Mataram (Antaranews NTB) - Kantor Kementerian Agama Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, telah mengusulkan dana rehabilitasi pascagempa bumi sebesar Rp108 miliar kepada Kementerian Agama.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Mataram H Burhanul Islam di Mataram, Selasa, mengatakan, seratus miliar lebih yang diajukan melalui Kementerian Agama itu untuk dua kegiatan.
"Kegiatan pertama adalah untuk rehabilitasi madrasah sebesar Rp25,6 miliar lebih dan rehabilitasi rumah ibadah sebesar Rp83,7 miliar lebih," katanya kepada sejumlah wartawan.
Ia mengatakan, usulan anggaran rehabilitasi tersebut telah diajukan melalui Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram, bersama dengan usulan-usulan lainnya dari pemerintah kota sesuai hasil asesmen.
Usulan dana sebesar Rp25,6 miliar untuk perbaikan madrasah yang dimaksudkan antara lain, bangunan Raudathul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsnawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan pondok pesantren yang mengalami rusak berat, sedang dan ringan akibat gempa bumi.
"Sementara usulan Rp83,7 miliar lebih untuk perbaikan tempat ibadah seperti masjid, pura, dan gereja," katanya.
Di luar itu, lanjutnya, Kemenag juga ada mengusulkan dana sebesar Rp2,4 miliar lebih untuk perbaikan gedung perkantoran Kanwil Kementerian Agama, gedung Kemenag Kota Mataram, KUA, Pengadilan Tinggi Agama dan perbaikan asrama haji.
"Anggaran tersebut sifatnya usulan bertujuan untuk meminta partisipasi pemerintah agar turut memperbaiki fasilitas pendidikan dan tempat ibadah, tetapi tetap juga melibatkan peran serta masyarakat," katanya.
Dengan adanya partisipasi masyarakat tersebut sejumlah kerusakan madrasah kini sudah dapat diperbaiki secara bertahap meskipun belum maksimal.
Karena itu, sejak awal bulan Oktober, semua madrasah yang sebelumnya siswanya belajar di tenda darurat kini sudah belajar di dalam ruangan. "Meskipun dalam suasana yang belum direnovasi seperti di MTsN 1, lantai tiganya sudah bisa ditempati," katanya.
Pihak madrasah mensiasatinya dengan membongkar semua plafon yang dianggap bisa membahayakan, tembok-temboknya termasuk genteng-genteng yang bergeser sudah diperbaiki sementara agar anak-anak bisa nyaman belajar.
"Kita telah meminta setiap kepala madrasah mengambil langkah mana-mana yang bisa dilakukan agar anak-anak tidak khawatir masuk ke dalam ruangan. Madrasah yang paling rusak berat ada di MTsN 1, MAN 1 dan MAN 2," katanya menambahkan.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Mataram H Burhanul Islam di Mataram, Selasa, mengatakan, seratus miliar lebih yang diajukan melalui Kementerian Agama itu untuk dua kegiatan.
"Kegiatan pertama adalah untuk rehabilitasi madrasah sebesar Rp25,6 miliar lebih dan rehabilitasi rumah ibadah sebesar Rp83,7 miliar lebih," katanya kepada sejumlah wartawan.
Ia mengatakan, usulan anggaran rehabilitasi tersebut telah diajukan melalui Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram, bersama dengan usulan-usulan lainnya dari pemerintah kota sesuai hasil asesmen.
Usulan dana sebesar Rp25,6 miliar untuk perbaikan madrasah yang dimaksudkan antara lain, bangunan Raudathul Atfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsnawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan pondok pesantren yang mengalami rusak berat, sedang dan ringan akibat gempa bumi.
"Sementara usulan Rp83,7 miliar lebih untuk perbaikan tempat ibadah seperti masjid, pura, dan gereja," katanya.
Di luar itu, lanjutnya, Kemenag juga ada mengusulkan dana sebesar Rp2,4 miliar lebih untuk perbaikan gedung perkantoran Kanwil Kementerian Agama, gedung Kemenag Kota Mataram, KUA, Pengadilan Tinggi Agama dan perbaikan asrama haji.
"Anggaran tersebut sifatnya usulan bertujuan untuk meminta partisipasi pemerintah agar turut memperbaiki fasilitas pendidikan dan tempat ibadah, tetapi tetap juga melibatkan peran serta masyarakat," katanya.
Dengan adanya partisipasi masyarakat tersebut sejumlah kerusakan madrasah kini sudah dapat diperbaiki secara bertahap meskipun belum maksimal.
Karena itu, sejak awal bulan Oktober, semua madrasah yang sebelumnya siswanya belajar di tenda darurat kini sudah belajar di dalam ruangan. "Meskipun dalam suasana yang belum direnovasi seperti di MTsN 1, lantai tiganya sudah bisa ditempati," katanya.
Pihak madrasah mensiasatinya dengan membongkar semua plafon yang dianggap bisa membahayakan, tembok-temboknya termasuk genteng-genteng yang bergeser sudah diperbaiki sementara agar anak-anak bisa nyaman belajar.
"Kita telah meminta setiap kepala madrasah mengambil langkah mana-mana yang bisa dilakukan agar anak-anak tidak khawatir masuk ke dalam ruangan. Madrasah yang paling rusak berat ada di MTsN 1, MAN 1 dan MAN 2," katanya menambahkan.