Mataram (ANTARA) - Dinas Sosial Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, akan melakukan pembinaan terhadap ribuan perempuan rawan sosial ekonomi agar mereka mampu menjadi perempuan-perempuan mandiri.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram Hj Baiq Asnayati di Mataram, Rabu mengatakan berdasarkan data yang ada jumlah perempuan rawan sosial ekonomi (PRSE) di Mataram lebih dari 6.500 orang.
"Mereka itu akan kami bina secara bertahap dan berjenjang, melalui kelompok usaha optimis angkat perekonomian perempuan (KUsiAPP), yang mulai kami canangkan hari ini," katanya kepada sejumlah wartawan.
Untuk pencanangan tahap pertama dari enam kecamatan yang dimulai dari Kecamatan Ampenan, sebanyak lima orang perempuan rawan sosial ekonomi akan menjadi sasaran pembinaan tahap pertama.
Untuk tahap pertama satu kecamatan, akan dibina masing-masing lima orang sebagai model KUsiAPP percontohan, dan jika berhasil para anggota ini akan merekrut anggota lainnya untuk kemudian dibina kembali.
"Begitu seterusnya hingga ribuan PRSE di Mataram menjadi perempuan mandiri," katanya.
Menurutnya, perempuan rawan sosial ekonomi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah perempuan, baik menikah maupun tidak, ada yang punya suami tetapi suami entah kemana. Selain itu, tidak punya pekerjaan yang jelas, janda bercerai maupun meninggal dunia.
Ia menjelaskan bahwa untuk PRSE sebenarnya sudah ada program di Dinsos, namun programnya secara individu dalam bentuk pemberian bantuan, tanpa ada bimbingan yang jelas dari organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
Oleh karena itu, inovasi yang dilakukannya saat ini adalah dengan membentuk kelompok usaha bagi PRSE melalui program KUsiAPP. Kelompok usaha bagi PRSE yang akan diberikan adalah produk olahan makanan di setiap kecamatan.
"Untuk melaksanakan program ini, kami bekerja sama dengan OPD terkait, para pengusaha, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan lainnya," katanya.
Asnayati mengatakan, melalui percontohan pada enam kecamatan tersebut diharapkan akan muncul sentra olahan makanan khas. Misalnya, di Kecamatan Ampenan, menjadi sentra usaha kerupuk ikan, jajan basah maupun lainnya.
Dengan demikian, katanya, hal itu itu bisa memudahkan Pemerintah Kota maupun OPD terkait serta pengusaha dalam membantu promosi pemasaran produk yang dihasilkan oleh PRSE.
Selain itu, PRSE juga akan dibina dalam hal manajemen pengelolaan keuangannya, agar hasil usaha mereka bisa dikelola secara optimal untuk mengembangkan usaha sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
"Selama ini, masyarakat kurang mampu mengelola manajemen keuangannya sehingga keuntungan yang didapatkan cenderung digunakan konsumtif," katanya.
Terkait dengan itu, Dinsos Mataram juga bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi, memberikan pendampingan dari para mahasiswa untuk obsevasi lapangan (OL).
Harapannya, para mahasiswa dapat memberikan bimbingan bagaimana pembukuan dan pemasaran. Begitu juga dengan sejumlah pengusaha makanan, bisa memberikan pembinaan serta mengakomodasi hasil produksi dari masing-masing KUsiAPP.
"Targetnya, bagaimana mengembangkan KUsiAPP di setiap kelurahan sehingga tercipta bekas PRSE dan menjadi perempuan sukses serta mandiri," ujarnya.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Mataram Hj Baiq Asnayati di Mataram, Rabu mengatakan berdasarkan data yang ada jumlah perempuan rawan sosial ekonomi (PRSE) di Mataram lebih dari 6.500 orang.
"Mereka itu akan kami bina secara bertahap dan berjenjang, melalui kelompok usaha optimis angkat perekonomian perempuan (KUsiAPP), yang mulai kami canangkan hari ini," katanya kepada sejumlah wartawan.
Untuk pencanangan tahap pertama dari enam kecamatan yang dimulai dari Kecamatan Ampenan, sebanyak lima orang perempuan rawan sosial ekonomi akan menjadi sasaran pembinaan tahap pertama.
Untuk tahap pertama satu kecamatan, akan dibina masing-masing lima orang sebagai model KUsiAPP percontohan, dan jika berhasil para anggota ini akan merekrut anggota lainnya untuk kemudian dibina kembali.
"Begitu seterusnya hingga ribuan PRSE di Mataram menjadi perempuan mandiri," katanya.
Menurutnya, perempuan rawan sosial ekonomi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah perempuan, baik menikah maupun tidak, ada yang punya suami tetapi suami entah kemana. Selain itu, tidak punya pekerjaan yang jelas, janda bercerai maupun meninggal dunia.
Ia menjelaskan bahwa untuk PRSE sebenarnya sudah ada program di Dinsos, namun programnya secara individu dalam bentuk pemberian bantuan, tanpa ada bimbingan yang jelas dari organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
Oleh karena itu, inovasi yang dilakukannya saat ini adalah dengan membentuk kelompok usaha bagi PRSE melalui program KUsiAPP. Kelompok usaha bagi PRSE yang akan diberikan adalah produk olahan makanan di setiap kecamatan.
"Untuk melaksanakan program ini, kami bekerja sama dengan OPD terkait, para pengusaha, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan lainnya," katanya.
Asnayati mengatakan, melalui percontohan pada enam kecamatan tersebut diharapkan akan muncul sentra olahan makanan khas. Misalnya, di Kecamatan Ampenan, menjadi sentra usaha kerupuk ikan, jajan basah maupun lainnya.
Dengan demikian, katanya, hal itu itu bisa memudahkan Pemerintah Kota maupun OPD terkait serta pengusaha dalam membantu promosi pemasaran produk yang dihasilkan oleh PRSE.
Selain itu, PRSE juga akan dibina dalam hal manajemen pengelolaan keuangannya, agar hasil usaha mereka bisa dikelola secara optimal untuk mengembangkan usaha sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
"Selama ini, masyarakat kurang mampu mengelola manajemen keuangannya sehingga keuntungan yang didapatkan cenderung digunakan konsumtif," katanya.
Terkait dengan itu, Dinsos Mataram juga bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi, memberikan pendampingan dari para mahasiswa untuk obsevasi lapangan (OL).
Harapannya, para mahasiswa dapat memberikan bimbingan bagaimana pembukuan dan pemasaran. Begitu juga dengan sejumlah pengusaha makanan, bisa memberikan pembinaan serta mengakomodasi hasil produksi dari masing-masing KUsiAPP.
"Targetnya, bagaimana mengembangkan KUsiAPP di setiap kelurahan sehingga tercipta bekas PRSE dan menjadi perempuan sukses serta mandiri," ujarnya.