Mataram, 3/8 (ANTARA) - Inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Juli 2009 mencapai 0,48 persen.

         Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, Mariadi Mardian, di Mataram, Senin, mengatakan inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan indeks pada empat kelompok yaitu kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau sebesar 0,19 persen.

         Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,52 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 1,10 persen dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,27 persen.

         "Untuk kelompok bahan makanan dan sandang mengalami penurunan indeks masing-masing sebesar 0,08 persen dan 0,09 persen, sedangkan kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan," ujarnya.

         Sementara laju inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima, NTB, tahun kalender (Januari - Juli 2009) sebesar 1,01 persen, sedangkan laju inflasi "year on year" atau dari tahun ke tahun(Juli 2009 - Juli 2008) sebesar 3,55 persen.

         Angka tersebut menurut Mardian menunjukkan bahwa perekonomian NTB dalam kondisi stabil.

         "Angka itu perlu dipertahankan terutama oleh tim pengendali inflasi di NTB," ujarnya.

         Namun, Mardian mengingatkan khususnya kepada tim pengendali inflasi NTB, bawah angka inflasi pada bulan puasa Ramadhan nanti bisa lebih tinggi dari sekarang ini, mengingat pada bulan tersebut terjadi permintaan kebutuhan pokok yang cukup tinggi dari masyarakat.

         Meningkatnya kebutuhan pokok tersebut sering dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menaikkan harga jual barangnya.

         "Pada bulan puasa nanti permintaan akan kebutuhan pokok seperti gula pasir, minyak goreng, telur, tepung dan sebagainya akan meningkat, ini harus diwaspadai oleh tim pengendali inflasi," ujarnya.

         Ia mengatakan, dari 66 kota di Indonesia yang menghitung indeks harga konsumen (IHK), tercatat 62 kota mengalami inflasi dan empat kota mengalami deflasi.

         Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sorong sebesar 2,19 persen dan terendah terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,01 persen.

         Sementara kota yang mengalami deflasi terbesar yakni Kota Jayapura sebesar 0,56 persen dan terkecil di Kota Mamuju dan Samarinda masing-masing 0,18 persen.

         Wilayah Bali dan Nusa Tenggara (Nusra) dari lima kota yang menghitung IHK tercatat Kota Maumere mengalami inflasi sebesar 1,36 persen, Kota Kupang 1,05 persen, Kota Bima 0,54 persen, Kota Mataram 0,47 persen dan Kota Denpasar 0,38 persen.(*)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024