NTB diprakirakan berawan hingga hujan lebat pada 16-18 November

id bmkg,bmkg ntb,hujan ntb,prakiraan cuaca,cuaca ntb

NTB diprakirakan berawan hingga hujan lebat pada 16-18 November

Ilustrasi: Pengedara motor saat melintas di jalan raya Praya Lombok Tengah, NTB ketika hujan (ANTARA/Akhyar Rosidi)

Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diprakirakan cerah berawan hingga hujan lebat selama tiga hari mulai 16-18 November 2023.

"Waspada potensi hujan sedang hingga lebat selama tiga hari di wilayah NTB," kata Prakirawan BMKG Zaenuddin Abdul Majid Lombok, Andre Jersey, dalam keterangan tertulisnya di Mataram, Kamis.

Potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang tersebut, kata dia, diprakirakan terjadi di sebagian wilayah Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Selain itu hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang diprakirakan terjadi di Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Bima, dan Kota Bima.

"Potensi hujan diprakirakan terjadi dari siang hari hingga malam hari di 10 kabupaten/kota di NTB," katanya.

Sebelumnya BMKG menyatakan potensi hujan di wilayah NTB mulai meningkat pada pertengahan November 2023.

"Waspadai potensi bencana hidrometeorologi," kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Cakra Mahasurya.

Pada dasarian II November 2023 (11 – 20 November 2023) diperkirakan curah hujan dengan intensitas >20 mm/dasarian memiliki probabilitas kejadian 70 persen- 90 persen untuk Pulau Lombok dan 10 persen – 80 persen untuk wilayah Pulau Sumbawa.

"Peluang curah hujan lebih 50 milimeter/dasarian masih kecil di seluruh wilayah NTB yaitu memiliki probabilitas kejadian kurang 10-70 persen," katanya.

Memasuki masa peralihan menuju musim hujan 2023/2024, lanjutnya, masyarakat perlu mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan secara tiba-tiba serta angin kencang yang dapat terjadi mendadak dan bersifat lokal.

Selain itu masyarakat NTB diimbau menggunakan air secara bijak, efektif, dan efisien, serta tetap waspada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan.

"Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi kekurangan air, khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan," katanya.