Mataram (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mendorong gerakan makan ikan sebagai budaya baru yang digemari penduduk lokal agar angka konsumsi ikan bisa meningkat pesat.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dislutkan NTB Karim Marasabessy mengatakan angka konsumsi ikan penduduk Nusa Tenggara Barat saat ini hanya 58,34 kilogram per kapita per tahun, sedangkan angka konsumsi ikan secara nasional sudah di atas 70 kilogram.
"Kami perlu melakukan usaha yang lebih besar untuk meningkatkan angka konsumsi ikan," ujarnya ditemui saat kegiatan gemar makan ikan di Pantai Mujang, Kota Mataram, Rabu.
Karim menjelaskan aspek budaya menjadi kunci atas kebiasaan masyarakat di Nusa Tenggara Barat dalam mengonsumsi ikan.
Baca juga: Pemkot Mataram menggencarkan gerakan gemar makan ikan
Angka konsumsi ikan masyarakat Pulau Sumbawa mencapai 59 kilogram per kapita per tahun karena mayoritas kuliner tradisional di sana berbahan ikan, seperti singang (gulai ikan kuah kuning), sepat (gulai ikan bakar kuah asam), serta jangan bage (ikan direndam air asam dan dijemur).
Sedangkan, angka konsumsi ikan di Pulau Lombok hanya 38,40 kilogram per kapita per tahun karena masyarakat lebih senang makan ayam dan daging sapi. Kuliner tradisional yang populer di Pulau Lombok mayoritas olahan ayam dan daging, seperti sate rembiga, sate pusut, sate bulayak, ayam taliwang, ayam rarang, dan soto sasak.
Adapun kuliner olahan ikan yang populer di Pulau Lombok hanya sate tanjung yang merupakan makanan khas Kabupaten Lombok Utara dengan cita rasa gurih dan pedas.
"Ikan belum terlalu digemari di Pulau Lombok. Kalau di Pulau Sumbawa, masyarakat mengaku badan terasa sakit jika mereka tidak makan ikan," kata Karim.
Baca juga: Mataram menyalurkan 600 paket makanan olahan ikan bagi anak
Lebih lanjut dia menyampaikan salah satu strategi pemerintah daerah dalam meningkatkan angka konsumsi ikan adalah dengan menggelar berbagai lomba memasak ikan.
Menurutnya, cara itu terbilang efektif untuk menggugah keinginan masyarakat agar mau menciptakan menu olahan ikan dengan bahan-bahan lokal sesuai selera agar mereka gemar memakan ikan.
"Diversifikasi produk olahan melalui gerakan makan ikan bisa lebih meningkatkan konsumsi ikan," ucap Karim.
Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi kepulauan dengan wilayah daratan selebar 1,96 juta hektare dan wilayah lautan seluas 2,79 juta hektare yang terdiri Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa beserta 401 pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Dinas Kelautan dan Perikanan NTB menyebut potensi produksi perikanan tangkap mencapai 200 ribu ton setiap tahun dengan hasil ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti tuna, cakalang, tongkol, cumi-cumi, maupun udang.
Baca juga: Santri jadi sasaran kampanye Gerakan Makan Ikan
Organisasi non profit Marine Stewardship Council (MSC) yang bergerak dalam bidang sertifikasi produk perikanan berkelanjutan berkomitmen mendukung upaya pemerintah NTB untuk meningkatkan angka konsumsi ikan.
Senior Commercial Communications Officer MSC Indonesia Usmawati Anggita mengatakan budaya gemar makan ikan yang terus digaungkan pemerintah daerah harus dibarengi dengan kepastian stok ikan secara berkelanjutan agar dapat memenuhi permintaan pasar lokal dan internasional.
"Kami sebagai mitra mendorong program gemar makan ikan, terutama untuk peningkatan konsumsi ikan yang berkelanjutan," pungkas Anggita.