Mataram (ANTARA) - Tim nasional Argentina tak kunjung menemukan permainan terbaik meski akhirnya bisa lolos dari keadaan terjepit dan melaju ke perempat final sebagai runner-up Grup B Copa America 2019.
Argentina lolos usai mengalahkan tim undangan debutan turnamen, Qatar, dengan skor 2-0 di laga pamungkas, meskipun dari segi permainan mereka tak begitu tampak superior kecuali dalam urusan mengkonversi peluang jadi gol sepanjang 90 menit itu.
Kemenangan itu seolah jadi hadiah ulang tahun terindah bagi megabintang Lionel Messi yang genap berusia 32 tahun sehari setelah kepastian Argentina melaju ke perempat final.
Selepas laga Messi bahkan mengklaim bahwa kemenangan itu menandai kiprah Argentina di Copa America 2019 baru benar-benar dimulai. Messi dkk akan menghadapi Venezuela, yang lolos sebagai runner-up Grup A, dalam laga perempat final di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brazil, Sabtu (29/6) dini hari WIB.
Namun, benarkah momentum positif La Albiceleste sudah dimulai? Pengalaman berkata tidak.
Setahun lalu, Argentina juga lolos dari lubang jarum untuk melaju ke babak 16 besar Piala Dunia 2018 setelah memetik kemenangan kontra Nigeria di laga pamungkas usai dibayangi ancaman pulang lebih awal dari Rusia.
Luapan kegembiraan berbalut optimisme dan arogansi segera bermunculan seketika mereka lolos, hanya untuk mendapati jadwal kepulangan dari Rusia tertunda empat hari saja. Sebab di laga 16 besar, Argentina kalah 3-4 dan disingkirkan Prancis yang terus melaju hingga menjadi juara.
Di pertandingan 16 besar, kepercayaan diri tinggi kala itu melanda Argentina, yang bahkan sempat unggul 2-1 atas Prancis hanya untuk kemudian mendapati gawang mereka tiga kali dibobol, sekali oleh Benjamin Pavard dan dua lainnya oleh Kylian Mbappe, dalam kurun waktu 11 menit saja.
Nasib yang sama adalah sesuatu yang harus dihindari Argentina, kecuali jika mereka ingin mengulangi adegan sarat kekecewaan diikuti bayang-bayang pengumuman pensiun Messi, lagi.
Baca juga: Messi: Copa Amerika baru dimulai
Argentina memang punya catatan superior kontra Venezuela dengan 21 kemenangan dan cuma dua kali kalah dalam 25 pertemuan sepanjang masa.
Namun, dalam tiga pertemuan terakhir superioritas Argentina seolah luntur dan mereka tak pernah menang. Bahkan dalam laga persahabatan internasional Maret lalu, Argentina dipecundangi Venezuela 1-3 di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid.
Di tengah tren buram Argentina dalam beberapa tahun terakhir, Messi dkk hanya bisa berharap mengulangi kemenangan 4-1 atas Venezuela yang mereka bukukan juga di babak perempat final Copa America 2016 lalu.
Sebaliknya, bagi Venezuela catatan cukup positif di tiga laga terakhir jelas menjadi motivasi besar La Vinotinto untuk menciptakan kejutan.
Sudah jelas, dalam laga perempat final di Maracana nanti beban terbesar berada di pundak Argentina, sesuatu yang jika cukup jeli bisa dimanfaatkan sang pelatih Venezuela Rafael Dudamel.
Scaloni berpacu dengan waktu
Lionel Scaloni merupakan pelatih kesembilan yang menangani Messi di timnas Argentina sejak sang megabintang melakoni debut pada 2005 silam.
Di Brazil, Scaloni dihadapkan pada dua beban utama yakni menghilangkan sindroma ketergantungan Argentina terhadap Messi dan merestorasi prestasi gemilang Albiceleste. Jika Scaloni berhasil mengatasi beban pertama, sangat mungkin beban kedua yang jadi harapan seluruh warga Argentina juga bisa tercapai.
