Dompu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, terus mengembangkan rumah produksi rokok berbasis bahan baku lokal yang berlokasi di Desa Woko, Kecamatan Pajo, dan Desa Kadindi Barat, Kecamatan Pekat, guna memperkuat industri rumahan serta meningkatkan nilai tambah komoditas tembakau daerah.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Dompu, Syahuddin Aby, mengatakan pengembangan rumah produksi tersebut merupakan bagian dari strategi pemerintah daerah dalam mendorong industrialisasi sektor tembakau yang selama ini menjadi salah satu penopang perekonomian masyarakat.

"Dua rumah produksi ini memanfaatkan tembakau lokal Dompu dalam bentuk tembakau iris dan Sigaret Kretek Tangan (SKT). Meskipun masih dilakukan secara manual, kualitas produk yang dihasilkan mampu bersaing," ujarnya kepada ANTARA di Mataram, Minggu.

Menurutnya, rumah produksi tembakau di Desa Woko telah beroperasi selama sekitar dua tahun dan saat ini masih fokus pada riset cita rasa serta uji pasar dengan sasaran pasar lokal. Sementara itu, rumah produksi di Desa Kadindi Barat mulai berjalan pada 2025 dan ditargetkan dapat dituntaskan serta diresmikan secara penuh pada 2026.

"Kedua rumah produksi tersebut masing-masing menyerap sekitar 25 tenaga kerja lokal. Pemerintah daerah menilai, apabila tingkat produktivitas meningkat, kawasan ini berpotensi berkembang menjadi sentra industri tembakau, bahkan memungkinkan penambahan dua hingga tiga rumah produksi baru seiring besarnya potensi lahan tembakau di Dompu," ujarnya.

Baca juga: Pemprov NTB fokus penindakan rokok ilegal di distributor dan produsen

Untuk meningkatkan daya saing industri, Disperindag Kabupaten Dompu terus melakukan pendampingan kepada pelaku usaha, salah satunya melalui Pelatihan Gugus Kendali Mutu (GKM) bagi pekerja rumah produksi rokok SKT di Desa Woko, Kecamatan Pajo.

Pelatihan tersebut menekankan, pentingnya penerapan Gugus Kendali Mutu atau Quality Control Circle dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Materi pelatihan meliputi peningkatan standar kualitas dari bahan baku hingga produk akhir, efisiensi produksi dengan mengidentifikasi potensi kecacatan dan pemborosan, serta pembentukan budaya kerja yang menjadikan kualitas sebagai prioritas utama.

Syahuddin menjelaskan, Dompu memiliki potensi lahan tembakau sekitar 900 hektare dari total kapasitas pengelolaan hingga 2.000 hektare. Sebagian hasil tembakau tersebut diserap oleh mitra industri, termasuk PT Sadana, melalui pola kemitraan dengan petani. Selain itu, fasilitas pergudangan tembakau juga tersedia di Kecamatan Manggelewa dan Pekat untuk mendukung rantai pasok industri.

"Kendala utama yang dihadapi saat ini masih terkait permodalan. Namun pemerintah daerah membuka ruang investasi untuk mendukung pengembangan industri rokok berbasis tembakau lokal," ujar Syahuddin.

Dengan dukungan peningkatan keterampilan tenaga kerja dan pendampingan berkelanjutan, pemerintah daerah optimistis industri tembakau Dompu dapat terus tumbuh dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Baca juga: Satpol PP Lombok Timur gencar perangi peredaran rokok ilegal
Baca juga: Ratusan warga di Lombok Tengah mulai dilatih pembuatan rokok


Pewarta : Ady Ardiansah
Editor : Abdul Hakim
Copyright © ANTARA 2025