Mataram (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Barat Lalu Muhamad Iqbal mendorong penguatan komunikasi risiko bencana di daerah sebagai upaya memberikan edukasi kepada masyarakat dalam menanggulangi suatu bencana.

Hal ini disampaikan Lalu Muhamad Iqbal pada kegiatan bimbingan teknis peningkatan efektivitas komunikasi risiko bencana yang diselenggarakan BNPB di Mataram, Selasa.

Ia mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB sangat fokus dalam isu kebencanaan. Mengingat, NTB sendiri merupakan daerah bencana, sehingga persoalan kebencanaan ini mendapat perhatian khusus oleh pemerintah daerah.

"Semua jenis bencana itu ada di NTB. Meski wilayah kami kecil tapi kami kaya dengan potensi bencana. Jadi, hampir semua potensi bencana ada di NTB," terang Iqbal.

Baca juga: Lindungi wisatawan dari risiko bencana, NTB siapkan kontingensi

Iqbal mengakui komunikasi bencana sangat strategis untuk mencegah dampak buruk bencana karena banyak hal yang harus dikomunikasikan ke publik supaya ada kewaspadaan bahwa ada risiko kebencanaan yang perlu di antisipasi sehingga perlu dikomunikasikan dengan baik.

Contoh pada saat penanganan COVID-19 yang terjadi di tahun 2020. Saat itu masalah utamanya pada enam bulan pertama adalah terkait komunikasi. Di mana saat itu tidak ada saluran tunggal untuk komunikasi terhadap COVID-19, sehingga semua bicara yang akhirnya masyarakat tidak tenang melainkan justru panik.

"Tapi ketika ada saluran tunggal untuk komunikasi maka komunikasi-nya jadi efektif," ucapnya.

Baca juga: Gubernur Iqbal minta pengusaha properti di NTB perhatikan lingkungan

Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman tersebut Gubernur NTB mendukung rencana BNPB untuk membentuk forum komunikasi risiko bencana di provinsi itu guna memperkuat koordinasi dan merespon saat terjadi krisis dalam bencana.

Sementara Sekretaris Utama BNPB, Rustian mengakui pentingnya komunikasi risiko sebagai elemen kunci dalam penanggulangan bencana.

"Melalui komunikasi risiko yang baik, warga tidak menjadi panik atau takut ketika mereka mengetahui tinggal di kawasan rawan bencana," ujarnya.

Rustian mengatakan Provinsi NTB ini memiliki berbagai ancaman. Oleh karena itu, pihaknya mendorong semua pihak memiliki visi yang sama, yaitu resiliensi berkelanjutan atau tangguh dalam menghadapi setiap ancaman bahaya.

"Dengan bimbingan teknis bertajuk komunikasi risiko ini, kami sangat berharap pengetahuan, pengalaman praktik baik maupun informasi kebencanaan dapat membangun masyarakat NTB yang Tangguh," katanya.

Baca juga: Sebanyak 20 desa di Lombok Timur rawan bencana banjir
Baca juga: Banjir Mataram terparah sejak 40 tahun terakhir, kata Gubernur NTB


Pewarta : Nur Imansyah
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025