Sayangnya, sejauh ini Scaloni justru menuntun Argentina menyusuri jalan terjal. Setelah penampilan mengecewakan di dua laga awal dengan skema 4-4-2, Argentina baru berhasil memetik kemenangan dalam formasi 4-3-3 di laga ketiga kontra Qatar yang berbuah kelolosan ke perempat final.
Pilihan paling rasional bagi Scaloni adalah mempertahankan skema 4-3-3 yang setidaknya sudah berbuah kemenangan.
Namun, kemenangan melawan Qatar tentu tak bisa jadi tolok ukur bahwa tim besutan Scaloni kini berada di jalur yang tepat untuk berprestasi. Terlebih ia sendiri masih terus melakukan eksperimen ramuan jajaran pemeran pembantu terbaik yang bisa meringankan beban Messi.
Sejumlah laporan bahkan menyebut ia kembali mempertimbangkan rotasi di lini belakang dengan menduetkan lagi German Pezzella bersama Nicolas Otamendi dan akan menggeser Juan Foyth ke posisi bek kanan.
Hal yang sama juga disebutkan bakal ditempuh untuk memberikan ruang kepada Marcos Acuna mengambil alih tempat yang dalam dua laga terakhir diisi oleh Rodrigo de Paul.
Meski tak terang-terangan dituntut menjadi juara, Scaloni juga pasti punya ambisi untuk membuktikan bahwa ia adalah sosok yang tepat menukangi Argentina. Scaloni berpacu dengan waktu untuk membuktikan hal itu. Dan 90 menit bukanlah waktu yang panjang untuk melakukannya.
Baca juga: Argentina tak boleh meremehkan Venezuela
Dudamel di sisi lain, besar kemungkinan bakal melanjutkan skema 4-1-4-1 yang selalu ia terapkan untuk Venezuela dalam tiga laga penyisihan Grup A. Performa terbaik penyerang sayap Darwin Machis yang berhasil menyarangkan dua gol ke gawang Bolivia di laga pamungkas bakal diharapkan kembali muncul saat menghadapi Argentina.
Namun, tentu yang paling ditunggu Venezuela adalah sumbangsih gol penyerang Newcastle United Salomon Rondon yang masih belum juga muncul di Copa America 2019.
Venezuela sempat menepuk dada ketika akhirnya berhasil lolos ke perempat final sebagai runner-up Grup A, mengklaim sudah berhasil memaksa dunia --atau setidaknya daratan Amerika Selatan-- mengakui kemampuan olah bola mereka.
Tentu beban sejarah Venezuela tak sebesar Argentina, namun pada akhirnya Maracana pada Sabtu (29/6) dini hari WIB nanti bakal jadi panggung pembuktian momentum mana yang berlanjut, antara kebangkitan Argentina menuju jalur prestasi atau kemunculan Venezuela sebagai kekuatan kejutan Amerika Selatan.
Catatan lima pertemuan terakhir:
22 Maret 2013 (kualifikasi Piala Dunia 2014 zona CONMEBOL) Argentina 3 - Venezuela 0
18 Juni 2016 (perempat final Copa America 2016) Argentina 4 - Venezuela 1
6 September 2016 (kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL) Venezuela 2 - Argentina 2
5 September 2017 (kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL) Argentina 1 - Venezuela 1
22 Maret 2019 (laga persahabatan) Argentina 1 - Venezuela 3
Prakiraan susunan pemain:
Venezuela (4-1-4-1): Wulker Farinez; Ronald Hernandez, Jhon Chancellor, Luis del Pino, Roberto Rosales; Junior Moreno; Jefferson Savarino, Juanpi, Tomas Rincon, Darwin Machis; Salomon Rondon
Argentina (4-3-3): Franco Armani; Juan Foyth, German Pezzella, Nicolas Otamendi, Nicolas Tagliafico; Marcos Acuna, Leandro Paredes, Giovani Lo Celso; Lionel Messi, Lautaro Martinez, Sergio Aguero
Argentina lolos usai mengalahkan tim undangan debutan turnamen, Qatar, dengan skor 2-0 di laga pamungkas, meskipun dari segi permainan mereka tak begitu tampak superior kecuali dalam urusan mengkonversi peluang jadi gol sepanjang 90 menit itu.
