Mataram (ANTARA) - Sebanyak lima ton cabai rawit dari Pulau Jawa masuk ke Nusa Tengara Barat (NTB) melalui skema business to business yang dilakukan pengusaha untuk menetralisir harga cabai yang terlampau tinggi.

Kepala Dinas Perdagangan NTB Baiq Nelly Yuniarti mengatakan harga cabai rawit lokal sudah menembus di atas angka Rp200 ribu per kilogram, sedangkan harga cabai rawit dari luar daerah senilai Rp165 ribu per kilogram.

"Cabai impor sudah datang dan sudah beredar di pasar lokal dengan harga Rp165 ribu per kilogram. Itu sudah masuk dalam rangka menetralisir pasar," ujarnya di Mataram, Senin.

Nelly menuturkan harga cabai menjadi mahal akibat pasokan dari petani berkurang. Cuaca buruk menyebabkan produksi cabai lokal menurun akibat gagal panen, sehingga berpengaruh terhadap suplai cabai ke pasar.

Baca juga: Disperindag minta petani di NTB ikut cermati stok cabai daerah

Di sisi lain, banyak lahan pertanian beralih-fungsi menjadi sawah selama musim hujan. Luas panen yang menurun berpengaruh terhadap tingkat produksi cabai lokal.

Ketika memasuki bulan puasa tingkat permintaan konsumen terhadap komoditi cabai meningkat drastis. Namun, produksi cabai lokal yang terbatas membuat petani tidak mampu mencukupi permintaan konsumen, sehingga harga cabai melambung tinggi.

"Kami koordinasi dengan dinas pertanian, ada beberapa lahan yang memang diintervensi oleh pemerintah, sehingga kami (harap) tidak ada lagi kejadian seperti ini," kata Nelly.

Baca juga: Harga cabai di Lombok Tengah melonjak jadi Rp200 ribu per kilogram

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB pada Januari 2025, luas panen cabai rawit di Nusa Tenggara Barat mencapai 2.169 hektare dengan angka produksi sebanyak 34.824 kuintal.

Jika dibandingkan Desember 2024, luas panen maupun produksi yang terjadi mengalami penurunan signifikan. Saat itu luas panen cabai rawit mencapai 2.293 hektare dengan jumlah produksi seberat 95.777 kuintal.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Nyoman Nilaswati mengatakan alasan petani lebih memilih menanam padi ketimbang cabai saat musim hujan, karena cabai rentan terkena hama dan penyakit.

"Petani pasti bisa berpikir saat musim hujan mereka tidak mungkin menanam cabai karena mereka akan rugi. Tapi ada juga petani yang coba menanam, apalagi harga cabai sekarang mahal, berarti keuntungan buat petani cabai," pungkas Nilaswati.

Baca juga: Kadis Perindag Dompu bantah kenaikan IPH khusus cabai dan pisang
Baca juga: Disperindag NTB minta Dompu cermati kenaikan IPH


Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025