan program KIRANA ini pihaknya terbantu mengedukasi remaja putri di Sembalun teteng anemia.
“Atas nam puskesmas dan pemeritah Kecamatan Sembalun, saya ucapkan terimakasih banyak kepada UI khususnya FKUI atas proragram ini. Semoga program ini terus bersinergi dengan program kami yang ada di Puskesmas,” harapnya.
Sehingga apa yang dihasilkan dalam program tersebut bisa ditindak lanjutin. Dimana dari hasil dua sekolah yang jadi sampel di daerah setempat, terdapat temuan ada beberapa remaja putri mengalami anemia sedang dan anemia ringan.
Untuk diketahui, sebelumya program USEKRIN sudah berjalan tiga tahun terahair ini. Dengan rutik ke sekolah-sekolah SMP dan SMA sederajat untuk edukasi dan rutin memberikan vitamin zat besi dan tablet tambah darah bagi remaja putri satu kali dalam seminggu.
“Program KIRANA ini kita akan teruskan di Puskesmas, sehingga kita bisa mencetak dan menyiapkan calon-calon remaja putri yang tangguh, yang sehat. Dan untuk temuan itu kita berikan perhatian lebih, agar anemia ringan dan anemia sedang segera bisa diatasi,” tutupnya.
Sebagai upaya pencegahan anemia, tim pengabdi dari program studi magister ilmu gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bekerja sama dengan Puskesmas Sembalun menyelenggarakan program KIRANA (KIta Remaja tanpA aNemiA) melalui pendanaan hibah dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia (DPPM UI) dan Program Studi Magister Ilmu Gizi Departemen Ilmu Gizi FKUI.
Kegiatan berlangsung di SMP Negeri 1 Sembalun dan SMA Negeri 1 Sembalun, yang diikuti oleh 250 siswa siswi yang ada di dua sekolah tersebut, pada hari Rabu (21/8) belum lama ini.
Anemia dapat menyebabkan stunting. Oleh karena itu, anemia khususnya menimpa pada remaja putri ini, harus jadi atensi semua pihak dan perlu penanganan serius. Karena 1 dari 4 remaja putri di Indonesia mengalami anemia.
Menurut dr. Erfi Prafiantini dari FKUI sebagai Ketua Pelaksana kegiatan. Remaja putri, sebagai calon Ibu harus mendapatkan gizi yang baik agar tidak mengalami malnutrisi jangka panjang. Misalnya, kekurangan asupan zat besi dan folat yang biasa terjari pada kondisi anemia.
“Hal tersebut, akan berdampak pada kehamilannya kelak dan calon janin yang akan dikandung. Jika tidak di tangani sejak dini,” kata dr. Erfi dalam rilis tertulis di terima media ini, Jumat (23/8).
Kekurangan gizi pada awal kehidupan atau usia dini akan berdampak serius terhadp kualitas SDM di masa depan. Kondisi kekurangan gizi pada usia dini menyaebabkan kegagalan pertumbuhan sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah, pendek (Stunting), kurus serta daya tahan tumbuh yang rendah.
“Selain itu, anak yang kurang gizi akan mengalami hambatan perkembangan otak/kongnitif. Sehingga kesulitan dalam mengikuti pendidikan, yang pada akhirnya berakibat pada rendahnya produktifitas di masa dewasa,” jelasnya.
Prof. dr. Rina Agustina, Magister Gizi menambahkan saat paparan dihdapan ratusan siswi SMAN 1 Sembalun. Anemia pada remaja juga dapat mengakibatkan menurunnya konsentrasi dan prestasi belajar, serta masalah kesuburan.
“Jika hal ini tidak ditangani dengan serus, akan berakibat patal pada generasi remaja puteri kedepannya,” punkas dr. Rina.
Hal yang sama disampaikan dr. Dian Novita Chandra, Magister Gizi selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Gizi FKUI di saat menjadi narasumber pada waktu itu mengatakan materi yang disampaikan pada kegiatan edukasi tersebut, terkait dengan anemia dan upaya pencegahannya serta kepatuhan konsumsi tablet tambah darah (TTD).
