Lombok Timur (ANTARA) - Petani di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, mengharapkan pemerintah bisa lebih memerhatikan kualitas bibit bawang putih yang disalurkan dalam setiap program bantuannya.
Doni, salah seorang petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Nunggal Mandiri di Sembalun, Sabtu, mengatakan kualitas bibit harus terjaga agar produksinya tetap bagus dan memiliki harga pasar yang stabil.
"Kalau bibit yang disalurkan berkualitas, pasti produksinya bagus, harga jualnya bagus," kata Doni, petani dari Desa Sajang, Kecamatan Sembalun.
Namun dalam dua tahun terakhir terhitung sejak Tahun 2017, pemerintah terkesan kurang memerhatikan kualitas bibit bantuan yang didistribusikan ke masyarakat petani.
Kurangnya perhatian pemerintah sangat dirasakan oleh petani bawang putih yang bercocok tanam di bawah Kaki Gunung Rinjani tersebut. Hal itu dapat dilihat dalam proses pertumbuhannya yang kurang merata.
Seperti bibit bawang putih bantuan pemerintah yang ditanam Doni di atas lahannya seluas 40 are tumbuhnya terlihat tidak merata.
"Karena itu tadi, bibit yang kita terima ada yang bagus ada yang sudah menyusut, itu bercampur semua dapat dari gudang penangkar," ujarnya.
Namun berbeda dengan lahan pamannya yang berada di samping, bibit yang ditanam nampak rata berkualitas bagus.
"Jadi untung-untungan dapatnya, kalau yang bagus dapat, bagus produksinya," ujar Doni yang juga berprofesi sebagai guru sekolah dasar di Sembalun tersebut.
Sementara, Usroni, ayahnya Doni dari Poktan Kebun Nunggal yang sudah dua tahun terakhir ini mendapatkan bibit bantuan pemerintah, menyoroti soal lambannya pendistribusian bibit.
Dalam dua tahun terakhir ini, Usroni melihat pemerintah kurang konsisten dalam proses pendistribusiannya.
"Lamban, mulanya dijanjikan bulan November, tapi molor sampai Januari kemarin baru dibagi bibitnya, sama juga seperti tahun kemarin," ujar Usroni.
Belum lagi soal bantuan sarana pendukung untuk proses penanamannya yang juga dibantu pihak pemerintah, yakni terkait pupuk organik dan obat-obatan pembasmi hama dan penyubur tanaman.
Dia melihat banyak di poktan lainnya yang menerima bantuan sarana pendukung tersebut yang juga molor, tidak bersamaan dengan pendistribusian bibitnya.
"Ada yang dua minggu setelah kita tanam, baru datang pupuknya," ucap Usroni.
Hal itu pun dapat mengurangi produksinya. Bahkan ada yang mengakibatkan gagal tanam karena kualitasnya berkurang tidak ditanam bersamaan dengan dukungan pupuk dasar.
Doni, salah seorang petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Nunggal Mandiri di Sembalun, Sabtu, mengatakan kualitas bibit harus terjaga agar produksinya tetap bagus dan memiliki harga pasar yang stabil.
"Kalau bibit yang disalurkan berkualitas, pasti produksinya bagus, harga jualnya bagus," kata Doni, petani dari Desa Sajang, Kecamatan Sembalun.
Namun dalam dua tahun terakhir terhitung sejak Tahun 2017, pemerintah terkesan kurang memerhatikan kualitas bibit bantuan yang didistribusikan ke masyarakat petani.
Kurangnya perhatian pemerintah sangat dirasakan oleh petani bawang putih yang bercocok tanam di bawah Kaki Gunung Rinjani tersebut. Hal itu dapat dilihat dalam proses pertumbuhannya yang kurang merata.
Seperti bibit bawang putih bantuan pemerintah yang ditanam Doni di atas lahannya seluas 40 are tumbuhnya terlihat tidak merata.
"Karena itu tadi, bibit yang kita terima ada yang bagus ada yang sudah menyusut, itu bercampur semua dapat dari gudang penangkar," ujarnya.
Namun berbeda dengan lahan pamannya yang berada di samping, bibit yang ditanam nampak rata berkualitas bagus.
"Jadi untung-untungan dapatnya, kalau yang bagus dapat, bagus produksinya," ujar Doni yang juga berprofesi sebagai guru sekolah dasar di Sembalun tersebut.
Sementara, Usroni, ayahnya Doni dari Poktan Kebun Nunggal yang sudah dua tahun terakhir ini mendapatkan bibit bantuan pemerintah, menyoroti soal lambannya pendistribusian bibit.
Dalam dua tahun terakhir ini, Usroni melihat pemerintah kurang konsisten dalam proses pendistribusiannya.
"Lamban, mulanya dijanjikan bulan November, tapi molor sampai Januari kemarin baru dibagi bibitnya, sama juga seperti tahun kemarin," ujar Usroni.
Belum lagi soal bantuan sarana pendukung untuk proses penanamannya yang juga dibantu pihak pemerintah, yakni terkait pupuk organik dan obat-obatan pembasmi hama dan penyubur tanaman.
Dia melihat banyak di poktan lainnya yang menerima bantuan sarana pendukung tersebut yang juga molor, tidak bersamaan dengan pendistribusian bibitnya.
"Ada yang dua minggu setelah kita tanam, baru datang pupuknya," ucap Usroni.
Hal itu pun dapat mengurangi produksinya. Bahkan ada yang mengakibatkan gagal tanam karena kualitasnya berkurang tidak ditanam bersamaan dengan dukungan pupuk dasar.