Mataram (ANTARA) - Anggota Komisi III DPRD Nusa Tenggara Barat, Multazam menyarankan Pemerintah Provinsi NTB melakukan perubahan manajemen Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Gerbang NTB Emas (GNE).
Pemprov NTB juga disarankan untuk melakukan lelang sejumlah asset berupa peralatan mesin senilai Rp7 miliar yang kondisinya sudah tidak produktif lagi.
"Perusda ini harus betul-betul dikelola oleh orang-orang profesional di bidangnya," kata Ketua Fraksi Partai Nasdem DPRD NTB di Mataram, Kamis.
Ia menyampaikan, total asset yang dimiliki oleh PT Gerbang NTB Emas baik berupa peralatan mesin maupun modal lainnya hingga 2019 ini ditaksir mencapai Rp20 miliar yang terdiri dari asset alat mesin sebesar Rp7 miliar atau barang yang sudah tidak berproduksi lagi.
"Modal aktifnya sekitar Rp10 miliar, dengan rata-rata dividen yang diserahkan kembali ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB mencapai sekitar Rp643 juta," terangnya.
Dividen yang dihasilkan, menurutnya, sangatlah kecil dibandingkan dengan modal asset atau modal produksi yang begitu besar.
"Minimal keuntungan yang diraih itu sekitar 10 persen dari jumlah modal yang dimiliki," kata alumni Akuntansi Perpajakan Universitas Mataram (Unram) itu.
Sekretaris Wilayah Partai Nasdem Provinsi NTB ini mengungkapkan total asset sebesar Rp20 miliar ini berdasarkan penjelasan dari Biro Ekonomi Setda Provinsi NTB terdiri dari asset alat mesin sebesar Rp7 miloar atau barang yang sudah tidak berproduksi lagi. Sementara menurutnya modal aktif PT GNE sekitar Rp10 miliar.
"Itu pun kondisinya sudah tidak layak dan banyak yang tidak berfungsi. Sementara biaya operasionalnya cukup tinggi. Dengan keadaan seperti itu apa tidak sebaiknya mesin-mesin itu dilelang saja atau dilakukan penghapusan asset saja agar tidak memunculkan persepsi yang macam-macam ketika mereka melihat nilai asset dan nilai modal yang begitu besar dalam pembukuannya sementara yang dihasilkan sangatlah kecil nilainya," ucap Multazam.
Multazam menyarankan PT GNE lebih kreatif mencari jenis usaha yang dapat mendatangkan keuntungan bagi daerah seperti dalam sektor jasa usaha lainnya.
"Seharusnya dengan modal aktif sebesar Rp10 miliar, kemudian dividen sebesar Rp643 juta terlalu kecil. Jadi tidak sebanding hal itu sangat kelihatan dari besaran jumlah modal dengan jumlah dividen yang disetor nilai perbedaannya sangat jauh dari harapan kita," katanya.
Pemprov NTB juga disarankan untuk melakukan lelang sejumlah asset berupa peralatan mesin senilai Rp7 miliar yang kondisinya sudah tidak produktif lagi.
"Perusda ini harus betul-betul dikelola oleh orang-orang profesional di bidangnya," kata Ketua Fraksi Partai Nasdem DPRD NTB di Mataram, Kamis.
Ia menyampaikan, total asset yang dimiliki oleh PT Gerbang NTB Emas baik berupa peralatan mesin maupun modal lainnya hingga 2019 ini ditaksir mencapai Rp20 miliar yang terdiri dari asset alat mesin sebesar Rp7 miliar atau barang yang sudah tidak berproduksi lagi.
"Modal aktifnya sekitar Rp10 miliar, dengan rata-rata dividen yang diserahkan kembali ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB mencapai sekitar Rp643 juta," terangnya.
Dividen yang dihasilkan, menurutnya, sangatlah kecil dibandingkan dengan modal asset atau modal produksi yang begitu besar.
"Minimal keuntungan yang diraih itu sekitar 10 persen dari jumlah modal yang dimiliki," kata alumni Akuntansi Perpajakan Universitas Mataram (Unram) itu.
Sekretaris Wilayah Partai Nasdem Provinsi NTB ini mengungkapkan total asset sebesar Rp20 miliar ini berdasarkan penjelasan dari Biro Ekonomi Setda Provinsi NTB terdiri dari asset alat mesin sebesar Rp7 miloar atau barang yang sudah tidak berproduksi lagi. Sementara menurutnya modal aktif PT GNE sekitar Rp10 miliar.
"Itu pun kondisinya sudah tidak layak dan banyak yang tidak berfungsi. Sementara biaya operasionalnya cukup tinggi. Dengan keadaan seperti itu apa tidak sebaiknya mesin-mesin itu dilelang saja atau dilakukan penghapusan asset saja agar tidak memunculkan persepsi yang macam-macam ketika mereka melihat nilai asset dan nilai modal yang begitu besar dalam pembukuannya sementara yang dihasilkan sangatlah kecil nilainya," ucap Multazam.
Multazam menyarankan PT GNE lebih kreatif mencari jenis usaha yang dapat mendatangkan keuntungan bagi daerah seperti dalam sektor jasa usaha lainnya.
"Seharusnya dengan modal aktif sebesar Rp10 miliar, kemudian dividen sebesar Rp643 juta terlalu kecil. Jadi tidak sebanding hal itu sangat kelihatan dari besaran jumlah modal dengan jumlah dividen yang disetor nilai perbedaannya sangat jauh dari harapan kita," katanya.