Lombok Tengah, NTB, 30/5 (Antara) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo mengatakan budidaya kerapu di perairan laut Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah dengan keramba jaring apung menggunakan "High density Polyethilen" (HDPE) dijadikan model untuk seluruh Indonesia.
"Keramba jaring apung (KJA) yang digunakan untuk budidaya kerapu di Lombok Tengah merupakan keramba yang berciri lebih modern. Dengan menggunakan material HDPE ini tujuannya untuk kelestarian lingkungan," katanya seusai acara penebaran 30.000 ekor benih kerapu di perairan Gerupuk, Lombok Tengah, Kamis.
Pada kesempatan tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan menebar sebanyaik 30.000 ekor benih ikan Kerapu bebek, kerapu macan dan kerapu hybrid di lahan budidaya PT Bofa Marine didampingi Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Subjakto, Bupati Lombok Tengah H Suhaili FT dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB H Ali Syahdan.
Ia mengatakan, penggunaan KJA dengan material HDPE ini ramah lingkungan dan tidak ada pencemaran, kalau keramba ini rusak tidak akan mencemari laut dan mampu bertahan hingga 15 tahun.
"Dengan menggunakan bahan ini ikan yang dibudidayakan tidak akan terkena penyakit. Ini merupakan proyek percontohan dan pertama digunakan untuk budidaya laut, jensi material keramba dari bahan HDPE ini akan digunakan di tempat laih di Indonesia," ujarnya.
Ia mengatakan, budidaya kerapu milik PT Bofa Marine di perairan Gerupuk, Lombok Tegah ini untuk tahap pertama sebanyak 60 lubang dan akan ditambah menjadi 150 lubang.
"Untuk pengembangan budidaya kerapu ini kami mendorong pengusaha dan masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan usaha ini. Karena itu saya mendorong pengusaha untuk mengelola budidaya kerapu tersebut bekerja sama dengan nelayan," katanya.
Menurut dia, dalam kerja sama itu pengusaha memiliki sistem untuk membayar setiap penambahan ukuran kerapu dengan harga tertentu. Ini dimaksudkan agar para nelayan ikut merasa memiliki, sehingga baik pengusaha maupun nelayan sama-sama mendapat keuntungan.
"Saya mendorong pengembangan budidaya kerapu, karena di sejumlah negara, seperti China dan Jepang kerapu dinilai sebagai salah satu komoditas terbaik. Harga 1 kilogram kerapu bisa mencapai Rp450.000. Harga kerapu ini mirip dengan ikan salmon," kata Sharif.
Menurut dia, alasan memilih NTB sebagai lokasi percontohan budidaya kerapu, antara lain karena kualitas air lautnya baik dan tidak tercvemar industri. Selain kerapu cocok untuk abalon, rumput laut dan teripang.
"Kualitas air laut di Lombok ini paling baik, sehingga perkembangbiakan kerapu relatif cepat, sehingga budidaya ini akan terus dikembangkan di daerah ini," katanya.
Mengenai harga bibit kerapu yang relatif mahal, Sharif mengaku mendapat laporan mengenai keluhan nelayan itu. Soal harga benih ikan kerapu ini memeng berbeda antara di masyarakat dan di Balai benih Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Kita akan bicarakan dengan balai benih dan pengusaha pembibitan agar harganya tidak terlalu tinggi. Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan insentif melalui kebijakan maupun anggaran kita," kata Sharif.
Menurut dia, salah satu bentuk insentif itu adalah dengan memberikan bantuan peralatan, sementara untuk bibit dan pakan pihaknya tidak bisa memberikan subsidi. (*)