Mataram (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat memperkirakan penerimaan retribusi dari dua objek wisata unggulan di daerah itu mencapai Rp1 miliar selama tahun 2025.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram Cahya Samudra di Mataram, Jumat, mengatakan dua objek wisata unggulan tersebut adalah Pantai Eks Pelabuhan Ampenan di Kecamatan Ampenan dan Taman Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela.
"Setelah rampung direvitalisasi akhir 2024, tingkat kunjungan ke dua objek wisata tersebut terus meningkat bahkan hingga 100 persen," kata Cahya Samudra.
Ia mengatakan peningkatan kunjungan itu mulai terlihat sejak awal 2025, dengan tingkat kunjungan yang biasanya hanya mencapai rata-rata 1.000 orang setiap akhir pekan kini bisa mencapai 2.000 orang.
Baca juga: Festival Kota Toea Ampenan 2025 siap gaungkan Wisata Budaya Mataram
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, peningkatan kunjungan tersebut menjadi sumber untuk mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi masuk wisata dan lapak pedagang kaki lima (PKL).
"Karena itulah, kami menargetkan retribusi untuk dua objek wisata unggulan tersebut bisa mencapai Rp1 miliar," katanya.
Dikatakan, dari total target itu pendapatan daerah dari Taman Loang Baloq ditetapkan sebesar Rp600 juta per tahun, sedangkan untuk kawasan eks Pelabuhan Ampenan, diperkirakan mendekati angka yang sama yakni sekitar Rp400 juta hingga Rp500 juta.
Namun demikian, untuk target retribusi di eks Pelabuhan Ampenan masih bersifat usulan dan belum ditetapkan secara resmi sebab pihaknya masih mengajukan besaran target tersebut ke Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Mataram untuk ditetapkan.
"Untuk target retribusi di eks Pelabuhan Ampenan masih kami bahas kembali sebelum diusulkan untuk ditetapkan," katanya.
Baca juga: Mataram classic festival 2025 pertegas identitas wisata perkotaan
Sementara untuk Taman Loang Baloq sudah tertuang pada peraturan daerah (Perda) dan masuk sebagai sumber PAD dari pembayaran retribusi tiket masuk dan sewa lapak.
Untuk realisasi penerimaan PAD dari Taman Loang Baloq sebesar Rp600 juta, dia mengakui belum cukup maksimal. Kondisi itu terkendala karena masih banyak pedagang yang belum membayar sewa lapak.
"Kami ingin pedagang lebih kooperatif untuk membayar retribusi sewa lapak," katanya.
Jika tidak, lanjutnya, Dinas Pariwisata sudah menyiapkan upaya tegas untuk pedagang di lapak Taman Loang Baloq yang belum membayar retribusi sewa.
"Kalau mereka tidak mau bayar sewa, kami bisa mengeluarkan dan mengganti pedagang bersangkutan," katanya.
Baca juga: Wisata religi Makam Bintaro Mataram ditata ulang
Tindakan tegas itu dilakukan, setelah Dispar beberapa kali melakukan teguran dan memberikan surat peringatan sebagai pemberitahuan.
Akan tetapi, hal itu tidak diindahkan sehingga Dispar akan mengambil tindakan tegas kepada pedagang dengan mengeluarkan dari penggunaan lapak dan diganti dengan pedagang lain.
"Langkah tersebut guna mengoptimalkan potensi yang ada sebagai upaya meningkatkan pendapatan daerah," katanya.
Baca juga: Lokasi wisata strategis di Mataram bakal ditata untuk gaet wisatawan
Baca juga: Para pemandu wisata di Mataram dilatih agar profesional