Jakarta (ANTARA) - Politikus Partai Gerindra, Andre Rosiade melaporkan secara resmi dugaan praktik "predatory pricing" yang dilakukan oleh semen China, 'Conch' di Indonesia ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Kedatangan Andre ke Kantor KPPU, Jakarta, Kamis, didampingi oleh beberapa perwakilan Serikat Pekerja Semen Padang.
Anggota DPR RI terpilih periode 2019-2024 dari dapil Sumbar I ini menyebutkan, dirinya bersama perwakilan federasi serikat melaporkan dugaan adanya praktik jual rugi atau predatory pricing yang dilakukan oleh pabrik semen asal China yang mengancam semen lokal di pasar nasional.
"Beberapa waktu lalu industri strategis kita, Krakatau Steel dihajar habis oleh impor baja China. Saya khawatir hal yang sama akan terjadi di industri semen. Untuk itu saya secara resmi melaporkan dugaan adanya praktik jual rugi yang menyalahi pasal 20 UU Nomor 5 Tahun 1999," kata Andre.
Ia mengatakan, kondisi pasar semen domestik mengalami kelebihan pasokan karena gencarnya semen asal China menjual harga di bawah pasaran di pasar semen Indonesia.
Hal itu menyebabkan pabrik-pabrik semen lokal membatasi kapasitas produksinya dikisaran 65 persen.
"Dalam kondisi oversupply, sepertiga kapasitas pabrik tidak bekerja namun pabrikan semen asal China ini tetap ekspansif membuka pabrik-pabrik baru. Kami berharap pemerintah segera melakulan moratorium sampai dugaan jual rugi ini diputuskan oleh KPPU," ujarnya.
Kondisi itu, tegas dia, tidak boleh dibiarkan karena akan merugikan produk semen Indonesia.
“Pasar semen lokal dalam kondisi sangat memprihatinkan atau terancam bangkrut. Kenapa itu bisa terjadi karena ada kebijakan predatory pricing, di mana investor semen Tiongkok yakni semen Conch dengan sengaja menjual semen di Indonesia dengan harga merugi," jelasnya.
Mantan jubir BPN Prabowo-Sandi ini menjelaskan di saat kondisi oversupply terus berlanjut sangat mungkin produsen akan memainkan harga jual yang sangat rendah sehingga berpotensi mematikan pesaing lainnya.
Andre menambahkan, dalam jangka pendek rendahnya harga semen akan menguntungkan bagi masyarakat, akan tetapi dalam jangka panjang ketika kondisi monopoli terjadi justru konsumen akan dirugikan.
"Saya harap KPPU menindaklanjuti laporan ini dengan profesional demi menyelamatkan industri semen nasional dari terkaman semen China. Saya juga mempertimbangkan untuk membawa persoalan ini ke dalam Pansus DPR mendatang, bila KPPU 'masuk angin'," tegas Andre.
Kedatangan Andre ke Kantor KPPU, Jakarta, Kamis, didampingi oleh beberapa perwakilan Serikat Pekerja Semen Padang.
Anggota DPR RI terpilih periode 2019-2024 dari dapil Sumbar I ini menyebutkan, dirinya bersama perwakilan federasi serikat melaporkan dugaan adanya praktik jual rugi atau predatory pricing yang dilakukan oleh pabrik semen asal China yang mengancam semen lokal di pasar nasional.
"Beberapa waktu lalu industri strategis kita, Krakatau Steel dihajar habis oleh impor baja China. Saya khawatir hal yang sama akan terjadi di industri semen. Untuk itu saya secara resmi melaporkan dugaan adanya praktik jual rugi yang menyalahi pasal 20 UU Nomor 5 Tahun 1999," kata Andre.
Ia mengatakan, kondisi pasar semen domestik mengalami kelebihan pasokan karena gencarnya semen asal China menjual harga di bawah pasaran di pasar semen Indonesia.
Hal itu menyebabkan pabrik-pabrik semen lokal membatasi kapasitas produksinya dikisaran 65 persen.
"Dalam kondisi oversupply, sepertiga kapasitas pabrik tidak bekerja namun pabrikan semen asal China ini tetap ekspansif membuka pabrik-pabrik baru. Kami berharap pemerintah segera melakulan moratorium sampai dugaan jual rugi ini diputuskan oleh KPPU," ujarnya.
Kondisi itu, tegas dia, tidak boleh dibiarkan karena akan merugikan produk semen Indonesia.
“Pasar semen lokal dalam kondisi sangat memprihatinkan atau terancam bangkrut. Kenapa itu bisa terjadi karena ada kebijakan predatory pricing, di mana investor semen Tiongkok yakni semen Conch dengan sengaja menjual semen di Indonesia dengan harga merugi," jelasnya.
Mantan jubir BPN Prabowo-Sandi ini menjelaskan di saat kondisi oversupply terus berlanjut sangat mungkin produsen akan memainkan harga jual yang sangat rendah sehingga berpotensi mematikan pesaing lainnya.
Andre menambahkan, dalam jangka pendek rendahnya harga semen akan menguntungkan bagi masyarakat, akan tetapi dalam jangka panjang ketika kondisi monopoli terjadi justru konsumen akan dirugikan.
"Saya harap KPPU menindaklanjuti laporan ini dengan profesional demi menyelamatkan industri semen nasional dari terkaman semen China. Saya juga mempertimbangkan untuk membawa persoalan ini ke dalam Pansus DPR mendatang, bila KPPU 'masuk angin'," tegas Andre.