Mataram, 26/12 (ANTARA) - Peneliti Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersedia membantu Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengembangkan bahan pakan (makanan ternak) sesuai daya dukung lahan.
"Peneliti Kemenristek akan mengembangkan berbagai bahan pakan seperti shorgum, bungkil kelapa, jerami dan bahan baku pakan konsentrat lainnya," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, drh Abdul Samad, di Mataram, Sabtu.
Ia mengatakan, pengembangan bahan pakan sesuai potensi lahan marginal di wilayah NTB (Pulau Lombok dan Sumbawa) itu merupakan tindaklanjut dari penandatangan kesepakatan kerja sama antara Menristek, Suharna Surapranata, dan Gubernur NTB, KH. M. Zainul Majdi, Selasa (22/12) lalu.
Kesepakatan kerja sama yang mengarah kepada upaya menyukseskan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) atau kajian para peneliti Kemenristek itu menyangkut ketersediaan pakan dan potensi aplikasi hasil kajian itu.
Naskah kesepakatan kerja sama yang ditandatangani kedua belah pihak di Pendopo (Rumah Dinas) Gubernur NTB itu, berbentuk konsep pendayagunaan dan pemanfaatan hasil penelitian Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) Ristek.
"Tentu kami (Pemprov NTB) sangat berharap lahan marginal di Lombok maupun Sumbawa dapat dijadikan lahan pengembangan shorgum dan bahan pakan lainnya, demi kesuksesan NTB-BSS di tahun 2012 mendatang," ujarnya.
Program NTB-BSS merupaklan bagian dari upaya menuju swasembada daging di tahun 2014.
Samad mengatakan, pengkajian ketersediaan pakan di wilayah NTB itu dipandang penting karena masih ada pihak-pihak tertentu yang meragukan kesuksesan program BSS.
Pihak tertentu itu meragukan ketersediaan pakan di wilayah NTB sehingga pemerintah menugaskan BPPT untuk melakukan riset dan kajian teknologi tepat guna yang dapat diterapkan.
"Sesungguhnya ketersediaan pakan di NTB cukup banyak karena selain berpotensi pakan serat juga ada pakan konsentrat," ujarnya.
Sejauh ini, kata Samad, berbagai kalangan di NTB hanya melihat dari aspek pakan serat atau tumbuh-tumbuhan yang dapat dikonsumsi ternak sapi sehingga beranggapan ketersediaan pakan di NTB kurang memadai.
Padahal, NTB potensial bahan baku pakan konsentrat seperti bungkil kelapa dan jerami serta bahan baku pakan konsentrat lainnya.
"Karena itu, hasil kajian tentang ketersediaan pakan di NTB akan menjadi rujukan semua pihak untuk menyukseskan program NTB BSS di tahun 2012," ujarnya.
Program NTB-BSS diluncurkan saat HUT ke-50 Pemerintah Provinsi NTB, 17 Desember 2008, diawali dengan populasi ternak sapi sebanyak 546.114 ekor dengan tingkat produksi 7,6 persen pertahun.
Kedepan produksinya akan terus ditingkatkan hingga menjadi 13 persen pertahun dengan target populasi ternak sapi sebanyak 1,5 juta ekor di tahun 2012. (*)