Mataram (ANTARA) - - Kepala Satuan Operasi Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina) Jaetul Muchlis mengimbau anggota jamaah haji yang memiliki keterbatasan fisik dan tingkat kebugaran kurang baik pada masa puncak ibadah haji untuk meminta teman serombongan atau saudara mewakili untuk melemparkan jumrah di Jamarat.
"Diwakilkan kepada (teman) seregunya atau serombongannya atau kepada saudaranya yang ada di dalam rombongan jemaah tersebut," katanya di Mekkah, Minggu waktu setempat.
Ia mengatakan, Tim Mobile Crisis (TMC) Satuan Operasi Armuzna telah siap mengantisipasi berbagai hal yang terjadi selama puncak ibadah haji, namun pergerakan mereka di lapangan tidak akan mudah mengingat jalanan menuju Arafah-Muzdalifah-Mina akan dipenuhi oleh jutaan orang.
"Kalau ada alasan ingin melihat sendiri karena merasa belum tentu setahun sekali bisa melakukan ini maka bisa dilakukan pada hari tasyrik, jadi jangan memaksakan jamaah dengan kemampuan terbatas pada hari pertama tanggal 10 Dzulhijah," katanya.
Masa puncak ibadah haji, ia mengatakan, juga merupakan puncak kepadatan jamaah sekaligus puncak kelelahan jamaah dalam pelaksanaan ibadah haji.
"Jamaah bergerak dari Arafah ke Muzdalifah kemudian ke Mina, ini menyita tenaga," katanya.
Jaetul berharap ada kerja sama yang baik antara petugas kelompok terbang dan pembimbing ibadah yang menyertai jamaah dalam memberikan pengertian kepada jamaah dengan kemampuan fisik yang terbatas mengenai kondisi tersebut.
"Diwakilkan kepada (teman) seregunya atau serombongannya atau kepada saudaranya yang ada di dalam rombongan jemaah tersebut," katanya di Mekkah, Minggu waktu setempat.
Ia mengatakan, Tim Mobile Crisis (TMC) Satuan Operasi Armuzna telah siap mengantisipasi berbagai hal yang terjadi selama puncak ibadah haji, namun pergerakan mereka di lapangan tidak akan mudah mengingat jalanan menuju Arafah-Muzdalifah-Mina akan dipenuhi oleh jutaan orang.
"Kalau ada alasan ingin melihat sendiri karena merasa belum tentu setahun sekali bisa melakukan ini maka bisa dilakukan pada hari tasyrik, jadi jangan memaksakan jamaah dengan kemampuan terbatas pada hari pertama tanggal 10 Dzulhijah," katanya.
Masa puncak ibadah haji, ia mengatakan, juga merupakan puncak kepadatan jamaah sekaligus puncak kelelahan jamaah dalam pelaksanaan ibadah haji.
"Jamaah bergerak dari Arafah ke Muzdalifah kemudian ke Mina, ini menyita tenaga," katanya.
Jaetul berharap ada kerja sama yang baik antara petugas kelompok terbang dan pembimbing ibadah yang menyertai jamaah dalam memberikan pengertian kepada jamaah dengan kemampuan fisik yang terbatas mengenai kondisi tersebut.