Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, sekitar 10 hektare sawah di Mataram bagian selatan terancam kekeringan.
Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram Mutawalli di Mataram, Rabu, mengatakan, sekitar 10 hektare sawah yang sedang ditanami padi itu terancam kekeringan bukan karena terdampak musim kering akan tetapi karena adanya perbaikan DAM Jewet Kabupaten Lombok Barat, sehingga distribusi air terganggu.
"Aliran DAM itu masuk pada Daerah Irigasi (DI) Tembelok, dan direncanakan selesai dalam waktu 4-5 lima hari ke depan," katanya.
Dengan adanya perbaikan tersebut, telah dilakukan pertemuan antara Pekasih Kota Mataram dengan Pekasih Kabupaten Lombok Barat, untuk memetakan sawah yang terdampak kekeringan di bagian wilayah Pagutan Timur dan Pagutan.
Pertemuan itu, dihadiri juga oleh aparat dari Babinsa dan Bimaspol serta Subak Tembelok. Dengan kesepakatan, jadwal pembagian air untuk wilayah Pagutan Timur dan Pagutan yang terdampak kekeringan.
"Harapannya, 4-5 hari ke depan, DAM tersebut sudah bisa kembali berfungsi normal, agar tidak merugikan petani serta tidak mengganggu produksi padi tahun ini," katanya.
Menurut dia, untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan areal sawah petani, pihaknya telah memberikan bantuan berupa pompa air dan pembangunan sumur dangkal.
Dari hasil kunjungan yang dilakukan petugasnya ke sejumlah kelompok tani dari ujung Ampenan hingga timur dilaporkan, rata-rata sudah memanfaatkan pompa dan sumur dangkal.
"Tapi ada juga yang masih menggunakan air irigasi karena airnya masih mencukupi. Terhadap kondisi ini, kita masih menganggap petani aman tanam padi meskipun musim kemaru," katanya.
Mutawalli mengatakan, indeks pertanaman padi di Kota Mataram saat ini sudah mencapai 2,7, artinya masih ada sebagian kecil petani yang tidak menamam padi tiga kali dalam setahun.
"Mereka memilih menanam palawija dan berbagai jenis hortikultura," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram Mutawalli di Mataram, Rabu, mengatakan, sekitar 10 hektare sawah yang sedang ditanami padi itu terancam kekeringan bukan karena terdampak musim kering akan tetapi karena adanya perbaikan DAM Jewet Kabupaten Lombok Barat, sehingga distribusi air terganggu.
"Aliran DAM itu masuk pada Daerah Irigasi (DI) Tembelok, dan direncanakan selesai dalam waktu 4-5 lima hari ke depan," katanya.
Dengan adanya perbaikan tersebut, telah dilakukan pertemuan antara Pekasih Kota Mataram dengan Pekasih Kabupaten Lombok Barat, untuk memetakan sawah yang terdampak kekeringan di bagian wilayah Pagutan Timur dan Pagutan.
Pertemuan itu, dihadiri juga oleh aparat dari Babinsa dan Bimaspol serta Subak Tembelok. Dengan kesepakatan, jadwal pembagian air untuk wilayah Pagutan Timur dan Pagutan yang terdampak kekeringan.
"Harapannya, 4-5 hari ke depan, DAM tersebut sudah bisa kembali berfungsi normal, agar tidak merugikan petani serta tidak mengganggu produksi padi tahun ini," katanya.
Menurut dia, untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan areal sawah petani, pihaknya telah memberikan bantuan berupa pompa air dan pembangunan sumur dangkal.
Dari hasil kunjungan yang dilakukan petugasnya ke sejumlah kelompok tani dari ujung Ampenan hingga timur dilaporkan, rata-rata sudah memanfaatkan pompa dan sumur dangkal.
"Tapi ada juga yang masih menggunakan air irigasi karena airnya masih mencukupi. Terhadap kondisi ini, kita masih menganggap petani aman tanam padi meskipun musim kemaru," katanya.
Mutawalli mengatakan, indeks pertanaman padi di Kota Mataram saat ini sudah mencapai 2,7, artinya masih ada sebagian kecil petani yang tidak menamam padi tiga kali dalam setahun.
"Mereka memilih menanam palawija dan berbagai jenis hortikultura," katanya.