HUTAN GUNDUL ANCAM PENDAPATAN PETANI PENCARI MADU

id



         Dompu, 1/10 (ANTARA) - Petani pencari madu di Desa Saneo, Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, NTB, terancam pendapatannya karena hutan tempat mereka mencari madu kondisinya sangat kritis.

        "Kondisinya sangat meprihatinkan, 75 persen hutannya sudah gundul. Sebetulnya hutan itu masuk wilayah kecamatan Kilo, sehingga kami tidak bisa melarang warga Kilo membabat hutannya," ungkap Arifin, Ketua kelompok petani pencari madu, kepada Antara, Jumat.

        Untuk memenuhi permintaan madu, warga sekitar harus mencari madu di Kecamatan Pekat yang jaraknya mencapai 180 km. Mereka harus menginap empat hingga lima hari untuk mendapatkan madu.

        "Itu kalau ada sebab yang mencari madu di Pekat bukan hanya kami. Warga kecamatan Pekat dan warga lain bahkan dari Kabupaten Sumbawa mencari madunya juga di situ (Pekat)," katanya.

        Akibat sulitnya mencari madu, pendapatn warga Saneo turun. Permitaan yang setiap hari makin meningkat, terpaksa tidak bisa dipenuhi.

        Warga Saneo meminta pemerintah Kabupaten Dompu, terutama Dinas Kehutanan, setempat untuk memberikan pengertian kepada warga Kilo, untuk tidak membabat huta hingga habis.

        Populasi lebah madu di hutan tersebut semakin menipis. Jika ada, tempatnya tidak memungkinkan untuk diambil.

        "Lebah madu yang tersisa hanya sedikit dan itupun berada di puncak pohon yang mencapai 20 sampai 30 meter. Selain itu, untuk menuju kesana dibutuhkan kebranian yang sangat cukup.  Selain pohonnya tinggi, lokasinya di lereng jurang yang sangat dalam," katanya.

        Selain madu, warga sekitar masih mengandalkan produksi susu kuda liar. Untuk pemenuhan susu kuda liar, warga sekitar tidak pernah risau.

        Selain karena jumlah kuda yang dimiliki warga semakin bertambah, juga penggembalaannya tidak terpengaruh dengan kondisi hutan.(*)