Mataram (Antaranews NTB) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berkolaborasi dengan Lumbung Inovasi (Linov) dalam melaksanakan bimbingan teknis implementasi satuan pendidikan aman bencana dengan sasaran sekolah-sekolah luar biasa (SLB) dan pegiatan disabilitas di Nusa Tenggara Barat.

"Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk perhatian Kemendikbud kepada semua level masayarakat, termasuk untuk pegiatan SLB dan disabilitas," kata Perwakilan Direktorat Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Kemendikbud, Jamjam Muzaki, di sela pelaksanaan bimbingan teknis, di Mataram, Senin (14/1).

Bimbingan teknis digelar mulai 13-15 Januari 2019. Jumlah peserta bimbingan teknis implementasi satuan pendidikan aman bencana sebanyak 80 orang dari SLB yang tersebar di Pulau Lombok, dan Pulau Sumbawa.

Adapun narasumber berasal dari dari Kemendikbud, KerLip, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan NTB, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB, Seknas SPAB, dan Linov.

Jamjam mengatakan program bimbingan teknis tersebut dilatarbelakangi banyaknya korban jiwa akibat bencana alam yang disebabkan tidak siapnya masyarakat menghadapi musibah tersebut.

Berbagai bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia, telah memberikan dampak negatif? besar terhadap sektor perekonomian, sosial, dan pendidikan. Sebut saja tsunami di Aceh, gempa di Nias, banjir tahunan di Jakarta.

Selain itu, banjir bandang dan tanah longsor di berbagai wilayah Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, serta gempa bumi di Yogyakarta, Tasikmalaya, Padang, NTB dan Sulawesi Tengah.

Dari beberapa kelompok rentan korban bencana, menurut dia, orang berkebutuhan khusus merupakan kelompok yang sering terabaikan pada saat terjadi bencana.

"Orang berkebutuhan khusus adalah orang-orang yang memiliki kesulitan dalam bergerak, mendengarkan, melihat, berkomunikasi, dan/atau belajar," katanya.

Perwakilan LPMP NTB I Made Murta Astawa, M.Pd, menambahkan kegiatan bimbingan teknis implementasi satuan pendidikan aman bencana dirasakan penting dilakukan di NTB, karena ketidaksiapan menghadapi bencana gempa bumi beberapa waktu lalu telah menyebabkan banyak korban dan kerugian yang sangat besar.

Menurut dia, pemberian pelatihan dan pengetahuan kepada guru-guru SLB dan disabilitas juga sangat dibutuhkan karena masih sering terlupakan. Padahal mereka orang-orang yang punya keterbatasan dan kelebihan tersendiri.

"seperti pada saat kami mengunjungi daerah bencana, rekan-rekan disabilitas juga menjadi korban, namun sedikit diperhatikan," ucap Made yang memberikan materi tentang sekolah aman bencana yang inklusif.

Sementara itu, Lalu Lian Hari Wangi, selaku ketua panitia acara dan salah satu founder dari Lumbung Inovasi, memaparkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tentang kejadian bencana alam di Indonesia.

Pada 2015, tercatat terjadi 1.732 kejadian bencana alam. Kemudian pada 2016 sebanyak 2.384 kejadian, sedangkan pada 2017 terjadi 2.175 bencana alam.

Apabila dijumlah selama kurun waktu delapan tahun sejak 2010 hingga 2017, jumlah kejadian bencana alam di Indonesia mencapai 8.198 kejadian. Sebagian besar adalah bencana hidrometeorologi, yaitu mencapai lebih dari 90 persen dari total bencana alam per tahunnya.

Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi cuaca. Contohnya longsor, kekeringan, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, serta cuaca ekstrem.

Adapun dari 2.175 bencana alam yang terjadi pada 2017 sesuai catatan BNPB, terdiri atas banjir sebanyak 737 kejadian, puting beliung 651 kejadian, tanah longsor 577 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 96 kejadian, banjir dan tanah longsor 67 kejadian.

Sementara bencana alam kekeringan 19 kejadian, gempa bumi 18 kejadian, gelombang pasang/abrasi 8 kejadian, serta letusan gunung api 2 kejadian.

Dari 2.175 bencana alam yang terjadi pada 2017, tercatat sebanyak 95 persen adalah bencana hidrometeorologi yang mengakibatkan jumlah korban meninggal dunia mencapai 335 orang, korban luka-luka sebanyak 969 orang, dan korban mengungsi dan menderita sebanyak 3,22 juta orang.

Sementara itu, kerusakan yang tercatat sebanyak 31.746 rumah rusak, 347.813 unit terendam, ribuan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan peribadatan rusak.

"Siapa saja dapat menjadi korban bencana, ada berbagai kelompok yang lebih rentan saat terjadi bencana. Misalnya manula, ibu hamil, anak-anak, dan/atau orang berkebutuhan khusus", kata Lalu Lian Hari Wangi.

Pewarta : Awaludin
Editor : Masnun
Copyright © ANTARA 2024