Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara di Jakarta pada Senin pagi membaik, bahkan tidak menduduki urutan 20 besar sebagai kota dengan udara terburuk di dunia. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.35 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-21 dengan angka 110 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 39 mikrogram per meter kubik.
Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Urutan ketiga belas Tel Aviv-Yafo (Israel) di angka 141, urutan keempat belas Ho Chi Minh, (Vietnam) di angka 136, urutan kelima belas Baghdad (Irak) di angka 129, urutan keenam belas Beijing (China) di angka 124 dan urutan ketujuh belas Kabul (Afghanistan) di angka 117.
Urutan kedelapan belas Shenzhen (China) di angka 116, urutan kesembilan belas Mumbai (India) di angka 115 dan urutan kedua puluh Roma (Italia) di angka 110. Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebutkan, pihaknya tetap menggencarkan pemasangan generator bertekanan tinggi untuk menyemprotkan butiran air (water mist generator) ke udara meskipun memasuki musim hujan.
Baca juga: CSIS mengajak masyarakat selektif pilih pemimpin peduli kualitas udara
Baca juga: Kualitas udara Jakarta tak sehat pada Kamis