Mataram (ANTARA) - Pengamat Politik Universitas 45 Mataram, Nusa Tenggara Barat, Alfisahrin menilai rencana pasangan calon Gubernur Lalu Muhamad Iqbal menerapkan meritokrasi dalam pemerintahan jika terpilih di pilkada 2024 bertolak belakang dengan kebijakan calon wakilnya Indah Dhamayanti Putri selama menjadi Bupati Bima.

Dalam struktur Pemerintah Kabupaten Bima banyak diisi keluarga Bupati. Seperti jabatan Sekda Bima. Saat ini, Sekda Bima Adel Linggi Ardi merupakan paman kandung Indah. Tidak hanya Adel, Indah juga menunjuk paman-nya yang lain, Afifudin sebagai Plt Kadis Pertanian dan Perkebunan Bima. Sedangkan iparnya, Laily Ramadhani ditunjuk menjadi Plt BKD dan Diklat Bima.

Pengamat Politik Alfisahrin di Mataram, Kamis, mengatakan merit sistem atau meritokrasi dalam birokrasi di Indonesia sudah lama berlaku dan bukan barang baru.

"Bisa dilacak di Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan mengatur tentang sistem merit dalam manajemen ASN," ujarnya.

Baca juga: Esensi debat Pilkada NTB 2024, Pemilih wajib cerdas

Untuk menopang reformasi birokrasi dan peningkatan profesionalitas pelayanan ASN, prestasi, dan sumber daya ASN, sambung dia, maka KASN menetapkan peraturan Nomor 5 tentang penilaian mandiri penerapan sistem merit di seluruh instansi pemerintah yang ditetapkan tahun 2017.

Menurut dia, sejati-nya roh dan substansi utama dari praktek meritokrasi dalam birokrasi adalah memberikan pengakuan dan penghargaan kepada ASN yang berprestasi atau memiliki kemampuan.

"Sayangnya meski sudah lama diterapkan, faktanya sistem ini di daerah-daerah hanya menjadi macan kertas, karena hanya  megah dan ideal sebagai konsep, tetapi implementasinya amburadul," sorotnya.

Prinsip "the right man on the right place", kata Alfin, cenderung hanya menjadi retorika. Karena nyaris distribusi dan penempatan ASN karir dalam jabatan tertentu di daerah sifatnya politis dan ikut selera pribadi kepala daerah.

"Buruknya lagi di NTB meritokrasi hanya menjadi komoditas politik pejabat. Faktanya masih marak terjadi jual beli jabatan di semua level eselon, terutama di pemda-pemda. Siapa bayar dia menjabat, tidak bayar gigit jari," ucapnya.

Baca juga: Cagub Iqbal janjikan perubahan di NTB

Akibatnya banyak penempatan pejabat yang menyalahi aturan, kaidah, dan prinsip meritokrasi sehingga berdampak pada kompetensi, kualifikasi, serta kinerja.

"Kebanyakan kepala daerah tunjuk pejabat berdasarkan wangsit dan bisikan gaib tim sukses, bukan dari hasil evaluasi dan ujian kelayakan," kata dia.

Dia menilai, dalam debat perdana Pilkada NTB yang digelar Rabu (23/10) malam,  semua pasangan calon (paslon) masih terkesan gagap dan gugup untuk bicara reformasi birokrasi di NTB secara objektif.

"Itu semiotika politik yang saya baca dari debat. Ketiga paslon hanya saling setuju tidak saling 'counter' dengan menunjukkan ketinggian kualitas, komprehensifitas dan kedalaman empiris dari fakta penyelenggaraan birokrasi di NTB," ungkapnya.

Baca juga: Cagub Iqbal: Kesejahteraan warga di lingkar tambang jadi prioritas di NTB

Harusnya, kata Alfi, para paslon ini mendedahkan banyak inovasi dan kreatifitas layanan yang menjadi prioritas pasca terpilih nantinya. Sehingga meritokrasi bukan persoalan konsep, tetapi problem implementasi di lapangan.

"Tantangan birokrasi di Indonesia di antaranya korupsi, nepotisme, overlapping aturan, dan pelayan yang panjang," kata pria yang juga menjadi Wadir III Politeknik Medica Farma Husada Mataram ini.

Dia mempertanyakan peta konsepnya para paslon dalam mengatasi rumitnya implementasi merit sistem sehingga yang diadu adalah penguasaan masalah, kreativitas dan lompatan gagasan inovatif dalam menciptakan kebijakan praktis yang mendorong adanya  transformasi mindset, perilaku, dan mentalitas pelayanan birokrasi di NTB.

"Ini yang seharusnya dipertontonkan dalam atraksi debat paslon bukan penjelasan dan argumentasi normatif, karena gubernur memiliki kewenangan besar dalam membangun sistem birokrasi berkualitas di NTB," kata dia.

Baca juga: Cagub Iqbal: Kesejahteraan warga di lingkar tambang jadi prioritas di NTB

Ia menambahkan, meritokrasi yang menjadi materi debat harus menjadi isu strategis dan prioritas untuk dibenahi. Karena penggerak penting  pembangunan di daerah adalah mesin birokrasi yang andal dan profesional.

"Sehingga tidak ada lagi cerita buruk tentang penempatan pejabat di daerah yang sifatnya hanya bagi bagi kekuasaan, balas jasa, balas budi dan dilakukan tanpa patuh pada aturan meritokrasi," katanya.

Baca juga: Cagub NTB Iqbal janji memajukan sektor pariwisata

Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2024