Lombok Tengah (ANTARA) - Kantor Bea Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram memproyeksikan ada penurunan kepabeanan imbas pengoperasian fasilitas pengolahan atau smelter tembaga milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
"Untuk 2024 ini saja target penerimaan yang sudah ditetapkan diproyeksikan hanya bisa mencapai 83,90 persen dari target tahunan yang ditetapkan tahun 2024 sebesar Rp3,99 triliun," kata Kepala Seksi Perbendaharaan Kantor Pengawasan, Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram, Widaya pada konferensi pers kinerja fiskal dan ekonomi di Bukit 360 Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Rabu.
Widaya mengungkapkan, perseroan bakal melakukan uji coba pengolahan konsentrat tembaga menggunakan smelter pada November dan Desember 2024 yang masing-masing bahan baku setiap bulan sebanyak 50 ribu ton.
Selama dua bulan ujicoba total ada 100 ribu ton konsentrat tembaga yang diolah menjadi barang setengah jadi. Fasilitas smelter membuat penerimaan dari bea ke luar menjadi berkurang karena tidak ada lagi ekspor konsentrat.
"Pada tahun 2025 nanti kami menunggu lebih lanjut ketentuan aturan dari pemerintah apakah ada izin untuk ekspor konsentrat," kata Widaya.
Baca juga: Hilirisasi tembaga dongkrak ekonomi di kawasan NTB
Fasilitas smelter tembaga dan pemurnian logam mulia milik Amman dibangun dalam waktu sekitar 14 bulan dan menjadi salah satu pembangunan megaproyek tercepat di dunia untuk skala proyek serupa.
Presiden Joko Widodo bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia hadir dalam agenda peresmian smelter tersebut pada 23 September 2024.
Kapasitas pengolahan smelter itu mencapai 900 ribu ton per tahun dengan memproses konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan tambang Elang, serta fluks silika sebanyak 139 ribu ton per tahun.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan smelter tembaga AMNT di KSB NTB
Adapun produksi utama smelter tersebut adalah 220 ribu ton per tahun katoda tembaga LME grade A dengan kemurnian 99,99 persen dan 830 ribu ton per tahun asam sulfat dengan kemurnian 98,50 persen.
Sejak Januari sampai September 2024, Bea Cukai mencatat realisasi bea ke luar memiliki kontribusi sebesar Rp3,36 triliun.
Penerimaan bea ke luar itu sebagian besar ditopang oleh ekspor konsentrat tembaga yang dilakukan Amman.
"Dengan adanya smelter dan itu sudah beroperasi, besar kemungkinan untuk penerimaan dari bea ke luar pasti akan sangat berkurang," pungkas Widaya.
Baca juga: Presiden Jokowi dijadwalkan resmikan smelter AMNT di KSB NTB Senin
Baca juga: Komposisi PMDN masih menjadi lokomotif investasi di NTB
"Untuk 2024 ini saja target penerimaan yang sudah ditetapkan diproyeksikan hanya bisa mencapai 83,90 persen dari target tahunan yang ditetapkan tahun 2024 sebesar Rp3,99 triliun," kata Kepala Seksi Perbendaharaan Kantor Pengawasan, Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram, Widaya pada konferensi pers kinerja fiskal dan ekonomi di Bukit 360 Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, Rabu.
Widaya mengungkapkan, perseroan bakal melakukan uji coba pengolahan konsentrat tembaga menggunakan smelter pada November dan Desember 2024 yang masing-masing bahan baku setiap bulan sebanyak 50 ribu ton.
Selama dua bulan ujicoba total ada 100 ribu ton konsentrat tembaga yang diolah menjadi barang setengah jadi. Fasilitas smelter membuat penerimaan dari bea ke luar menjadi berkurang karena tidak ada lagi ekspor konsentrat.
"Pada tahun 2025 nanti kami menunggu lebih lanjut ketentuan aturan dari pemerintah apakah ada izin untuk ekspor konsentrat," kata Widaya.
Baca juga: Hilirisasi tembaga dongkrak ekonomi di kawasan NTB
Fasilitas smelter tembaga dan pemurnian logam mulia milik Amman dibangun dalam waktu sekitar 14 bulan dan menjadi salah satu pembangunan megaproyek tercepat di dunia untuk skala proyek serupa.
Presiden Joko Widodo bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia hadir dalam agenda peresmian smelter tersebut pada 23 September 2024.
Kapasitas pengolahan smelter itu mencapai 900 ribu ton per tahun dengan memproses konsentrat tembaga dari tambang Batu Hijau dan tambang Elang, serta fluks silika sebanyak 139 ribu ton per tahun.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan smelter tembaga AMNT di KSB NTB
Adapun produksi utama smelter tersebut adalah 220 ribu ton per tahun katoda tembaga LME grade A dengan kemurnian 99,99 persen dan 830 ribu ton per tahun asam sulfat dengan kemurnian 98,50 persen.
Sejak Januari sampai September 2024, Bea Cukai mencatat realisasi bea ke luar memiliki kontribusi sebesar Rp3,36 triliun.
Penerimaan bea ke luar itu sebagian besar ditopang oleh ekspor konsentrat tembaga yang dilakukan Amman.
"Dengan adanya smelter dan itu sudah beroperasi, besar kemungkinan untuk penerimaan dari bea ke luar pasti akan sangat berkurang," pungkas Widaya.
Baca juga: Presiden Jokowi dijadwalkan resmikan smelter AMNT di KSB NTB Senin
Baca juga: Komposisi PMDN masih menjadi lokomotif investasi di NTB