Mataram (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat kunjungan warga ke Taman Loang Baloq mencapai hingga 1.500 orang pada libur akhir pekan.
"Sementara, di luar hari libur dan Sabtu-Minggu, tingkat kunjungan rata-rata 300-400 orang per hari," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram Cahya Samudra di Mataram, Kamis.
Menurutnya, kunjungan warga ke Taman Loang Baloq itu meningkat signifikan dari hanya sekitar 300 pada akhir pekan menjadi di atas 1.000 setelah dilakukan revitalisasi Taman Loang Baloq serta penambahan berbagai fasilitas pendukung yang dapat menarik minat warga datang ke Loang Baloq.
Fasilitas pendukung yang tersebut di antaranya kebun binatang mini, berkeliling taman menunggang kuda poni, dan berselancar dengan perahu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk datang ke Taman Loang Baloq.
"Dari jumlah kunjungan itu, rata-rata merupakan wisatawan domestik yang tidak hanya dari Kota Mataram namun juga dari luar Kota Mataram," katanya.
Baca juga: Taman Loang Baloq Mataram masuk nominasi desa wisata berkelanjutan
Apalagi, Taman Loang Baloq merupakan taman rekreasi lengkap karena pada satu titik pengunjung dapat menikmati tiga wisata yakni wisata alam Pantai Loang Baloq, wisata buatan Taman Loang Baloq yang berbagai wahana bermain, dan wisata religi Makam Keramat Loang Baloq.
Dengan berbagai keunggulan dan tingginya jumlah kunjungan itu, Pemerintah Kota Mataram per 1 Juni 2024 mulai menarik retribusi di Taman Loang Baloq untuk pengunjung sebagai salah satu sumber penerimaan daerah sesuai dengan Perda Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
"Kami juga menandatangani MoU atau nota kesepahaman dengan para pedagang karena banyak lapak pedagang yang bisa ditarik retribusi," katanya.
Baca juga: Target PAD Taman Loang Baloq Mataram sebesar Rp800 juta
Lebih jauh Cahya mengatakan beberapa sumber pendapatan daerah di Taman Loang Baloq di antaranya pengunjung yang masuk Taman Loang Baloq dikenakan karcis masuk Rp2.000 dan parkir Rp1.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp2.000 untuk kendaraan roda empat.
Selain itu, lapak pedagang dengan tarif sewa beragam yakni untuk lapak lama yang berada di pinggir kolam ditetapkan tarif sewa Rp350 ribu per bulan.
"Sedangkan lapak baru dengan tarif sewa Rp600 ribu per bulan," katanya.
Baca juga: Dispar Mataram merintis kebun binatang mini di Taman Loang Baloq
Menurutnya, target PAD yang dibebankan itu dinilai sudah sesuai karena dengan fasilitas yang ada di Taman Loang Baloq bisa menjadi penyumbang PAD potensial untuk Kota Mataram.
"Akan tetapi karena tarif retribusi baru diberlakukan di bulan Juni, target PAD kemungkinan tidak bisa direalisasikan 100 persen. Kalau 50 persen, kami optimistis bisa tercapai," katanya.
Di sisi lain, lanjut Cahya, untuk meningkatkan kunjungan ke Loang Baloq, pada tahun 2025 pihaknya membuat wahana permainan "flying fox" sebagai salah satu fasilitas baru untuk menarik masyarakat berkunjung ke destinasi wisata tersebut.
"Untuk wahana 'flying fox' konsepnya sedang kami koordinasikan dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat agar wahana itu dapat dikelola maksimal," katanya.
Selain konsep, lanjutnya, pihaknya juga menyiapkan untuk tepat yang pas, panjang "flying fox", dan fasilitas teknis lainnya termasuk kebutuhan anggaran.