Kemenangan itu seolah jadi hadiah ulang tahun terindah bagi megabintang Lionel Messi yang genap berusia 32 tahun sehari setelah kepastian Argentina melaju ke perempat final.
Selepas laga Messi bahkan mengklaim bahwa kemenangan itu menandai kiprah Argentina di Copa America 2019 baru benar-benar dimulai. Messi dkk akan menghadapi Venezuela, yang lolos sebagai runner-up Grup A, dalam laga perempat final di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brazil, Sabtu (29/6) dini hari WIB.
Namun, benarkah momentum positif La Albiceleste sudah dimulai? Pengalaman berkata tidak.
Setahun lalu, Argentina juga lolos dari lubang jarum untuk melaju ke babak 16 besar Piala Dunia 2018 setelah memetik kemenangan kontra Nigeria di laga pamungkas usai dibayangi ancaman pulang lebih awal dari Rusia.
Luapan kegembiraan berbalut optimisme dan arogansi segera bermunculan seketika mereka lolos, hanya untuk mendapati jadwal kepulangan dari Rusia tertunda empat hari saja. Sebab di laga 16 besar, Argentina kalah 3-4 dan disingkirkan Prancis yang terus melaju hingga menjadi juara.
Di pertandingan 16 besar, kepercayaan diri tinggi kala itu melanda Argentina, yang bahkan sempat unggul 2-1 atas Prancis hanya untuk kemudian mendapati gawang mereka tiga kali dibobol, sekali oleh Benjamin Pavard dan dua lainnya oleh Kylian Mbappe, dalam kurun waktu 11 menit saja.
Nasib yang sama adalah sesuatu yang harus dihindari Argentina, kecuali jika mereka ingin mengulangi adegan sarat kekecewaan diikuti bayang-bayang pengumuman pensiun Messi, lagi.
Baca juga: Messi: Copa Amerika baru dimulai
Argentina memang punya catatan superior kontra Venezuela dengan 21 kemenangan dan cuma dua kali kalah dalam 25 pertemuan sepanjang masa.
Namun, dalam tiga pertemuan terakhir superioritas Argentina seolah luntur dan mereka tak pernah menang. Bahkan dalam laga persahabatan internasional Maret lalu, Argentina dipecundangi Venezuela 1-3 di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid.
Di tengah tren buram Argentina dalam beberapa tahun terakhir, Messi dkk hanya bisa berharap mengulangi kemenangan 4-1 atas Venezuela yang mereka bukukan juga di babak perempat final Copa America 2016 lalu.
Sebaliknya, bagi Venezuela catatan cukup positif di tiga laga terakhir jelas menjadi motivasi besar La Vinotinto untuk menciptakan kejutan.
Sudah jelas, dalam laga perempat final di Maracana nanti beban terbesar berada di pundak Argentina, sesuatu yang jika cukup jeli bisa dimanfaatkan sang pelatih Venezuela Rafael Dudamel.
Scaloni berpacu dengan waktu
Lionel Scaloni merupakan pelatih kesembilan yang menangani Messi di timnas Argentina sejak sang megabintang melakoni debut pada 2005 silam.
Di Brazil, Scaloni dihadapkan pada dua beban utama yakni menghilangkan sindroma ketergantungan Argentina terhadap Messi dan merestorasi prestasi gemilang Albiceleste. Jika Scaloni berhasil mengatasi beban pertama, sangat mungkin beban kedua yang jadi harapan seluruh warga Argentina juga bisa tercapai.
