Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, meningkatkan koordinasi antar daerah dengan Kabupaten Lombok Barat dan pemerintah provinsi untuk melakukan langkah-langkah antisipasi potensi bencana banjir selama musim hujan.
"Kota Mataram berada di wilayah hilir, sehingga untuk pencegahan harus didukung dengan kebijakan terintegrasi antar daerah," kata Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Jumat.
Wali kota yang ditemui usai memimpin apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di Lapangan Sangkareang Mataram, mengatakan, bencana banjir bukan hanya isu teknis infrastruktur melainkan juga kebijakan terintegrasi agar setiap daerah memiliki pemahaman yang sama tentang isu banjir.
Baca juga: BPBD distribusi geobag ke warga terdampak banjir rob di Mataram
Misalnya, melakukan upaya mitigasi dari awal dengan normalisasi saluran dan sungai agar ketika terjadi puncak musim hujan bisa berfungsi maksimal.
Selain itu, perlu ada koordinasi pada setiap pintu air di daerah hulu, tujuannya ketika terjadi peningkatan debit air di hulu, harus diinformasikan juga ke daerah hilir.
"Dengan demikian, kami yang berada di hilir bisa siap siaga mengambil langkah-langkah antisipasi," katanya.
Sementara tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram yang berada di pintu-pintu air, juga diminta meningkatkan koordinasi dengan petugas di kabupaten perbatasan termasuk untuk pembagian air secara merata.
Baca juga: Pengawasan pintu air di Mataram dioptimalkan untuk antisipasi banjir
Ketika terjadi peningkatan debit air, maka petugas baik dari Kota Mataram maupun dari Kabupaten Lombok Barat, bisa melakukan pembagian secara merata agar tidak terjadi luapan pada satu saluran atau sungai.
"Koordinasi yang kuat dan masif, dapat meminimalkan dampak potensi bencana terutama banjir," katanya.
Kepala Dinas PUPR Kota Mataram Lale Widiahning sebelumnya mengatakan, telah mengoptimalkan pengawasan debit air pada sejumlah pintu air di hulu guna mengantisipasi banjir selama musim hujan.
Salah satu upaya mencegah banjir adalah, kondisi debit air pada pintu air di hulu harus terus terpantau maksimal.
Kota Mataram, memiliki sekitar delapan titik pintu air di hulu yang menghubungkan wilayah Kota Mataram dengan Kabupaten Lombok Barat.
Dari delapan pintu air tersebut antara lain, pintu air Mataram Kanan, Mataram Kiri, Gerimak, Babakan, Pesongoran, dan pintu air Remeneng.
Baca juga: Antisipasi banjir, Pemkot Mataram gencarkan normalisasi saluran air
Untuk kondisi saat ini, katanya, hasil pantauan selama satu minggu terakhir kondisi debit air di pintu air masih aman atau normal karena berada pada ketinggian 40 sentimeter, meskipun setiap hari Kota Mataram diguyur hujan pada siang hingga sore.
Sementara, jika ketinggian air berada pada titik 60 sentimeter ke atas maka itu sudah masuk kondisi peringatan, sedangkan kalau debit air berada pada angka 95 sentimeter kondisi itu menandakan bahaya.
"Misalnya, untuk di pintu air Kali Unus jika sudah mencapai ketinggian 90 maka potensi wilayah Karang Pule tergenang sangat besar sehingga harus diantisipasi," katanya.
Terkait dengan itu, lanjutnya, salah satu tugas dari petugas yang disiagakan pada sejumlah pintu air adalah menginformasikan perubahan kondisi ketinggian debit air.
Dengan demikian, ketika terjadi kenaikan di atas titik normal, maka informasi tersebut bisa langsung disebar melalui grup kesiapsiagaan bencana sehingga masyarakat di hilir sudah bisa melakukan antisipasi dan melakukan mitigasi bencana.
"Informasi tersebut juga disebar ke camat, lurah, hingga lingkungan agar semua masyarakat bisa waspada," katanya.
Baca juga: Cegah banjir, Mataram tingkatkan kesiagaan hadapi musim hujan