Mataram (ANTARA) - Pupuk adalah fondasi utama dalam pembangunan kedaulatan pangan. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama Dompu dan Bima yang menyumbang lebih dari separuh produksi jagung daerah itu, efisiensi pupuk menjadi penentu langsung produktivitas dan keberlanjutan ekosistem pertanian.
Perbaikan tata kelola, digitalisasi penyaluran, dan transformasi distribusi oleh Pupuk Indonesia menjadi bagian dari upaya memperkuat sistem pangan. Namun jejak di lapangan menunjukkan pekerjaan rumah yang belum selesai.
NTB menghadapi dua wajah sekaligus: sebagai salah satu lumbung jagung terbesar di Indonesia, sekaligus wilayah dengan tekanan ekologis yang meningkat.
Bulog menargetkan penyerapan 9.000 ton jagung pada 2025 dari Bima dan Dompu, angka yang mencerminkan potensi besar kawasan itu.
Namun catatan Walhi menunjukkan lebih dari 30.000 hektare perbukitan telah beralih fungsi menjadi ladang jagung, memicu kerentanan banjir dan menurunkan kualitas tanah. Produksi pangan tidak dapat berdiri sendiri tanpa tata kelola lahan yang sehat.
Efisiensi pupuk menjadi kunci strategis. Pupuk berlebih merusak tanah, sedangkan kekurangan pupuk menahan produktivitas. Karena pupuk bersubsidi adalah komoditas strategis, penyalahgunaan kerap terjadi.
Polisi di Bima menangani beberapa kasus dugaan penyelewengan, mulai dari kelangkaan hingga penjarahan truk pengangkut. Situasi ini menegaskan bahwa industri pupuk tidak cukup hanya kuat dalam produksi, tetapi harus solid dalam integritas distribusi.
Digitalisasi menjadi salah satu solusi. Pupuk Indonesia menerapkan i-Pubers untuk memastikan penebusan pupuk sesuai RDKK. Petani cukup membawa KTP, sementara sistem mencatat lokasi, waktu, dan jumlah pupuk melalui fitur biotagging.
Akuntabilitas meningkat, manipulasi dapat ditekan, dan kebutuhan lapangan tercatat lebih presisi. Namun digitalisasi bukan jawaban tunggal. Serapan pupuk organik subsidi masih rendah meski sangat vital bagi pemulihan struktur tanah.
Ketergantungan berlebihan pada pupuk kimia berisiko menciptakan lingkaran kebutuhan input yang makin besar tetapi tidak diikuti kenaikan hasil.
Di sisi logistik, Pelindo Lembar mencatat kenaikan distribusi pupuk sebesar 8,6 persen pada 2025. Ketersediaan stok juga dijaga. Pupuk Indonesia menyiapkan 44.642 ton stok di gudang Lini III NTB dan menyalurkan 236.172 ton sepanjang 2025.
Urea masih mendominasi, sementara NPK menjadi penopang utama produktivitas jagung di Dompu–Bima. Namun ketersediaan ini harus dibarengi pengawasan ketat agar pupuk benar-benar berakhir di tangan petani yang berhak.
Transformasi menuju tata kelola pupuk yang lebih efisien juga berjalan melalui implementasi e-RDKK 2026. Pendataan yang akurat, termasuk pengenalan karakter lahan tadah hujan yang hanya satu musim tanam, menjadi prasyarat agar alokasi tepat sasaran.
Edukasi pemupukan, terutama penggunaan pupuk organik, perlu diperkuat agar kualitas tanah terjaga dan produksi berkelanjutan.
Pangan berdaulat membutuhkan industri pupuk yang efisien, transparan, dan berpihak pada petani. Pemerintah daerah perlu menetapkan batas tegas pembukaan lahan, mempercepat pemulihan lahan terdegradasi, serta memperkuat validasi RDKK setiap tahun.
Masa depan pangan Indonesia ditentukan bukan hanya oleh seberapa banyak jagung diproduksi, tetapi oleh bagaimana tanahnya dirawat dan pupuknya dikelola.
NTB telah menunjukkan potensinya sebagai lumbung jagung nasional, tetapi keberlanjutannya bergantung pada kokohnya industri pupuk yang menopang di belakangnya.
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Saat pekerja wisata NTB belum aman
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Arah baru industri halal NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Mandalika dan pertaruhan besar di pintu laut baru
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Saat NTB menguji jalan baru penghukuman
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menjemput tiket murah di Bali-NTB-NTT
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Sekolah rakyat dan ikhtiar memutus rantai kemiskinan NTB
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Membaca ulang arah kereta gantung Rinjani
Baca juga: Tajuk ANTARA NTB - Menguatkan tata kelola Rinjani-Tambora