Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebut bantuan untuk pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Kebon Talo, Ampenan bertambah dari Rp17 miliar menjadi Rp26 miliar.
"Kemarin kami dapat informasi kalau bantuan untuk pembangunan TPST Kebon Talo sudah ditambah pemerintah pusat sebesar Rp9 miliar, sehingga total bantuan yang sudah masuk menjadi Rp26 miliar," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Senin.
Baca juga: TPST Kebon Talo Mataram siap olah kotoran hewan jadi biogas
Ia mengatakan tambahan bantuan anggaran tersebut sudah ditransfer pemerintah pusat melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW ) Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Semua proses dan tahapan pembangunan akan dilakukan oleh pihak BPPW NTB, kami hanya memfasilitasi kesiapan lahan dan terima barang jadi," katanya.
Menurutnya, dengan adanya tambahan bantuan itu, BPPW segera melakukan kegiatan tender dalam waktu dekat untuk pembangunan TPST Kebon Talo, sehingga pengerjaan fisik bisa dimulai awal Januari 2025.
"Anggaran Rp26 miliar itu merupakan bantuan tahap pertama dari usulan kebutuhan yang kami usulkan Rp96 miliar. Sisanya, kami dijanjikan tahun depan," katanya.
Denny mengatakan dalam konsepnya, TPST Kebon Talo ini direncanakan mengakomodasi sampah dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Ampenan dan Selaparang.
Dalam konsepnya TPST Kebon Talo berkapasitas 120 ton dan dibangun di atas lahan seluas satu hektare lebih menggunakan teknologi insinerator atau sistem pembakaran ramah lingkungan.
Baca juga: TPST Sandubaya Mataram ubah limbah plastik jadi bata beton
Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Dengan teknologi insinerator yang akan diterapkan ini dapat mengubah panas dari hasil pembakaran yang sudah dirubah menjadi uap air dimanfaatkan untuk dikonversikan ke tenaga listrik.
Dengan demikian, hasil pengolahan sampah di TPST modern Sandubaya dengan TPST Kebon Talo nantinya akan berbeda.
"Kalau TPST Sandubaya hasil pengolahan sampah berbentuk padat, seperti pakan maggot dan batako, kalau di TPST Kebon Talo berupa uap cair atau listrik," katanya.
"Kemarin kami dapat informasi kalau bantuan untuk pembangunan TPST Kebon Talo sudah ditambah pemerintah pusat sebesar Rp9 miliar, sehingga total bantuan yang sudah masuk menjadi Rp26 miliar," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Senin.
Baca juga: TPST Kebon Talo Mataram siap olah kotoran hewan jadi biogas
Ia mengatakan tambahan bantuan anggaran tersebut sudah ditransfer pemerintah pusat melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW ) Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Semua proses dan tahapan pembangunan akan dilakukan oleh pihak BPPW NTB, kami hanya memfasilitasi kesiapan lahan dan terima barang jadi," katanya.
Menurutnya, dengan adanya tambahan bantuan itu, BPPW segera melakukan kegiatan tender dalam waktu dekat untuk pembangunan TPST Kebon Talo, sehingga pengerjaan fisik bisa dimulai awal Januari 2025.
"Anggaran Rp26 miliar itu merupakan bantuan tahap pertama dari usulan kebutuhan yang kami usulkan Rp96 miliar. Sisanya, kami dijanjikan tahun depan," katanya.
Denny mengatakan dalam konsepnya, TPST Kebon Talo ini direncanakan mengakomodasi sampah dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Ampenan dan Selaparang.
Dalam konsepnya TPST Kebon Talo berkapasitas 120 ton dan dibangun di atas lahan seluas satu hektare lebih menggunakan teknologi insinerator atau sistem pembakaran ramah lingkungan.
Baca juga: TPST Sandubaya Mataram ubah limbah plastik jadi bata beton
Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan melalui pembakaran pada suhu tinggi.
Dengan teknologi insinerator yang akan diterapkan ini dapat mengubah panas dari hasil pembakaran yang sudah dirubah menjadi uap air dimanfaatkan untuk dikonversikan ke tenaga listrik.
Dengan demikian, hasil pengolahan sampah di TPST modern Sandubaya dengan TPST Kebon Talo nantinya akan berbeda.
"Kalau TPST Sandubaya hasil pengolahan sampah berbentuk padat, seperti pakan maggot dan batako, kalau di TPST Kebon Talo berupa uap cair atau listrik," katanya.