Aset BPR NTB tumbuh 24,68 persen setelah merger

id bpr ntb,bank perekonomian daerah,bumd,nusa tenggara barat

Aset BPR NTB tumbuh 24,68 persen setelah merger

Direktur Utama BPR NTB Sudharmana. ANTARA/HO-BPR NTB

Mataram (ANTARA) - PT Bank Perekonomian Rakyat NTB (Perseroda) mencatatkan pertumbuhan aset yang positif usai penggabungan seluruh BPR milik pemerintah daerah di wilayah Nusa Tenggara Barat tersebut.

Direktur Utama BPR NTB Sudharmana mengatakan laju pertumbuhan aset sekitar 24,68 persen dari sebelumnya hanya Rp883 miliar pada akhir 2022 menjadi Rp1,10 triliun per Mei 2025.

"Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan memperluas jangkauan layanan demi kemajuan ekonomi NTB dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya, di Mataram, Selasa.

Sudharmana menjelaskan pertumbuhan aset itu terjadi seiring dengan peningkatan angka penyaluran kredit. Dari Rp738,6 miliar di akhir 2022, kredit yang disalurkan mencapai Rp810,7 miliar pada 2023, dan melonjak menjadi Rp989,2 miliar pada penghujung 2024.

Hingga Mei 2025, katanya lagi, BPR NTB mencatat angka penyaluran kredit sebanyak Rp996,1 miliar.

"Peningkatan penyaluran kredit menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap BPR NTB sebagai mitra keuangan mereka. Ini juga sejalan dengan misi kami untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal," kata Sudharmana.

Dari sisi profitabilitas, laba bersih BPR NTB juga mencatatkan lonjakan. Pada 2022, laba bersih tercatat Rp26,9 miliar, lalu naik menjadi Rp28,8 miliar pada 2023, dan menembus angka Rp35,3 miliar pada akhir 2024.

Baca juga: DPRD NTB sepakati penyertaan modal Jamkrida dan BPR

Dana Pihak Ketiga (DPK) memperlihatkan tren pertumbuhan stabil. DPK meningkat dari Rp577,1 miliar pada 2022 menjadi Rp680,3 miliar pada 2023, dan menembus Rp752,4 miliar pada Desember 2024.

"Peningkatan dana pihak ketiga adalah indikator kepercayaan masyarakat terhadap kami sebagai tempat yang aman dan menguntungkan untuk berinvestasi," kata Sudharmana lagi.

Baca juga: Gubernur NTB berharap BPR jadi solusi persoalan modal UMKM

Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa BPR NTB berada dalam posisi permodalan yang kuat. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) tetap stabil di atas ambang batas regulasi, yakni 51,31 persen pada 2022, 52,48 persen pada 2023, dan 49,06 persen pada 2024.

Indikator profitabilitas lainnya, seperti Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) juga mencatat perbaikan setelah tiga tahun merger. ROA meningkat dari 3,04 persen menjadi 4,47 persen, sedangkan ROE naik dari 8,47 persen menjadi 13,92 persen sepanjang periode 2022–2024.

"Angka-angka itu adalah cerminan dari strategi bisnis yang tepat dan pengelolaan yang prudent," kata Sudharmana lagi.

Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.