Sayangnya, sejauh ini Scaloni justru menuntun Argentina menyusuri jalan terjal. Setelah penampilan mengecewakan di dua laga awal dengan skema 4-4-2, Argentina baru berhasil memetik kemenangan dalam formasi 4-3-3 di laga ketiga kontra Qatar yang berbuah kelolosan ke perempat final.
Pilihan paling rasional bagi Scaloni adalah mempertahankan skema 4-3-3 yang setidaknya sudah berbuah kemenangan.
Namun, kemenangan melawan Qatar tentu tak bisa jadi tolok ukur bahwa tim besutan Scaloni kini berada di jalur yang tepat untuk berprestasi. Terlebih ia sendiri masih terus melakukan eksperimen ramuan jajaran pemeran pembantu terbaik yang bisa meringankan beban Messi.
Sejumlah laporan bahkan menyebut ia kembali mempertimbangkan rotasi di lini belakang dengan menduetkan lagi German Pezzella bersama Nicolas Otamendi dan akan menggeser Juan Foyth ke posisi bek kanan.
Hal yang sama juga disebutkan bakal ditempuh untuk memberikan ruang kepada Marcos Acuna mengambil alih tempat yang dalam dua laga terakhir diisi oleh Rodrigo de Paul.
Meski tak terang-terangan dituntut menjadi juara, Scaloni juga pasti punya ambisi untuk membuktikan bahwa ia adalah sosok yang tepat menukangi Argentina. Scaloni berpacu dengan waktu untuk membuktikan hal itu. Dan 90 menit bukanlah waktu yang panjang untuk melakukannya.
Baca juga: Argentina tak boleh meremehkan Venezuela
Dudamel di sisi lain, besar kemungkinan bakal melanjutkan skema 4-1-4-1 yang selalu ia terapkan untuk Venezuela dalam tiga laga penyisihan Grup A. Performa terbaik penyerang sayap Darwin Machis yang berhasil menyarangkan dua gol ke gawang Bolivia di laga pamungkas bakal diharapkan kembali muncul saat menghadapi Argentina.
Namun, tentu yang paling ditunggu Venezuela adalah sumbangsih gol penyerang Newcastle United Salomon Rondon yang masih belum juga muncul di Copa America 2019.
Venezuela sempat menepuk dada ketika akhirnya berhasil lolos ke perempat final sebagai runner-up Grup A, mengklaim sudah berhasil memaksa dunia --atau setidaknya daratan Amerika Selatan-- mengakui kemampuan olah bola mereka.
Tentu beban sejarah Venezuela tak sebesar Argentina, namun pada akhirnya Maracana pada Sabtu (29/6) dini hari WIB nanti bakal jadi panggung pembuktian momentum mana yang berlanjut, antara kebangkitan Argentina menuju jalur prestasi atau kemunculan Venezuela sebagai kekuatan kejutan Amerika Selatan.
Catatan lima pertemuan terakhir:
22 Maret 2013 (kualifikasi Piala Dunia 2014 zona CONMEBOL) Argentina 3 - Venezuela 0
18 Juni 2016 (perempat final Copa America 2016) Argentina 4 - Venezuela 1
6 September 2016 (kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL) Venezuela 2 - Argentina 2
5 September 2017 (kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL) Argentina 1 - Venezuela 1
22 Maret 2019 (laga persahabatan) Argentina 1 - Venezuela 3
Prakiraan susunan pemain:
Venezuela (4-1-4-1): Wulker Farinez; Ronald Hernandez, Jhon Chancellor, Luis del Pino, Roberto Rosales; Junior Moreno; Jefferson Savarino, Juanpi, Tomas Rincon, Darwin Machis; Salomon Rondon
Argentina (4-3-3): Franco Armani; Juan Foyth, German Pezzella, Nicolas Otamendi, Nicolas Tagliafico; Marcos Acuna, Leandro Paredes, Giovani Lo Celso; Lionel Messi, Lautaro Martinez, Sergio Aguero