Jakarta (ANTARA) -

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tengah menyiapkan program percontohan (pilot project) penerapan sistem teknologi informasi (IT) untuk 100 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang dipilih mulai tahun depan.
 

Program ini dirancang untuk meningkatkan daya saing BPR dengan bank umum maupun platform pinjaman daring (pinjol).

"Kami (LPS) sedang mengembangkan sistem IT untuk BPR. Tahun ini sudah dilakukan studinya.Tahun depan kita akan mulai membeli hardware-nya dan melakukan pilot program," ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa saat konferensi pers di Jakarta, Senin.

Dengan adanya sistem teknologi yang mumpuni, Purbaya menyampaikan pihaknya juga berencana mengembangkan program pelatihan manajemen jarak jauh bagi BPR. Hal ini sekaligus menjadi upaya LPS untuk memperkuat kompetensi manajemen BPR agar lebih siap menghadapi tantangan industri keuangan yang terus berubah.

"Jadi kami sedang mengembangkan itu (pelatihan). Itu (anggaran) sekitar Rp100 miliar lebih untuk tahun 2025," jelasnya.

Baca juga: Jokowi lantik Aida Suwandi sebagai Anggota Dewan Komisioner LPS
Baca juga: LPS menilai pertumbuhan ekonomi tetap solid meski di masa transisi

Lebih lanjut, Purbaya menambahkan bahwa dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap BPR, LPS berupaya untuk mempercepat proses pembayaran klaim bagi nasabah BPR yang ditutup. LPS menetapkan target bahwa selama 7 hari pasca keputusan penutupan BPR, seluruh dana nasabah sudah bisa dicairkan.

"Bahkan 5 hari (pasca penutupan BPR), uang paling enggak 50 persen (dana nasabah) sudah mengalir ke nasabah," tambahnya.

Dengan berbagai inisiatif ini, LPS berharap dapat memperkuat sektor BPR sekaligus mendukung keberlanjutan operasional mereka di tengah persaingan industri keuangan yang kian ketat. Sebagai informasi, per Agustus 2024, jumlah rekening BPR yang telah dijamin LPS adalah sebesar 99,98 persen atau setara 15.806.327 rekening.

 

 


Pewarta : Bayu Saputra
Editor : I Komang Suparta
Copyright © ANTARA 2024