Jakarta (ANTARA) - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) RI menyebut Program Indonesia Global Halal Fashion (IGHF) merupakan upaya negara dalam menjadikan fesyen halal Indonesia menjadi kompetitif di kancah global.
"IGHF lebih dari sekedar mempromosikan produk fashion halal Indonesia ke pasar dunia. Lebih dari itu, IGHF ingin membuktikan bahwa produk halal kita mampu kompetitif secara kualitas di pasar dunia," kata Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham melalui keterangan di Jakarta, Rabu.
Untuk menjadi nomor satu di dunia di sektor fesyen halal, Aqil mengatakan bahwa Indonesia harus memperkuat pengembangan ekosistem produk fesyen halal dalam negeri secara komprehensif dari hulu ke hilir.
"IGHF yang kita launching pada 28 Maret 2024 lalu di gelaran Indonesia Fashion Week ini adalah hal baru. Sebagai wadah kolaborasi kita dalam mendorong pengembangan ekosistem industri fesyen halal yang merupakan langkah penting untuk mengantarkan Indonesia sebagai kiblat fesyen halal dunia," ujarnya.
Untuk itu, kata Aqil, perlu dilakukan inovasi penguatan industri kain halal untuk membangun halal value chain industri feysen halal. Sedangkan promosi fesyen halal dilakukan melalui partisipasi IGHF di sejumlah ajang fesyen internasional di sejumlah negara, termasuk di London, Milan, dan Paris.
"Kami melihat bahwa produk fesyen halal bukan hanya soal administratif sertifikasi halal saja. Kain halal sebagai bahan bisa menjadi pembeda, yang menjadi nilai tambah, dan meningkatkan daya saing produk di pasar global," ucapnya.
Lebih lanjut, Aqil menyatakan pihaknya bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait maju ke depan untuk membuktikan bahwa pemerintah hadir memfasilitasi pelaku usaha agar produk fesyen bersertifikat halal memiliki daya saing dan keunggulan tidak hanya bagi konsumen dalam negeri namun juga bagi konsumen dunia.
"Event partisipasi IGHF yang telah dimulai dari Jakarta, Malaysia, dan selanjutnya ke London, Milan, dan Paris itu bukan sekedar fashion show, tapi kita juga menjajaki pasar global, dan mempertemukan produsen dan buyer khususnya industri tekstil dan fesyen," tegasnya.
Terkait hal tersebut, Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia (APPMI), Poppy Dharsono mengatakan bahwa visi IGHF ini selain relevan dengan potensi industri fesyen di Indonesia, juga sangat sejalan dengan program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Kami sangat mengapresiasi BPJPH yang sudah sangat tepat mengawal kolaborasi (IGHF) ini untuk tujuan yang baik sekali bagi pengembangan fesyen halal di Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, feysen halal Ini sangat relevan dengan eco-conscious fabric dalam pengembangan sustainable fashion, yang berupaya mengembalikan ekosistem lingkungan agar seimbang dengan tren fesyen, sehingga tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Baca juga: BPJPH siap cek sertifikat halal Roti Aoka
Baca juga: Pemerintah akan perluas kewenangan penetapan kehalalan produk
Sedangkan dari sisi potensi, Poppy juga melihat bahwa pengusaha dan perancang busana di Tanah Air memiliki potensi yang besar untuk berkembang dan bersaing di kancah global.
Selain itu, sambungnya, potensi pasar fesyen di dunia begitu besar, tidak hanya menyasar pasar Muslim saja yang saat ini mencapai 1,9 miliar orang di berbagai negara, namun fesyen halal saat ini juga telah menjadi perhatian masyarakat dunia yang terus dinamis.
"Partisipasi kita di tiga negara fesyen yakni Inggris, Italia, dan Perancis, ini merupakan langkah penting supaya fesyen kita dapat masuk ke pasar Timur Tengah dan juga negara-negara dengan populasi Muslim," tutur Poppy Dharsono.
"IGHF lebih dari sekedar mempromosikan produk fashion halal Indonesia ke pasar dunia. Lebih dari itu, IGHF ingin membuktikan bahwa produk halal kita mampu kompetitif secara kualitas di pasar dunia," kata Kepala BPJPH Muhammad Aqil Irham melalui keterangan di Jakarta, Rabu.
Untuk menjadi nomor satu di dunia di sektor fesyen halal, Aqil mengatakan bahwa Indonesia harus memperkuat pengembangan ekosistem produk fesyen halal dalam negeri secara komprehensif dari hulu ke hilir.
"IGHF yang kita launching pada 28 Maret 2024 lalu di gelaran Indonesia Fashion Week ini adalah hal baru. Sebagai wadah kolaborasi kita dalam mendorong pengembangan ekosistem industri fesyen halal yang merupakan langkah penting untuk mengantarkan Indonesia sebagai kiblat fesyen halal dunia," ujarnya.
Untuk itu, kata Aqil, perlu dilakukan inovasi penguatan industri kain halal untuk membangun halal value chain industri feysen halal. Sedangkan promosi fesyen halal dilakukan melalui partisipasi IGHF di sejumlah ajang fesyen internasional di sejumlah negara, termasuk di London, Milan, dan Paris.
"Kami melihat bahwa produk fesyen halal bukan hanya soal administratif sertifikasi halal saja. Kain halal sebagai bahan bisa menjadi pembeda, yang menjadi nilai tambah, dan meningkatkan daya saing produk di pasar global," ucapnya.
Lebih lanjut, Aqil menyatakan pihaknya bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait maju ke depan untuk membuktikan bahwa pemerintah hadir memfasilitasi pelaku usaha agar produk fesyen bersertifikat halal memiliki daya saing dan keunggulan tidak hanya bagi konsumen dalam negeri namun juga bagi konsumen dunia.
"Event partisipasi IGHF yang telah dimulai dari Jakarta, Malaysia, dan selanjutnya ke London, Milan, dan Paris itu bukan sekedar fashion show, tapi kita juga menjajaki pasar global, dan mempertemukan produsen dan buyer khususnya industri tekstil dan fesyen," tegasnya.
Terkait hal tersebut, Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia (APPMI), Poppy Dharsono mengatakan bahwa visi IGHF ini selain relevan dengan potensi industri fesyen di Indonesia, juga sangat sejalan dengan program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Kami sangat mengapresiasi BPJPH yang sudah sangat tepat mengawal kolaborasi (IGHF) ini untuk tujuan yang baik sekali bagi pengembangan fesyen halal di Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, feysen halal Ini sangat relevan dengan eco-conscious fabric dalam pengembangan sustainable fashion, yang berupaya mengembalikan ekosistem lingkungan agar seimbang dengan tren fesyen, sehingga tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
Baca juga: BPJPH siap cek sertifikat halal Roti Aoka
Baca juga: Pemerintah akan perluas kewenangan penetapan kehalalan produk
Sedangkan dari sisi potensi, Poppy juga melihat bahwa pengusaha dan perancang busana di Tanah Air memiliki potensi yang besar untuk berkembang dan bersaing di kancah global.
Selain itu, sambungnya, potensi pasar fesyen di dunia begitu besar, tidak hanya menyasar pasar Muslim saja yang saat ini mencapai 1,9 miliar orang di berbagai negara, namun fesyen halal saat ini juga telah menjadi perhatian masyarakat dunia yang terus dinamis.
"Partisipasi kita di tiga negara fesyen yakni Inggris, Italia, dan Perancis, ini merupakan langkah penting supaya fesyen kita dapat masuk ke pasar Timur Tengah dan juga negara-negara dengan populasi Muslim," tutur Poppy Dharsono.