Di saat testimony yang dilakukan pada giat tersebut bahwa, salah satu siswi menanggapi terkaot obat TTD baunya obat itu membuat mual sehingga sebagian siswi malas untuk mengonsumsi obat penambah darah tersebut.
“Untuk mengatasi masalah itu, UI bersama Puskesmas Sembalun telah melakukan inovasi dan trobosan baru, salah satunya program KIRANAini,” kata dr Dian.
“Program KIRANA merupakan keberlanjutan program pencegahan stunting yang sudah dilakukan DPPM UI dan Program Studi Magister Ilmu Gizi FKUI dalam dua tahun terakhir.” Imbuhnya.
Sementara itu, di tempat terpisah Kepala Puskesmas Sembalun, Asri Hadi SH saat ditemui media ini di Sembalun menyambut baik dengan gembira bisa kolaborasi kegiatan ini bersama tim Pengabdi UI. tujannya untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang anemia dan strategi untuk konsumsi TTD.
“Selain itu, tujuan dari program ini juga untuk mencegah stunting yang diakibatkan anemia. Kami sangat terbantu, dan terimakasih kepada tim pengabdi UI,” ucap Asri.
Maksud dan tujuan dari kegiatan ini, lanjut pria kerb disapa pak As. Kalau dilihat dari data stunting, stunting itu bukan tanpa sebab. Salah salah satu kiat untuk pengetasan stunting itu bukan hanya pemberian makanan tambahan pada anak stunting.
Menurutnya, program KIRANA ini salah satu cara untuk pencegahan stunting. Dengan memberikan TTD pada remaja puteri secara teratur dan rutin serta edukasi tentang bahaya anemia sejak dini maka penyumbang stanting tidak dilihat dari umur atau di masa pertumbuhan seorang anak.
“Stunting itu tidak akan pernah turun, jika kita fokus mengurus anak yang stunting saja tanpa kita memperhatikan yang akan menjadi stunting, berarti yang menyebabkan itu dari ibunya sendiri. Maka pencegahannya itu dari sedini mumgkin,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia memparkan program KIRANA merupakan suatu terobosan dari FKUI yang sudah jauh-jauh hari dipikirkan. Program tersebut akan tersanding dengan program puskesmas namnya, Usia Kesehatan Remaja (USEKREN).
“Jika di usia remaja sudah sehat, kita sudah menyipkan calon-calon ibu yang sehat dan tangguh. Kan anak-anak remaja putri akan menjadi ibu-ibu, kalau sudah sehat otomatis dia akan mengandung anak yang sehat juga. Kalau sudah sehat kandungannya, dijaga dan rutin memriksa ke puskesmas dia akan melahirkan bayi-bayi yang normal,” pungkas pak As.
Ia pun menyampaikan terimaksihnya kepada FKUI dan berharap kolaborasi ini tetap berkesinambungan. Dengan program KIRANA ini pihaknya terbantu mengedukasi remaja putri di Sembalun teteng anemia.
“Atas nam puskesmas dan pemeritah Kecamatan Sembalun, saya ucapkan terimakasih banyak kepada UI khususnya FKUI atas proragram ini. Semoga program ini terus bersinergi dengan program kami yang ada di Puskesmas,” harapnya.
Sehingga apa yang dihasilkan dalam program tersebut bisa ditindak lanjutin. Dimana dari hasil dua sekolah yang jadi sampel di daerah setempat, terdapat temuan ada beberapa remaja putri mengalami anemia sedang dan anemia ringan.
Untuk diketahui, sebelumya program USEKRIN sudah berjalan tiga tahun terahair ini. Dengan rutik ke sekolah-sekolah SMP dan SMA sederajat untuk edukasi dan rutin memberikan vitamin zat besi dan tablet tambah darah bagi remaja putri satu kali dalam seminggu.
“Program KIRANA ini kita akan teruskan di Puskesmas, sehingga kita bisa mencetak dan menyiapkan calon-calon remaja putri yang tangguh, yang sehat. Dan untuk temuan itu kita berikan perhatian lebih, agar anemia ringan dan anemia sedang segera bisa diatasi,” tutupnya.