Ahli Epidemiologi: Isolasi diri upaya putus mata rantai COVID-19

id Isolasi corona,isolasi diri,social distancing,ahli epidemiologi,penanganan corona,virus corona,corona,covid-19,2019-ncov

Ahli Epidemiologi: Isolasi diri upaya putus mata rantai COVID-19

Petugas kesehatan di RS Pelni Jakarta mengecek kesiapan alat kesehatan di ruang isolasi. ANTARA/Muhammad Zulfikar

Jakarta (ANTARA) - Ahli epidemiologi dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat Defriman Djafri Ph.D mengatakan salah satu upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona jenis baru atau COVID-19 yaitu dengan mengisolasi diri.

"Iya, seharusnya sudah satu kebijakan yang tepat karena memang membatasi diri itu bertujuan memutus mata rantai," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Selain mengisolasi diri, Defri mengatakan "social distancing" atau menjaga jarak antarsatu dengan yang lain juga merupakan bagian dari upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

"Jadi intinya menghindari kontak dengan yang terinfeksi atau sumber infeksi," ujar dia.

Menurut dia, saat ini langkah yang mesti dilakukan masyarakat ialah dengan mengurangi interaksi sosial dan mengurung diri. Hal tersebut bisa berkaca dari keberhasilan China saat mengunci Kota Wuhan dari penyebaran COVID-19.

Langkah tersebut perlu diterapkan mengingat saat ini masyarakat sama sekali tidak tahu siapa saja yang sudah terinfeksi atau tidak.

"Salah satunya bagaimana kita tidak kontak dengan orang yang terjangkit atau yang sudah terinfeksi," kata dia.

Di samping itu, masyarakat juga perlu meningkatkan imun tubuh termasuk dengan tidak merokok, konsumsi buah dan sayur yang cukup serta vitamin.

Dengan sistem imun tubuh yang baik, kata dia, secara otomatis tubuh akan melawan keberadaan virus. Termasuk dalam tenggat waktu isolasi diri sendiri selama 14 hari.

"Makanya kebijakan imbauan untuk tidak pulang kampung dulu dan mengisolasi diri di kos bagi mahasiswa yang diliburkan itu sudah benar, sehingga meminimalisir kemungkinan penularan virus," katanya.