Mataram (ANTARA) - Memang patut diacungi jempol, untuk sosok Nita Hermawati, Aparatur Sipil Negara (ASN) di Dinas Sosial Nusa Tenggara Barat, yang menyisihkan keuntungan dari berjualan kue untuk penyandang disabilitas dan kaum dhuafa.
"Setiap pembelian satu "box", Rp1.000 saya sisihkan untuk penyandang disabilitas dan kaum duafa," katanya kepada Antara di Mataram, Senin.
Nama Nita sudah familiar di kalangan penyandang disabilitas di daerah ini karena ia juga menjabat sebagai salah satu staf di Seksi Peyandang Disabilitas dan Korban Penyalahgunaan Narkoba Dinas Sosial Provinsi NTB.
Dirinya menjadi salah satu sosok srikandi yang dianggap aktif membantu kalangan anak disabilitas selama ini.
Selepas menjadi abdi negara, waktu malam menjadi waktu membuat racikan kue bolu yang akan dijual melalui media darling, serta pesanan dari mulut ke mulut.
Lewat usahanya itu, ia telah memiliki rumah produksi sendiri sebagai "brand" di pasaran dengan mendirikan "Nitahomebakery" dengan moto "belanja sambil sedekah".
Rumah produksi Nita terletak di rumahnya di Jalan Peternakan Selagalas Baru, Kelurahan Selagalas.
Ibu dua putra ini merupakan sosok wanita yang ramah dan tidak sombong yang merintis usaha kecil-kecilan, kue bolu tidak semata-mata mencari keuntungan. Tetapi lebih kepada aktivitas sosialnya untuk membantu penyandang disabilitas di Kota Mataram dan Lombok Barat.
Dikatakan, perhatiannya kepada kalangan disabilitas tidak lepas dari rasa keperihatinan selama ini, karena banyak penayandang disabilitas ada yang tidak memiliki keluarga.
"Saya bercita-cita ke depan bukan hanya di Kota Mataram dan Lombok Barat yang mampu disantuni dari royalti 'Nitahomebakery', tetapi se-NTB, sehingga bisa meringankan beban mereka," katanya.
Usahanya kue bolu itu dirintis sejak tanggal 24 Januari 2019, beragam jenis bolu, hasil racikannya sudah beredar di pasaran. Seperti bolu pisang, bolu labu, bolu ubi, bolu naga, bolu durian, bolu cappuccino, bolu jagung dan prol tape dan lainnya yang berbahan dasar pangan lokal.
Karena keterbatasan peralatan dan tenaga, setiap malam dia berhasil mencetak kue bolu sampai 30 "box", yang artinya donasi yang dihimpun setiap hari sebesar Rp30 ribu.
"Pesanan sebenarnya lebih dari itu, tetapi saya hanya mampu membuat maksimal 30 per hari, jadi kalau lebih saya minta menunggu untuk hari berikutnya," katanya.
Kue bolu buatan Nita ini pemasarannya sudah sampai ke Pulau Sumbawa dan luar daerah, antara lain ke Jakarta, Makasar, dan Kalimantan.
"Setiap pembelian satu "box", Rp1.000 saya sisihkan untuk penyandang disabilitas dan kaum duafa," katanya kepada Antara di Mataram, Senin.
Nama Nita sudah familiar di kalangan penyandang disabilitas di daerah ini karena ia juga menjabat sebagai salah satu staf di Seksi Peyandang Disabilitas dan Korban Penyalahgunaan Narkoba Dinas Sosial Provinsi NTB.
Dirinya menjadi salah satu sosok srikandi yang dianggap aktif membantu kalangan anak disabilitas selama ini.
Selepas menjadi abdi negara, waktu malam menjadi waktu membuat racikan kue bolu yang akan dijual melalui media darling, serta pesanan dari mulut ke mulut.
Lewat usahanya itu, ia telah memiliki rumah produksi sendiri sebagai "brand" di pasaran dengan mendirikan "Nitahomebakery" dengan moto "belanja sambil sedekah".
Rumah produksi Nita terletak di rumahnya di Jalan Peternakan Selagalas Baru, Kelurahan Selagalas.
Ibu dua putra ini merupakan sosok wanita yang ramah dan tidak sombong yang merintis usaha kecil-kecilan, kue bolu tidak semata-mata mencari keuntungan. Tetapi lebih kepada aktivitas sosialnya untuk membantu penyandang disabilitas di Kota Mataram dan Lombok Barat.
Dikatakan, perhatiannya kepada kalangan disabilitas tidak lepas dari rasa keperihatinan selama ini, karena banyak penayandang disabilitas ada yang tidak memiliki keluarga.
"Saya bercita-cita ke depan bukan hanya di Kota Mataram dan Lombok Barat yang mampu disantuni dari royalti 'Nitahomebakery', tetapi se-NTB, sehingga bisa meringankan beban mereka," katanya.
Usahanya kue bolu itu dirintis sejak tanggal 24 Januari 2019, beragam jenis bolu, hasil racikannya sudah beredar di pasaran. Seperti bolu pisang, bolu labu, bolu ubi, bolu naga, bolu durian, bolu cappuccino, bolu jagung dan prol tape dan lainnya yang berbahan dasar pangan lokal.
Karena keterbatasan peralatan dan tenaga, setiap malam dia berhasil mencetak kue bolu sampai 30 "box", yang artinya donasi yang dihimpun setiap hari sebesar Rp30 ribu.
"Pesanan sebenarnya lebih dari itu, tetapi saya hanya mampu membuat maksimal 30 per hari, jadi kalau lebih saya minta menunggu untuk hari berikutnya," katanya.
Kue bolu buatan Nita ini pemasarannya sudah sampai ke Pulau Sumbawa dan luar daerah, antara lain ke Jakarta, Makasar, dan Kalimantan.