KAGAMA KELUARKAN MANIFESTO AKADEMIK

id

Yogyakarta (ANTARA) - Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada mengeluarkan manifesto akademik "Jalan Menuju Kesejahteraan: Persembahan Kagama untuk Indonesia" sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi bangsa dan negara Indonesia.

"Manifesto merupakan rangkuman dari pemikiran para pakar di bidangnya yang disampaikan dalam seminar `Jalan Menuju Kesejahteraan` yang diselenggarakan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) pada 17-18 Desember 2010," kata ketua panitia seminar Sutaryo di Yogyakarta.

Menurut dia, saat ini ada tujuh hal yang menjadi prioritas keprihatinan mendalam Kagama, yakni di bidang pendidikan, kebudayaan, politik, ekonomi, teknologi, pangan, dan hukum.

"Realitas hidup dan kehidupan rakyat saat ini mengindikasikan Indonesia terancam menjadi negara yang gagal dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan, jika tidak ditumbuhkan optimisme yang kuat dan perbaikan di segala bidang menuju kesejahteraan terutama untuk rakyat miskin dan rakyat yang hidup di wilayah perbatasan," katanya.

Ia mengatakan, Kagama dengan penuh keprihatinan yang mendalam menangkap hal itu sebagai suatu persoalan bangsa yang menuntut kesegeraan, kejernihan, dan kesungguhan pengambilan langkah nyata untuk membawa bangsa ini keluar dari masalah yang membelit dan dan merintangi setiap langkah untuk meraih kesejahteraan.

"Atas dasar itu, Kagama mengeluarkan manifesto akademik "Jalan Menuju Kesejahteraan: Persembahan Kagama untuk Indonesia" yang berisi tujuh jalan untuk mengatasi persoalan bangsa," kata dosen Fakultas Kedokteran UGM itu.

Manifesto dibacakan secara bergantian oleh panitia seminar yang juga dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik UGM Sudaryono dan Koordinator Kagama Wilayah Timur Mulyadi Wowor usai seminar.

Isi dari manifesto itu antara lain jalan pendidikan, jalan kebudayaan, jalan demokrasi, jalan ekonomi, jalan teknologi, jalan pangan, dan jalan hukum.

Jalan pendidikan antara lain menyatakan pendidikan nasional seharusnya dibangun di atas konsep manusia seutuhnya, yakni manusia susila dan cakap, memiliki kehalusan dan kepekaan jiwa, mempunyai rasa spiritualitas yang tinggi, dan kecintaan pada kesempurnaan.

Jalan kebudayaan antara lain menyatakan jati diri manusia Indonesia wajib dibangkitkan kembali melalui keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Keseimbangan itu telah menjadi kenyataans ejarah yang sangat panjang bagi terpeliharanya budaya dan kebudayaan lokal di Indonesia.

Jalan demokrasi antara lain menyatakan praktik demokrasi seharusnya menuju demokrasi yang bermartabat, dibangun di atas moralitas yang tinggi dari para pemimpin, dan dilandasi semangat membangun konsensus di tengah perbedaan dan keragaman.

Jalan ekonomi antara lain menyatakan perekonomian nasional harus diselenggarakan dengan mengacu pada perintah konstitusi, yakni menjadik sistem ekonomi kerakyatan sebagai jalan menuju kesejahteraan.

Jalan teknologi antara lain menyatakan teknologi yang mandiri sebagai jalan menuju kesejahteraan adalah teknologiyang berdaulat yang dikembangkan dan dikelola di atas sumber daya yang dimiliki Indonesia dan mudah diakses oleh penggunanya.

Jalan pangan antara lain menyatakan kedaulatan pangan sebagai jalan menuju kesejahteraan menyandang arti mengedepankan hak komunitas di wilayah NKRI untuk menentukan sistem produksi sendiri yang diarahkan pada potensi pangan lokal dan diupayakan dengan cara yang sesuai dengan nilai yang berlaku di tengah masyarakat setempat.

Jalan hukum antara lain menyatakan UUD 1945 mengandung sejumlah norma penting dan saling terkait mengenai kesejahteraan sosial dan perekonomian. Negara berkewajiban memenuhi hak positif meliputi hak atas penghidupan dan pekerjaan yang layak, hak atas keterpenuhan hak dasar, hak atas pendidikan, hak atas pemeliharaan dan jaminan sosial terutama fakir miskin dan anak telantar.(*)