"Wahana 'flying fox' harus kami siapkan maksimal sebab butuh pengelolaan baik aman dan nyaman," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram mengusulkan Rp3 miliar untuk penataan Taman Loang Baloq
"Sementara, di luar hari libur dan Sabtu-Minggu, tingkat kunjungan rata-rata 300-400 orang per hari," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram Cahya Samudra di Mataram, Kamis.
Menurutnya, kunjungan warga ke Taman Loang Baloq itu meningkat signifikan dari hanya sekitar 300 pada akhir pekan menjadi di atas 1.000 setelah dilakukan revitalisasi Taman Loang Baloq serta penambahan berbagai fasilitas pendukung yang dapat menarik minat warga datang ke Loang Baloq.
Fasilitas pendukung yang tersebut di antaranya kebun binatang mini, berkeliling taman menunggang kuda poni, dan berselancar dengan perahu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk datang ke Taman Loang Baloq.
"Dari jumlah kunjungan itu, rata-rata merupakan wisatawan domestik yang tidak hanya dari Kota Mataram namun juga dari luar Kota Mataram," katanya.
Baca juga: Taman Loang Baloq Mataram masuk nominasi desa wisata berkelanjutan
Apalagi, Taman Loang Baloq merupakan taman rekreasi lengkap karena pada satu titik pengunjung dapat menikmati tiga wisata yakni wisata alam Pantai Loang Baloq, wisata buatan Taman Loang Baloq yang berbagai wahana bermain, dan wisata religi Makam Keramat Loang Baloq.
Dengan berbagai keunggulan dan tingginya jumlah kunjungan itu, Pemerintah Kota Mataram per 1 Juni 2024 mulai menarik retribusi di Taman Loang Baloq untuk pengunjung sebagai salah satu sumber penerimaan daerah sesuai dengan Perda Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
"Kami juga menandatangani MoU atau nota kesepahaman dengan para pedagang karena banyak lapak pedagang yang bisa ditarik retribusi," katanya.
Baca juga: Target PAD Taman Loang Baloq Mataram sebesar Rp800 juta
Lebih jauh Cahya mengatakan beberapa sumber pendapatan daerah di Taman Loang Baloq di antaranya pengunjung yang masuk Taman Loang Baloq dikenakan karcis masuk Rp2.000 dan parkir Rp1.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp2.000 untuk kendaraan roda empat.
Selain itu, lapak pedagang dengan tarif sewa beragam yakni untuk lapak lama yang berada di pinggir kolam ditetapkan tarif sewa Rp350 ribu per bulan.
"Sedangkan lapak baru dengan tarif sewa Rp600 ribu per bulan," katanya.
Baca juga: Dispar Mataram merintis kebun binatang mini di Taman Loang Baloq
Menurutnya, target PAD yang dibebankan itu dinilai sudah sesuai karena dengan fasilitas yang ada di Taman Loang Baloq bisa menjadi penyumbang PAD potensial untuk Kota Mataram.
"Akan tetapi karena tarif retribusi baru diberlakukan di bulan Juni, target PAD kemungkinan tidak bisa direalisasikan 100 persen. Kalau 50 persen, kami optimistis bisa tercapai," katanya.
Di sisi lain, lanjut Cahya, untuk meningkatkan kunjungan ke Loang Baloq, pada tahun 2025 pihaknya membuat wahana permainan "flying fox" sebagai salah satu fasilitas baru untuk menarik masyarakat berkunjung ke destinasi wisata tersebut.
"Untuk wahana 'flying fox' konsepnya sedang kami koordinasikan dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat agar wahana itu dapat dikelola maksimal," katanya.
Selain konsep, lanjutnya, pihaknya juga menyiapkan untuk tepat yang pas, panjang "flying fox", dan fasilitas teknis lainnya termasuk kebutuhan anggaran.
"Wahana 'flying fox' harus kami siapkan maksimal sebab butuh pengelolaan baik aman dan nyaman," katanya.
Baca juga: Pemkot Mataram mengusulkan Rp3 miliar untuk penataan Taman Loang Baloq