Petenis Swiatek taklukkan Jessica Pegula

id qatar open,iga swiatek

Petenis Swiatek taklukkan Jessica Pegula

Petenis Polandia Iga Swiatek merayakan keberhasilannya menjuarai Qatar Open setelah mengalahkan Jessica Pegula pada pertandingan final yang dimainkan di Kompleks Khalifa International Tennis and Squash complex, Doha, Sabtu (18/2/2023) malam WIB. (ANTARA/AFP/KARIM JAAFAR)

Jakarta (ANTARA) - Petenis peringkat satu dunia putri Iga Swiatek tanpa kesulitan menaklukkan Jessica Pegula dengan skor 6-3, 6-0 pada pertandingan final yang dimainkan di Kompleks Khalifa international tennis and squash Doha, untuk memenangi gelar Qatar Open keduanya secara beruntun, Sabtu malam WIB.

Itu merupakan gelar pertama Swiatek pada 2023, dan gelar ke-12 sepanjang kariernya, demikian dilansir laman resmi WTA. Pada pertandingan tersebut, Swiatek banyak mengandalkan pukulan pengembaliannya yang keras untuk meredam serve Pegula. Ia mampu mematahkan serve Pegula pada kedudukan 2-0 dan 4-2 di set pertama. Namun setelah itu, Pegula selalu mampu balik mematahkan serve Swiatek, dengan memaksa petenis Polandia itu melakukan kesalahan berkat kecepatan pergerakannya.

Unggulan teratas Swiatek kemudian lebih banyak menyerang Pegula melalui pukulan-pukulan pengembaliannya untuk mematahkan serve sang lawan, dan unggul 5-3. Kali ini Swiatek tidak mengendurkan permainan untuk membuat gim tersebut ditutup dengan skor 40-0, dan memenangi set pertama dengan skor 6-3.

Setelah set pertama yang berlangsung ketat, Swiatek tidak terbendung pada set kedua. Ia memenangi 73 persen poin dari mengembalikan serve kedua Pegula, dan total mencatatkan enam kali mematahkan serve petenis AS tersebut. Swiatek pun memenangi pertandingan ini dengan total waktu yang diperlukan sebanyak 69 menit.

Baca juga: Petenis Medvedev melaju ke final Rotterdam
Baca juga: Petenis Rublev dan Zverev tersingkir dari Rotterdam


Doha tetap menjadi tempat yang istimewa bagi Swiatek. Pada tahun lalu, kesuksesannya meraih gelar di ibukota Qatar menjadi awal rentetan 37 kemenangan beruntun, yang berpuncak pada keberhasilannya memenangi Grand Slam untuk kedua kalinya di French Open.