Mataram (ANTARA) - Sekitar 70 persen dari warga Dasan Lekong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, sudah memilah sampah, demikian Kepala Desa Dasan Lekong.
“Belakangan disadari masyarakat Dasan Lekong, bahwa sampah bukanlah sebuah musibah/namun menjadi berkah,” katanya dalam laman Pemkab Lombok Timur, Jumat.
Ia menambahkan masyarakat Dasan Lekong sadar terhadap nilai sampah, diawali dengan membangun kesadaran dan sosialisasi secara terus menerus. “Melakukan edukasi dengan memilah sampah organik dan anorganik,” katanya.
Sebagai bentuk keseriusan pemerintah desa setempat atas pengelolaan sampah, pihaknya pada tahun ini telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp300 juta.
Sehingga Dasan Lekong pun kini memiliki jargon khusus terkait sampah yakni “juallah sampah pada tempatnya”.
Sementara Bupati Lombok Timur HM Sukiman Azmy menyatakan, ragam persoalan yang dihadapi daerah, menuntut konsentrasi pemerintah saat ini.
Bupati menilai gerak pemerintah desa masih samar dalam menyelesaikan kasus yang terdapat di masyarakat, membuat reward yang dijanjikan oleh Pemerintah Daerah akan sulit dicapai, tidak hanya mengatasi persoalan stunting, gizi buruk dan kemiskinan.
Bupati juga akan memberikan penghargaan bagi desa yang mampu mengatasi masalah sampah di wilayahnya.
Direktur Bintang Sejahtera, salah satu perusahaan yang mengelola sampah di Lotim, Syawaludin, menyatakan terdapat nol koma tujuh kilogram sampah per orang yang dibuang setiap hari.
Sementara saat ini terdapat 47 desa yang sudah mengirim sampahnya ke gudang bintang sejahtera.
Syawaludin menilai, dalam hal ini sampah bukanlah sebuah momok, melainkan sumberdaya yang tidak dimaksimalkan. “Karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen yang kuat untuk melihat sampah sebagai berkah,” katanya.
“Belakangan disadari masyarakat Dasan Lekong, bahwa sampah bukanlah sebuah musibah/namun menjadi berkah,” katanya dalam laman Pemkab Lombok Timur, Jumat.
Ia menambahkan masyarakat Dasan Lekong sadar terhadap nilai sampah, diawali dengan membangun kesadaran dan sosialisasi secara terus menerus. “Melakukan edukasi dengan memilah sampah organik dan anorganik,” katanya.
Sebagai bentuk keseriusan pemerintah desa setempat atas pengelolaan sampah, pihaknya pada tahun ini telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp300 juta.
Sehingga Dasan Lekong pun kini memiliki jargon khusus terkait sampah yakni “juallah sampah pada tempatnya”.
Sementara Bupati Lombok Timur HM Sukiman Azmy menyatakan, ragam persoalan yang dihadapi daerah, menuntut konsentrasi pemerintah saat ini.
Bupati menilai gerak pemerintah desa masih samar dalam menyelesaikan kasus yang terdapat di masyarakat, membuat reward yang dijanjikan oleh Pemerintah Daerah akan sulit dicapai, tidak hanya mengatasi persoalan stunting, gizi buruk dan kemiskinan.
Bupati juga akan memberikan penghargaan bagi desa yang mampu mengatasi masalah sampah di wilayahnya.
Direktur Bintang Sejahtera, salah satu perusahaan yang mengelola sampah di Lotim, Syawaludin, menyatakan terdapat nol koma tujuh kilogram sampah per orang yang dibuang setiap hari.
Sementara saat ini terdapat 47 desa yang sudah mengirim sampahnya ke gudang bintang sejahtera.
Syawaludin menilai, dalam hal ini sampah bukanlah sebuah momok, melainkan sumberdaya yang tidak dimaksimalkan. “Karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen yang kuat untuk melihat sampah sebagai berkah,” katanya.