Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa Pemerintah Jepang berencana memberikan hibah sejumlah 25 juta dolar AS (Rp382,75 miliar, kurs 1 dolar AS = Rp15.310) untuk pengembangan proyek amonia hijau di Aceh.
“Untuk proyek amonia Pupuk Iskandar Muda (anak usaha Pupuk Indonesia) ini, pemerintah Jepang akan memberikan bantuan sekitar 25 juta dollar AS dalam bentuk grant (hibah),” kata Airlangga Hartarto dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Proyek tersebut merupakan hasil dari perjanjian kerja sama pengembangan Green Ammonia Initiative from Aceh (Project GAIA) antara Pupuk Indonesia, ITOCHU Corporation, dan Toyo Engineering.
Pengembangan proyek tersebut akan dimulai dengan pembangunan Front End Engineering Design (FEED), pada Agustus 2024.
Ketiga pihak yang bekerja sama kemudian akan membentuk perusahaan patungan (joint venture company) dengan target keputusan investasi final pada paruh pertama 2025 dan operasi komersial pada 2027.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyatakan bahwa investasi terkait proyek zero emission sangat menarik bagi pasar internasional.
“Karena memang mereka diberikan insentif, dan bahkan mereka bisa memberikan yield yang sangat jauh lebih rendah apabila itu energi hijau baru terbarukan. Jadi sebetulnya memang kita harus aktif, karena kita memiliki potensi yang sangat besar,” ujarnya.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menuturkan bahwa proyek tersebut akan mengembangkan amonia hijau atau green ammonia menjadi bahan bakar kapal.
Menurut dia, proyek tersebut bersifat unik karena merupakan yang pertama di dunia. Dalam kerja sama ini, pihaknya akan memproduksi amonia hijau menggunakan pabrik amonia yang teknologi prosesnya dirancang dan dibangun oleh TOYO pada 2000-an lalu.
Baca juga: Pemerintahan transisi Bangladesh berkomitmen mendukung pengungsi Rohingya
Baca juga: Pemimpin oposisi Bangladesh mengajak massa tahan diri
Amonia hijau tersebut kemudian akan dipasok kepada ITOCHU sebagai bahan baku marine fuel, sehingga membentuk sebuah value chain yang komprehensif. Ia mengatakan bahwa kolaborasi tersebut merupakan langkah nyata dalam mendorong kemajuan transisi energi bersih di Indonesia serta upaya diversifikasi bisnis perseroan untuk membantu pemerintah mencapai target nol emisi pada 2060.
“Kerja sama ini menjadi salah satu bentuk diversifikasi usaha Pupuk Indonesia yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga mendukung hilirisasi industri dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional serta mendukung target pemerintah dalam mencapai Net Zero Emission di 2060,” imbuh Rahmad.